Share

9. KESALAHAN BESAR

Dokter Virgolin tercengang, apa yang barusan dilakukannya sangat diluar nalar. Tangan yang memegang belati langsung dilepas, tapi belati tak jatuh.

Pangeran Pisceso menunduk melihat ke bagian perutnya sendiri. Belati emas kesayangannya, tertancap manis di perut berototnya.

"A-apa, apa yang telah ku lakukan?!" Dokter Virgolin menatap tak berkedip pada perut Pangeran Pisceso. 

Panas dan perih menjalar ke seluruh tubuh Pangeran Pisceso. Jari tangannya meraba berlati. Cairan merah kental begitu nyata nampak di jarinya.

"A-aku ,,,," gugup Dokter Virgolin. "A-aku ti-tidak sengaja," ucapnya terbata.

"Kau ,,," Pangeran Pisceso tak bisa berkata, wajahnya meringis menahan sakit. 

Dokter Virgolin menutup bibir dengan kelima jari tangan kanannya begitu melihat jari tangan Pangeran Pisceso berlumur darah.

Semua orang terkejut, apalagi sang raja dan Tabib Cole.

"Apa yang kau lakukan?! Kau, kau ,,," seru Tabib Cole.

"A-aku tidak sengaja," ucap Dokter Virgolin ketakutan, melihat ke semua orang satu per satu sampai tatapannya bertabrakan dengan Raja Theodore.

"Kau pembunuh!" seru Raja Theodore. "Tangkap wanita itu!"

"A-aku tidak se-sengaja." Betapa takutnya Dokter Virgolin melihat prajurit berpakaian lengkap langsung mengepung dirinya. 

Pangeran Pisceso meringis kesakitan, "isshhh." Tubuh tinggi dan kekarnya ambruk di tanah.

Dokter Virgolin melihat Pangeran Pisceso dan berseru. "Jangan, jangan kamu cabut belatinya!" Dengan cepat Dokter Virgolin duduk di samping tubuh Pangeran Pisceso yang telentang di tanah menahan sakit.

"Jangan sentuh putraku!" Suara menggelegar Raja Theodore memenuhi sekitar.

Dokter Virgolin tidak peduli. Segera dirobeknya ujung rok yang sedang dipakainya. Kemudian meminta Tabib Cole untuk membantunya. "Cepat bantu aku! Tekan kain ini dengan kuat di sini ketika aku mencabut belati ini!"

Tabib Cole kebingungan, hanya berdiri saja melihat Pangeran Pisceso.

"Cepat!" bentak Dokter Virgolin. "Aku akan menarik belati ini untuk menolongnya!"

Tabib Cole langsung duduk di samping Pangeran Pisceso, berseberangan dengan Dokter Virgolin. 

"Begitu belati ini aku cabut, kau langsung menekan lukanya dengan kain ini kuat-kuat!" Dokter Virgolin memberi pengarahan. "Kau mengerti?!"

Tabib Cole mengangguk. 

Suara keras dari Raja Theodore kembali terdengar. "Apa yang kau lakukan pada putraku?!"

Dokter Virgolin tidak peduli dengan Raja, tangan kanannya bersiap hendak menarik belati, tapi seseorang menarik tubuhnya ke belakang.

"Hentikan! Apa kau mau membunuhnya?!" Jenderal Axel begitu marah pada Dokter Virgolin.

"Aku akan menolongnya!" tak kalah galak Dokter Virgolin menjawab. Dengan cepat segera duduk kembali di samping Pangeran Pisceso. Kemudian memberikan aba-aba pada Tabib Cole untuk bersiap.

"Aaaaaa,,," jerit panjang kesakitan ke luar dari bibir bergetar Pangeran Pisceso ketika belati yang menancap di perut berototnya ditarik Dokter Virgolin.

Tabib Cole dengan sigap segera menekan luka dari belati yang tercabut untuk menghentikan darah yang ke luar. 

Dokter Virgolin juga melakukan hal yang sama, hatinya begitu sangat bersalah apalagi melihat wajah Pangeran Pisceso penuh keringat menahan sakit yang sangat luar biasa.

"Aaa,,," rintihan ke luar dari bibir Pangeran Pisceso, tatapannya kosong melihat wajah Dokter Virgolin.

"Tabib, tolong ambilkan obat pereda nyeri dari dalam tasku," pinta Dokter Virgolin. 

"Tapi ,,,," 

"Biar aku yang menekan luka ini! Cepat!" seru Dokter Virgolin.

Segera Tabib Cole membuka tas Dokter Virgolin. "Yang mana?!" tanyanya bingung apa yang harus diambil.

"Itu!" tunjuk Dokter Virgolin dengan matanya. "Yang wadah kecil itu!"

"Ini!" Tabib menunjuk pada benda lain.

"Botol kecil!" seru Dokter Virgolin kesal.

