All Chapters of TAKDIR CINTA NADIA: Chapter 1 - Chapter 10
130 Chapters
Ketidak Adilan
Dalam hidup, kita tidak bisa menentukan takdir yang akan kita jalani. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa untuk hidup kita, meski terkadang semua itu tidak seperti yang kita harapkan. Seperti yang dialami oleh Nadia, seorang gadis cantik di desanya. Gadis penurut dan selalu patuh kepada orang tuanya, bahkan perihal jodoh sekalipun. Sifatnya yang polos dan pendiam, membuat dia semakin teraniaya.  "Hidup mu akan terjamin! Jika kamu menikah dengan Marvel!" ujar Inez memaksa.  Inez adalah ibu tirinya, sedangkan ibu kandung Nadia sudah lama meninggal. Ayahnya yang bernama Hendra memutuskan menikah lagi, setelah ibunya pergi.  "Bagaimana mungkin, aku menikah dengan orang yang sama sekali tidak ku kenal?" Nadia mencoba memberikan pengertian kepada ayah dan ibu tirinya.  "Bagaimanapun... Kamu harus menurut apa kata Ayah, Nadia!" bentak Ayahnya.  'Percuma, aku menjelaskan semuanya. Ayah juga tidak akan mungkin mendengarkan ku,'
Read more
Kehidupan yang tidak diinginkan
Sekarang, Nadia telah sah menjadi istri Marvel, laki-laki yang dipilihkan oleh ibu tirinya. Nadia berusaha agar bisa melewati badai hidup yang akan dia lewati, Nadia harus menguatkan hatinya sendiri. "Nadia, kamu sudah sah menjadi milik ku." Laki-laki kasar itu menatap Nadia begitu tajam. 'Aku tidak bisa kabur hari ini, bagaimanapun aku sudah sah menjadi istrinya. Mau tidak mau aku harus melayaninya, walau batinku sebenarnya tidak terima.' Nadia bergumam dengan menitikkan air mata. "Tidak usah lah kau menangis, hidupmu itu sudah enak," Inez mengulang kembali perkataan nya, perkataan yang dari awal dibuatnya senjata agar Nadia tidak berontak. Memang ibu tirinya itu wanita yang tidak punya hati, hatinya di penuhi oleh harta yang selalu dia cari. Tidak jarang ibu tirinya meminta uang kepada Marvel, sebelum Nadia di jodohkan dengannya. Inez yang dengan sengaja menukarkan Nadia hanya demi uang dan kesenangannya saja. Sejumlah uang sudah diberikan ke Inez dan
Read more
Semangat Hidup
  Nadia dan Marvel berjalan menuju ke mobil, mereka berdua sama-sama khawatir tentang Sherina. Sherina yang malang, yang ditinggalkan oleh ibunya. Dari kejauhan, mereka melihat Sherina sudah terbangun dari tidurnya.  "Dari mana, Ayah?" tanya Sherina.  "Dari belanja, Sherina ingin beli apa?" Marvel bertanya dengan jiwa yang mencerminkan sebagaimana seorang ayah.  "Aku ingin ice cream, Ayah," kata Sherina berbicara manja.  "Sebentar, biar Ayah belikan dulu." Marvel segera masuk kembali ke dalam pusat perbelanjaan.  Sedangkan Nadia duduk di dalam mobil bersama Sherina, sambil mengobrol.  "Ibu, apakah ibu menyukai Ayah?" tanya Sherina dengan wajahnya yang begitu lugu.  "Memang kenapa? Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Nadia justru kembali bertanya.  "Aku takut, jika ibu meninggalkan ayah, seperti ibuku dulu," ucap Sherina. Kali ini air mata Sherina menetes, dia teringat akan ibu
Read more
Bertahan
  Nadia dan Sherina akhirnya bermain, Sherina begitu senang. Sherina yang semula tidak pernah merasakan kasih sayang, justru sekarang sudah bisa merasakannya. "Sherina, jadilah anak yang selalu ceria dan bahagia seperti ini ya," Nadia mengucap dengan penuh perasaan kasih sayang dan lemah lembut. "Baik, Bu. Terimakasih telah menjadi ibu yang baik untuk ku." Sherina memeluk erat Nadia. Mereka melanjutkan bermain, mulai dari bermain boneka dan juga permainan yang lainnya. "Di rumah ini, Sherina hanya tinggal berdua sama Ayah?" tanya Nadia, ketika dia melihat rumahnya begitu sepi. "Tidak, Bu. Ada bibi juga, bibi Inem. Bibi Inem yang membantu aku mandi dan makan sedari dulu," jawab Sherina. "Sekarang, bibi Inem ke mana? Dari tadi aku lihat tidak ada orang," Nadia bertanya. "Iya, bibi Inem pulang kampung. Katanya sedang merindukan keluarganya, paling besok pagi pulang ke sini lagi, Bu," jawab S
