Sudah hampir tiga hari Nadia dan Marvel saling diam dan tidak mau berbicara, meskipun serumah mereka bagaikan orang asing yang tidak saling kenal. Seolah-olah ada perang dingin antara ke duanya, Nadia yang belajar untuk teguh dengan pendiriannya. Sedangkan Marvel juga tidak bisa menurunkan egonya, mereka berdua terkadang kesulitan saat mereka bertatap muka. Terasa ada hal yang aneh, canggung dan lain sebagainya.
"Bu, Ibu lagi marahan sama ayah?" tanya Sherina.
"Tidak, Sherina. Ibu dan ayah baik-baik saja, memang kenapa?" tanya Nadia.
"Kelihatannya, ayah dan Ibu lagi marahan. Buktinya, sudah lama aku tidak melihat ayah dan Ibu bertegur sapa," jawab Sherina.
"Itu mungkin firasatmu saja," ucap Nadia sembari mengelus-elus rambut Sherina yang lagi tiduran di pangkuannya.
"Mungkin saja, Ibu. Tapi aku berpikir sepertinya ayah dan Ibu sudah lama tidak bertegur sapa," lirih Sherina.
"Kamu tidak perlu memikirkan semuanya, Sherina. Ibu dan ayah h
"Ayo! Cepat, Bu! Ibu harus tidur bersama Ayah." Sherina menarik tangan Nadia ke depan pintu kamar Marvel. "Sini, Ayah!" Panggil Sherina saat Marvel berada tepat di belakangnya. "Makan malam kita kan, sudah. Jadi sudah waktunya untuk tidur, tapi Sherina benar-benar ingin Ayah dan Ibu bisa tidur sekamar seperti Bu Bela dan Ayah dulu," ucap Sherina dengan penuh harapan. Sedangkan Nadia dan Marvel hanya diam mematung, tanpa berkata sepatah kata apapun. "Ayah dan Ibu kenapa diam saja? Kalau kalian diam, berati kalian setuju, kan?" tanya Sherina. Namun tetap saja, Marvel dan Nadia masih saling menatap dan tidak tahu harus berbuat apa. "Kalau kalian tidak mau, aku ngambek nih!" kata Sherina. Dengan sangat terpaksa, Nadia dan Marvel menganggukkan kepalanya dan menyetujui permintaan Sherina. "Asik...." Sherina melompat-lompat kegirangan, lantas dia mendorong Marvel dan Nadia masuk ke dalam kamar Marvel dan segera menutup pintunya. Sherina berlalu
"Aku hanya menjalankan tugasku, sebab aku sendiri juga merasakan kehilangan seorang ibu. Itupun aku tidak mungkin bisa bertemu dengannya lagi, karena duniaku dan dunia ibuku sudah berbeda," ujar Nadia haru. "Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuat mu teringat akan ibumu," ucap Marvel dengan wajah yang bersimpati. Mereka berdua semakin akrab dan saling berbagi cerita, seakan mereka menjadi seorang sahabat sekarang. "Aku mau tanya boleh?" tanya Nadia. "Tanya apa?" jawab Marvel. "Tapi, kamu tidak boleh marah ya!" ujar Nadia. "Iya." Nadia masih berpikir kembali, bagaimana cara menanyakan hal pribadi tentang Marvel dan juga Bela. Tanpa harus memicu kemarahan Marvel, Nadia juga tidak ingin bertengkar dengannya. "Kamu mau tanya apa?" tanya Marvel. "Tidak jadi," jawab Nadia. Nadia mengurungkan niatnya untuk menanyakan tentang masa lalu Marvel, dia juga teringat bahwa sebelumnya dia sudah pernah menanyakann
"Pagi, Ayah, Ibu!" sapa Sherina saat dia melihat Marvel dan Nadia di meja makan. "Pagi!" jawab Nadia dan Marvel bersama-sama. "Tumben, sudah bangun jam segini!" tanya Nadia. "Iya, Bu. Aku penasaran melihat Ayah dan Ibu," jawab Sherina. Nadia dan Marvel melongo, mereka belum paham maksud perkataan Sherina. "Maksudnya?" tanya Nadia saat dia tidak mendapatkan jawaban. "Iya, aku penasaran sama wajah Ayah dan Ibu yang bahagia. Tadi malam kan, Ayah dan Ibu tidur berdua di kamar," jawab Sherina. "Kamu masih kecil, Sherina. Tidak pantas kalau kamu berbicara seperti itu," ucap Marvel. "Tapi memang benar, Ayah. Soalnya Sherina sendiri bahagia, bahkan aku tidurnya tidak nyenyak. Nanti malam, aku ingin tidur bersama Ayah dan Ibu," ucap Sherina. Nadia dan Marvel kembali tertegun, permintaan Sherina semakin ke sini semakin aneh-aneh saja. "Boleh kan, Ayah!?" rengek Sherina. Tidak ada yang dapat dilakukan
"Sudah dari tadi, Ustadz?" tanya Nadia saat dia sampai di ruang tamu. "Baru saja sampai, aku ke sini pagi-pagi karena Marvel yang menyuruhku. Katanya agar Sherina lebih mendapatkan pelajaran yang lebih, kemarin-kemarin juga sudah libur," jelas Zacky. "Oh ya! Ustadz, silahkan duduk dulu ustadz. Mau minum apa? Mbak Bela juga mau minum apa? Juz atau teh?" tanya Nadia. "Tidak usah repot-repot, Nadia. Aku bisa mengambilnya sendiri kalau nanti aku haus," jawab Bela. "Kalau aku seperti biasanya saja," ucap Zacky. "Baiklah ustadz, Mbak," Nadia bergegas pergi ke dapur dan membuat minuman untuk Zacky, sedangkan Bela juga mengikuti Nadia dari belakang. "Pasti seru ya! Marvel mengajari masak? Jujur resep yang diajarkan kepadamu itu adalah resep yang pernah aku ajarkan kepadanya." Jelas Bela. Nadia terdiam, dia berpikir lebih dalam lagi. Apa sebenarnya tujuan dari Bela berbicara seperti itu, apa mungkin dia itu cemburu kepadanya? "O
