Share

9. KESALAHAN BESAR

Penulis: lyns_marlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-27 10:59:21

Dokter Virgolin tercengang, apa yang barusan dilakukannya sangat diluar nalar. Tangan yang memegang belati langsung dilepas, tapi belati tak jatuh.

Pangeran Pisceso menunduk melihat ke bagian perutnya sendiri. Belati emas kesayangannya, tertancap manis di perut berototnya.

"A-apa, apa yang telah ku lakukan?!" Dokter Virgolin menatap tak berkedip pada perut Pangeran Pisceso. 

Panas dan perih menjalar ke seluruh tubuh Pangeran Pisceso. Jari tangannya meraba berlati. Cairan merah kental begitu nyata nampak di jarinya.

"A-aku ,,,," gugup Dokter Virgolin. "A-aku ti-tidak sengaja," ucapnya terbata.

"Kau ,,," Pangeran Pisceso tak bisa berkata, wajahnya meringis menahan sakit. 

Dokter Virgolin menutup bibir dengan kelima jari tangan kanannya begitu melihat jari tangan Pangeran Pisceso berlumur darah.

Semua orang terkejut, apalagi sang raja dan Tabib Cole.

"Apa yang kau lakukan?! Kau, kau ,,," seru Tabib Cole.

"A-aku tidak sengaja," ucap Dokter Virgolin ketakutan, melihat ke semua orang satu per satu sampai tatapannya bertabrakan dengan Raja Theodore.

"Kau pembunuh!" seru Raja Theodore. "Tangkap wanita itu!"

"A-aku tidak se-sengaja." Betapa takutnya Dokter Virgolin melihat prajurit berpakaian lengkap langsung mengepung dirinya. 

Pangeran Pisceso meringis kesakitan, "isshhh." Tubuh tinggi dan kekarnya ambruk di tanah.

Dokter Virgolin melihat Pangeran Pisceso dan berseru. "Jangan, jangan kamu cabut belatinya!" Dengan cepat Dokter Virgolin duduk di samping tubuh Pangeran Pisceso yang telentang di tanah menahan sakit.

"Jangan sentuh putraku!" Suara menggelegar Raja Theodore memenuhi sekitar.

Dokter Virgolin tidak peduli. Segera dirobeknya ujung rok yang sedang dipakainya. Kemudian meminta Tabib Cole untuk membantunya. "Cepat bantu aku! Tekan kain ini dengan kuat di sini ketika aku mencabut belati ini!"

Tabib Cole kebingungan, hanya berdiri saja melihat Pangeran Pisceso.

"Cepat!" bentak Dokter Virgolin. "Aku akan menarik belati ini untuk menolongnya!"

Tabib Cole langsung duduk di samping Pangeran Pisceso, berseberangan dengan Dokter Virgolin. 

"Begitu belati ini aku cabut, kau langsung menekan lukanya dengan kain ini kuat-kuat!" Dokter Virgolin memberi pengarahan. "Kau mengerti?!"

Tabib Cole mengangguk. 

Suara keras dari Raja Theodore kembali terdengar. "Apa yang kau lakukan pada putraku?!"

Dokter Virgolin tidak peduli dengan Raja, tangan kanannya bersiap hendak menarik belati, tapi seseorang menarik tubuhnya ke belakang.

"Hentikan! Apa kau mau membunuhnya?!" Jenderal Axel begitu marah pada Dokter Virgolin.

"Aku akan menolongnya!" tak kalah galak Dokter Virgolin menjawab. Dengan cepat segera duduk kembali di samping Pangeran Pisceso. Kemudian memberikan aba-aba pada Tabib Cole untuk bersiap.

"Aaaaaa,,," jerit panjang kesakitan ke luar dari bibir bergetar Pangeran Pisceso ketika belati yang menancap di perut berototnya ditarik Dokter Virgolin.

Tabib Cole dengan sigap segera menekan luka dari belati yang tercabut untuk menghentikan darah yang ke luar. 

Dokter Virgolin juga melakukan hal yang sama, hatinya begitu sangat bersalah apalagi melihat wajah Pangeran Pisceso penuh keringat menahan sakit yang sangat luar biasa.

"Aaa,,," rintihan ke luar dari bibir Pangeran Pisceso, tatapannya kosong melihat wajah Dokter Virgolin.

"Tabib, tolong ambilkan obat pereda nyeri dari dalam tasku," pinta Dokter Virgolin. 