Wajah Pangeran Pisceso begitu pucat, sakit di perutnya sangat luar biasa. Walau sering terkena luka setiap pulang dari medan perang, tapi baru kali ini merasakan perutnya ditusuk. 

Dengan cepat Dokter Virgolin segera mengeluarkan dua butir pil dan segera memasukannya ke dalam mulut Pangeran Pisceso. "Cepat telan obat ini biar lukamu tidak terlalu sakit!"

Semua orang berdiri melihat apa yang dilakukan Dokter Virgolin. Begitu juga dengan Raja Theodore.

Perlahan napas Pangeran Pisceso berangsur normal. Sakit di perutnya tidak begitu terlalu nyeri seperti tadi. 

"Untung kamu punya otot perut yang kuat, jadi belati tadi tidak terlalu dalam masuk ke dalam perutmu," celoteh Dokter Virgolin merasa lega melihat Pangeran Pisceso sudah tenang walau ada meringis di wajahnya. "Kamu juga, kenapa tidak menghindar sewaktu aku menusuk perutmu itu?! Bukankah kamu hebat bermain pedang, menghadapi belati kecil saja tidak bisa!" cerocos Dokter Virgolin tidak menyadari semua orang menatap geram padanya.

"Tutup mulutmu!" bentak Raja Theodore. "Pengawal! Bawa wanita ini dari sini! Kurung dia!"

Dua orang pengawal bertubuh besar langsung maju hendak menarik tangan Dokter Virgolin dari samping Pangeran Pisceso, tapi tanpa diduga, Pangeran Pisceso melarangnya. 

"Apa maksudmu?!" tanya raja pada putranya.

Pangeran Pisceso mengambil napas terlebih dahulu sebelum bicara dengan menahan sakit. "Ayahanda, tabib dari langit tidak sengaja melakukan itu semua," ucapnya pelan.

Dokter Virgolin langsung mengangguk berulang-ulang. "Iya, iya betul apa yang kamu katakan itu. Aku memang tidak sengaja! I'm swear!" sambil mengacungkan dua jarinya ke atas.

"Ayah," panggil Pangeran Pisceso. "Aku tidak apa-apa. Ayah jangan khawatir. Bagiku, ini hanya luka kecil," sambungnya menenangkan ayahnya kemudian berusaha untuk duduk. 

"Eh, kamu mau apa?! Jangan duduk! Nanti lukamu mengeluarkan darah lagi! Jangan banyak bergerak! Sebentar lagi, aku akan menjahit lukamu itu!" tukas Dokter Virgolin.

"Apa?!"

"Iya, aku akan menjahit lukamu itu!" Dokter Virgolin kemudian mengambil tasnya dan mengeluarkan alat bedahnya lagi.

Pangeran Pisceso termangu melihat beberapa alat bedah yang ada di tangan Dokter Virgolin.

"Tabib Cole, bantu aku menjahit lukanya Pangeranmu ini!" pinta Dokter Virgolin. "Seperti tadi sewaktu menjahit lukanya ratu. Eh, siapa nama ratumu itu?!" tanya Dokter Virgolin seperti sedang bicara dengan seorang teman.

"Yang Mulia Ratu Eleanor," jawab Tabib.

"Bagus sekali namanya, Ratu Eleanor. Tapi ngomong-ngomong, seharusnya ratumu itu sudah siuman."

Mendengar apa yang dikatakan Tabib dari langit, semua orang yang mengelilingi Pangeran Pisceso melihat ke arah Ratu yang dijaga Jenderal Axel.

Tepat sekali perhitungan Dokter Virgolin. Tak lama kemudian terdengar suara lirih dari bibir Ratu Eleanor.

"Ratu telah siuman!" seru Jendral Axel.

Raja secepat kilat langsung mendekati istrinya. Kedua kelopak mata Ratu Eleanor terlihat bergerak. 

Suara lirih ke luar dari bibir Ratu Eleanor. "Nghh, hhh."

"Sayang, istriku!" Dengan perasaan terharu, Raja meraih tangan Ratu Eleanor. "Akhirnya kamu siuman juga. Kamu tidur begitu lama, aku sangat khawatir."

Ratu Eleanor perlahan membuka mata, sejenak terdiam mengumpulkan kesadarannya. "Sakit," gumamnya lirih, meringis ketika merasakan leher sampai dada terasa perih.

"Iya, istriku. Aku tahu, kamu pasti kesakitan, tapi aku juga tahu, kamu wanita yang kuat. Tetap bertahan, demi aku," ucap Raja pelan dengan tangan mengelus lembut rambut Ratu Eleanor. "Maafkan aku, tidak bisa melindungimu."

Ratu Eleanor tersenyum. "Ini bukan salahmu. Aku yang bodoh, tidak bisa melindungi diri sendiri."

Selagi semua orang terfokus dengan Ratu Eleanor yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Dokter Virgolin dan Tabib Cole sedang berjuang merawat luka tusuk diperut berotot Pangeran Pisceso.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status