Bela mengajak Sherina keliling rumah, mereka berlalu pergi dari hadapan Nadia. Kini Nadia hanya bisa duduk sembari berpikir tentang bisikan Bela, dia tidak menyangka bahwa Bela akan mengatakan hal itu padanya. 'Apa mungkin sebaiknya aku terus terang saja, bahwa sebenarnya aku dan Marvel tidak melakukan hal apapun. Akan tetapi, apa hak dia? Dia kan, sudah lama menjadi mantan istri Marvel. Namun hatiku tidak bisa berbohong, bahwa aku simpati padanya,' gumam Nadia dengan perasaannya yang sedang dilema. Nadia pun membersihkan rumah, dia mencoba mengalihkan pikiran yang ada dengan kesibukan seperti biasanya. Daripada dia harus tertekan batinnya, karena terlalu memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu dia pikirkan. "Kring, Kring." Bunyi telepon rumah. Nadia buru-buru mengangkat telepon yang berbunyi, dia mengabaikan semua pekerjaan rumahnya dan segera mengambil gagang telepon. "Halo! Nadia!" Terdengar suara yang sudah tidak asing ditelinga Nadia.
Bela masih terus mengelus-elus rambutnya Sherina, sehingga dia tertidur pulas kembali. Sherina sangat menikmati belaian kasih sayang dari Bela. "Kamu tidak lihat! Betapa Sherina suka dan nyaman jika dia berada di pangkuanku?" kata Bela. "Iya, Mbak." Senyuman Nadia mengiringi ucapannya kepada Bela. "Apa kamu tidak berpikir! Untuk menyerah saja, dan kamu akui semua perbuatanmu yang tidak baik itu! Tidak usah sok alim begitu? Aku tahu isi hatimu yang ternyata busuk!" hardik Bela. "Maksud Mbak, apa? Aku tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Mbak, apa Mbak gak salah?" tanya Nadia. "Kamu gayanya saja berhijab, tapi kelakuanmu sangat memalukan." Pembicaraan Bela kepadanya tidak bisa dia pahami, karena memang Nadia tidak merasa berbuat salah apa-apa. Nadia kembali terdiam dan berpikir, apa yang sebenarnya terjadi. "Mbak, jangan menuduhku. Aku kenal sama Mbak saja baru kemarin, kenapa bisa aku yang Mbak salahkan?" tanya Na
Makan malam sudah selesai disiapkan oleh Nadia, semuanya telah tertata rapi di atas meja. Sherina dan Bela langsung menyantap masakan yang dimasak oleh Nadia, tanpa berbicara kepadanya. Makin ke sini, Bela semakin tidak tahu diri. Dia bertindak seolah-olah rumah itu masih rumahnya saat dia masih berstatus sebagai istri Marvel. Nadia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan juga terus memperhatikan gerak-gerik dari Bela. "Nanti malam Ibu kan, menginap di rumah ini. Ibu tidur dimana?" tanya Bela. "Tidur sama aku, Bu. Aku sudah lama tidak tidur dibarengi oleh Ibu, aku rindu," jawab Sherina. "Iya, Ibu juga rindu. Sekarang Sherina harus perbanyak makannya, ya. Agar cepat tumbuh besar." Bela menyuapi Sherina dengan penuh kasih sayang. "Nadia, nanti kamu bereskan meja makan ini! Karena Marvel tidak suka hal-hal yang berantakan," perintah Bela. "Tidak usah dikasih tahu pun, aku tahu Mbak," jawab Nadia. Mendengar jawaban dari Nadia, Bel
"Bela!? Bela!? Bela!?" teriak Marvel sembari berjalan menuju ke kamar tidurnya. Bela yang masih tertidur pulas tidak mendengar teriakkan Marvel yang semakin keras, Bela masih terbuai dalam mimpi indahnya. Marvel berjalan dengan wajah yang begitu marah, dia tidak sabar untuk segera bertemu bela dan mengusirnya dari sana. Marvel masih tidak terima dengan apa yang Bela lakukan, sebab dia dengan lancang masuk ke kamar tidur Marvel tanpa izin sebelumnya. "Bela!?" teriak Marvel lagi saat Bela belum juga memberikan jawaban. Marvel pun membuka pintu kamarnya, dan menghidupkan lampunya. Terlihat Bela yang masih tetap tertutup oleh selimut yang dipakainya, Marvel mendekat, perlahan dia menarik selimut yang menutupi tubuh Bela. "Bangun!? Bangun, Bela!?" Marvel menarik tangan Bela. "Ada apa? Aku masih mengantuk, tolong! Jangan ganggu aku dulu, biarkan aku beristirahat," jawab Bela. Bela pun kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Marvel