"Tapi ,,,," 

"Biar aku yang menekan luka ini! Cepat!" seru Dokter Virgolin.

Segera Tabib Cole membuka tas Dokter Virgolin. "Yang mana?!" tanyanya bingung apa yang harus diambil.

"Itu!" tunjuk Dokter Virgolin dengan matanya. "Yang wadah kecil itu!"

"Ini!" Tabib menunjuk pada benda lain.

"Botol kecil!" seru Dokter Virgolin kesal.

Wajah Pangeran Pisceso begitu pucat, sakit di perutnya sangat luar biasa. Walau sering terkena luka setiap pulang dari medan perang, tapi baru kali ini merasakan perutnya ditusuk. 

Dengan cepat Dokter Virgolin segera mengeluarkan dua butir pil dan segera memasukannya ke dalam mulut Pangeran Pisceso. "Cepat telan obat ini biar lukamu tidak terlalu sakit!"

Semua orang berdiri melihat apa yang dilakukan Dokter Virgolin. Begitu juga dengan Raja Theodore.

Perlahan napas Pangeran Pisceso berangsur normal. Sakit di perutnya tidak begitu terlalu nyeri seperti tadi. 

"Untung kamu punya otot perut yang kuat, jadi belati tadi tidak terlalu dalam masuk ke dalam perutmu," celoteh Dokter Virgolin merasa lega melihat Pangeran Pisceso sudah tenang walau ada meringis di wajahnya. "Kamu juga, kenapa tidak menghindar sewaktu aku menusuk perutmu itu?! Bukankah kamu hebat bermain pedang, menghadapi belati kecil saja tidak bisa!" cerocos Dokter Virgolin tidak menyadari semua orang menatap geram padanya.

"Tutup mulutmu!" bentak Raja Theodore. "Pengawal! Bawa wanita ini dari sini! Kurung dia!"

Dua orang pengawal bertubuh besar langsung maju hendak menarik tangan Dokter Virgolin dari samping Pangeran Pisceso, tapi tanpa diduga, Pangeran Pisceso melarangnya. 

"Apa maksudmu?!" tanya raja pada putranya.

Pangeran Pisceso mengambil napas terlebih dahulu sebelum bicara dengan menahan sakit. "Ayahanda, tabib dari langit tidak sengaja melakukan itu semua," ucapnya pelan.

Dokter Virgolin langsung mengangguk berulang-ulang. "Iya, iya betul apa yang kamu katakan itu. Aku memang tidak sengaja! I'm swear!" sambil mengacungkan dua jarinya ke atas.

"Ayah," panggil Pangeran Pisceso. "Aku tidak apa-apa. Ayah jangan khawatir. Bagiku, ini hanya luka kecil," sambungnya menenangkan ayahnya kemudian berusaha untuk duduk. 

"Eh, kamu mau apa?! Jangan duduk! Nanti lukamu mengeluarkan darah lagi! Jangan banyak bergerak! Sebentar lagi, aku akan menjahit lukamu itu!" tukas Dokter Virgolin.

"Apa?!"

"Iya, aku akan menjahit lukamu itu!" Dokter Virgolin kemudian mengambil tasnya dan mengeluarkan alat bedahnya lagi.

Pangeran Pisceso termangu melihat beberapa alat bedah yang ada di tangan Dokter Virgolin.

"Tabib Cole, bantu aku menjahit lukanya Pangeranmu ini!" pinta Dokter Virgolin. "Seperti tadi sewaktu menjahit lukanya ratu. Eh, siapa nama ratumu itu?!" tanya Dokter Virgolin seperti sedang bicara dengan seorang teman.

"Yang Mulia Ratu Eleanor," jawab Tabib.

"Bagus sekali namanya, Ratu Eleanor. Tapi ngomong-ngomong, seharusnya ratumu itu sudah siuman."

Mendengar apa yang dikatakan Tabib dari langit, semua orang yang mengelilingi Pangeran Pisceso melihat ke arah Ratu yang dijaga Jenderal Axel.

Tepat sekali perhitungan Dokter Virgolin. Tak lama kemudian terdengar suara lirih dari bibir Ratu Eleanor.

"Ratu telah siuman!" seru Jendral Axel.

Raja secepat kilat langsung mendekati istrinya. Kedua kelopak mata Ratu Eleanor terlihat bergerak. 

Suara lirih ke luar dari bibir Ratu Eleanor. "Nghh, hhh."

"Sayang, istriku!" Dengan perasaan terharu, Raja meraih tangan Ratu Eleanor. "Akhirnya kamu siuman juga. Kamu tidur begitu lama, aku sangat khawatir."

Ratu Eleanor perlahan membuka mata, sejenak terdiam mengumpulkan kesadarannya. "Sakit," gumamnya lirih, meringis ketika merasakan leher sampai dada terasa perih.

"Iya, istriku. Aku tahu, kamu pasti kesakitan, tapi aku juga tahu, kamu wanita yang kuat. Tetap bertahan, demi aku," ucap Raja pelan dengan tangan mengelus lembut rambut Ratu Eleanor. "Maafkan aku, tidak bisa melindungimu."

Ratu Eleanor tersenyum. "Ini bukan salahmu. Aku yang bodoh, tidak bisa melindungi diri sendiri."

Selagi semua orang terfokus dengan Ratu Eleanor yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Dokter Virgolin dan Tabib Cole sedang berjuang merawat luka tusuk diperut berotot Pangeran Pisceso.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   83. DIPERSATUKAN CINTA, DIRESTUI ALAM SEMESTA

    Pisceso semakin memeluk erat tubuh Virgolin. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja."Kedua tangan Virgolin memeluk erat pinggang Pisceso. "Benarkah semua akan baik-baik saja?!" tanyanya bersuara serak di antara isak tangis. "Semua akan baik-baik saja," bisik Pisceso. Walau sejujurnya, dirinya juga tidak tahu, apa mungkin akan baik-baik saja setelah hatinya mulai jatuh cinta pada Virgolin. "Bagaimana, kalau tidak baik-baik saja?!" tanya Virgolin lirih. Pisceso tak menjawab. Kedua tangannya semakin erat memeluk tubuh Virgolin. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam hatinya. "Pisceso," Virgolin merenggangkan pelukannya. Menghapus air mata yang telah membasahi pipi. Pisceso menatap dalam iris mata Virgolin yang masih tergenang air mata. "Jika nanti, aku sudah pulang ke duniaku, jangan pernah lupakan aku," bisik Virgolin, diakhiri bulir-bulir air bening yang jatuh dari kelopak mata.Hati Pisceso terenyuh. Aliran darah di seluruh nadinya seakan berhenti. "Aku tidak mungkin bisa melu

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   82. DILEMA

    Tatapan Pisceso beralih pada plastik kotor yang dipegang Virgolin. "Benda apa yang kau pegang?!" "Bukan apa-apa," jawab Virgolin. "Hanya sampah."Pisceso tak percaya begitu saja. Plastik kotor yang ada di tangan Virgolin diambilnya. "Itu plastik obat," ucap Virgolin pelan, bahkan suaranya nyaris tak terdengar. Pisceso diam, menunggu kelanjutan bicara Virgolin. "Tempat ini ,,," Virgolin menjeda ucapan, menelan saliva. Entah kenapa, tenggorokannya terasa kering. Pisceso mengangkat kedua alisnya, menunggu kelanjutan kalimat Virgolin."Dari tempat ini, aku tahu kemana arah jalan menuju ke pintu langit," sambung Virgolin.Deg!Pisceso tertegun. "Aku bahkan sangat hapal, kemana jalan menuju pintu langit," lanjut Virgolin. Membalikan badan, melihat ke sekeliling, kemudian tatapannya berhenti pada satu arah. "Kesana," tunjuknya.Pisceso mengikuti arah tangan Virgolin. Memang benar, jalan itu adalah jalan arah di mana pintu cahaya langit berada, tapi apa mungkin pintu langit itu akan ter

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   81. JATUH HATI

    Pisceso mengajak Virgolin menikmati keindahan air terjun yang ada di Desa Padi. Suara gemuruh dan percikan air yang menimpa batu membuat takjub Virgolin. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah. "Lihat! Banyak ikan kecil di sini!" tunjuk Virgolin pada aliran sungai yang berada di bawah kakinya. "Cepat kemari, Pisceso!" Suaranya kencang menyatu bersama suara gemuruh air terjun. Pisceso datang mendekat. "Kita tangkap ikannya!" pinta Virgolin. "Lebih baik biarkan ikannya besar terlebih dahulu, ikan itu masih terlalu kecil," larang Pisceso. "Iya sih, masih sangat kecil." Virgolin setuju. "Ayo, kita ke sana!" ajaknya. "Kita duduk di batu besar itu." Pisceso dengan senang hati mengikuti kemauan Virgolin. Diraihnya tangan Virgolin agar tidak terjatuh disaat berjalan di antara batu-batu kecil yang terhampar di tepian sungai. Batu cukup besar menjadi tempat duduk mereka berdua. Suara gemuruh air terjun begitu kontras, seirama menyatu bersama angin.Virgolin tak berkedip menatap jatuhn

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   80. TUMBANGNYA PIMPINAN TOPENG PERAK

    Perih dipunggung semakin menjalar. Darah yang keluar dari luka semakin banyak. Roxy bahkan merasakan penglihatannya mulai tidak jelas. Keseimbangan tubuhnya pun tidak stabil.Melihat Roxy terlihat limbung, Pisceso memberi isyarat pada prajuritnya agar menangkap Roxy. "Gawat. Mataku, kenapa dengan mataku ini?" hati kecil Roxy bertanya-tanya sendiri. Pedang yang dipegangnya pun mulai terlihat buram.Prajurit dengan sigap mengepung Roxy, tapi jiwa pemberontak Roxy tak membiarkan dirinya ditangkap begitu saja. Walau penglihatan sudah tak begitu jelas, Roxy masih tetap melawan bahkan dengan membabi buta mengayunkan pedangnya ke segala arah. Trang! Clang! Clang!Suara pedang yang beradu mengisi udara di ruangan yang temaram. Roxy masih lincah menangkis mata pedang dari para prajurit yang mengepungnya bahkan dua orang prajurit berhasil terkena sabetan pedangnya. Pisceso memberi perintah agar prajuritnya mundur. Senyum kemenangan terukir di bibir Roxy. "Kalian pikir karena tubuhku terluka

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   79. BERHASIL DIGAGALKAN

    Krieeet,,,Pintu kembali didorong dari luar. Roxy secepat kilat bersembunyi di kolong tempat tidur.Airin kembali masuk membawa wadah yang berisi makanan. Diletakkan di atas meja kecil samping teko air. Sejenak melihat Virgolin kemudian pergi lagi keluar dari kamar. Roxy mengelus dada lega. "Untung tidak ketahuan. Sialan si dayang itu, bolak balik masuk ke kamar. Lama-lama, aku bunuh juga si dayang itu!"Setelah melihat keadaan aman, Roxy keluar dari tempat persembunyiannya. Virgolin masih terlelap tidur dibuai mimpi, tidak tahu kalau dirinya dalam keadaan terancam. Dengkuran halusnya terdengar berirama keluar dari bibirnya."Baguslah, tidurnya sangat nyenyak. Ini akan memudahkan aku untuk membawanya pergi," gumam Roxy bersiap akan membuat Virgolin pingsan dengan memukul bagian tengkuknya. Bruuugh!Pintu kamar tiba-tiba dibuka kasar dari luar. Putra Mahkota Pisceso melesat masuk ke dalam kamar. Duugh!Tendangan kaki Pisceso mendarat sempurna dipunggung Roxy sampai tubuhnya tersun

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   78. PIMPINAN TOPENG PERAK MUNCUL KEMBALI UNTUK MENCULIK TABIB AGUNG VIRGOLIN

    Duarr!Petir menggelegar seakan ingin membelah langit setelah cahaya kilat muncul menyilaukan setiap mata."Untung kita sudah sampai. Hujannya deras sekali!" tutur Virgolin melihat turun hujan dari jendela kamar yang terbuka. "Iya. Pantas saja, cuaca sangat terik, ternyata mau turun hujan," ujar Airin. Virgolin merenggangkan otot. "Tulang pinggangku pegal. Aku ingin berbaring.""Istirahat saja. Aku juga akan istirahat di kamarku," ucap Airin. "Kalau tabib perlu sesuatu, panggil saja aku."Pintu kamar ditutup rapat oleh Airin dari luar. Virgolin segera naik ke atas tempat tidur yang sangat sederhana. Tubuh lelahnya telentang. Sejenak menatap langit-langit, tak lama kemudian dengkuran halus keluar dari bibirnya sebagai tanda Virgolin telah pergi ke alam mimpi. Sementara itu, Pisceso masih bersama Jidan dan sesepuh dari Desa Padi. Semuanya berkumpul di ruang tengah ditemani teh hangat dan beberapa potong singkong serta ubi rebus yang masih mengeluarkan uap panas. "Tabib dari langit m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status