Read more
Teman Baru
  Sore sebentar lagi akan menjelma menjadi malam, matahari sudah mulai terbenam. Senja sudah mulai tertutup oleh awan dengan perlahan-lahan. Nadia mengajak Sherina untuk masuk ke dalam rumah, sebelum Azan magrib di kumandangkan. "Sherina, Ayok masuk.!" ajak Nadia. "Iya, Bu." Sherina memang anak yang begitu sholihah, dia menurut saja apa yang dikatakan oleh Nadia. "Bu, kenapa harus masuk?" tanya Sherina kemudian, ketika mereka berdua sudah melangkahkan kakinya ke dalam rumah. "Iya, dulu nenek pernah berkata. Kalau sudah petang, syaiton lebih mudah masuk ke dalam rumah-rumah," Nadia menjelaskan segalanya, yang pernah ibu Nadia katakan. "Seram ya, Bu," Sherina berkata dengan ekspresi ketakutan. Nadia menatap wajahnya sembari berkata, "Tidak usah takut, syaiton akan hilang kalau kita baca ayat suci Al-Quran." "Kalau begitu, aku lebih giat lagi untuk belajar ngajinya," ucap Sherin
Read more
Kepasrahan
Nadia membenarkan hijabnya dan membalas senyum. "Kenalin, Bu. Ustadz Zacky," kata Sherina. "Nadia, Ibunya Sherina," ucap Nadia tanpa jabat tangan seperti namaste."Zacky, guru lesnya Sherina." Zacky melakukan hal yang sama. Kemudian, Nadia kembali ke dapur, dia menyiapkan minuman untuk Zacky. Zacky dan Sherina belajar di ruangan yang sudah disediakan oleh Marvel. Mereka berdua terlihat begitu akrab, selayaknya om dan ponakannya. Nadia dari arah kejauhan sembari membawa segelas teh sedang memperhatikan mereka juga ikut senang. "Di minum dulu, tehnya." Nadia mempersilahkan Zacky untuk meminum teh yang sudah diletakkan di atas meja. "Terimakasih." Zacky langsung menyeruput teh. Nadia kembali masuk ke dalam, dia bingung mau ngapain. Beruntungnya masih ada televisi, akhirnya dia nonton. Dia tidak tahu, apa yang mereka lakukan di ruang belajar. Nadia begitu berharap Sherina akan sukses nanti, dia bisa menjadi wanita y
Read more
Risau
      Setelah kejadian itu, Sherina datang menghampiri Marvel dan Nadia yang lagi di ruang makan, Sherina datang dengan wajah yang begitu pucat. "Sherina, kenapa wajahmu pucat?" tanya Nadia khawatir. "Aku menggigil, Bu," jawab Sherina lemas. "Badan kamu panas sekali!" ujar Nadia dengan memegang dahi Sherina. Mendengar ucapan Nadia, Marvel yang tadinya duduk di sebelah Nadia mengambil Sherina yang telah duduk di pangkuan Nadia. "Pergi kamu!" ucap Marvel mengusir Nadia. "Kenapa panas sekali?" tanya Marvel dengan melihat wajah Nadia. Pertanda dia bertanya kepadanya. "Aku tidak tahu," jawab Nadia. Marvel lagi-lagi memarahi Nadia, dia berkata. "Kamu tidak becus mengurus anak.! Baru saja tinggal di rumah ini, Sherina sudah sakit." Marvel begitu marah, dia kemudian menggendong Sherina dan masuk ke kamarnya. Nadia mengikuti dari belakang, dia juga
Read more
Happiness
Nadia kembali masuk ke dalam kamar rawat Sherina, setelah dia selesai berbicara dengan Ilham. Dia menemui Sherina yang masih bersama suster. Setiap langkah kakinya, Nadia terus saja merasa memang ada yang beda dari Ilham, Nadia juga tidak mengerti apa yang sedang Ilham rasakan. "Bu, aku sudah sehat," ucap Sherina saat dia menelan bubur yang disuapi oleh suster. "Alhamdulillah... Buburnya enak?" tanya Nadia. "Enak, Bu. Aku suka," jawab Sherina. "Mana, Sus. Biar aku saja yang menyuapi Nur." Nadia mengambil semangkok bubur yang di berikan oleh suster. "Harus makan yang banyak, biar cepat pulang." Ucap Nadia sembari menyuapi Sherina. Sherina semakin semangat untuk memakan bubur itu, dia yang senang disuapi oleh ibunya. Perhatian Nadia kepada Sherina begitu besar, hati Nadia layaknya seorang ibu meski dia tak pernah melahirkan. Sekarang, suster sudah pergi meninggalkan mereka berdua, mereka pun bercanda bersama
Read more
Jalan Kesuksesan
"Assalamu'alaikum..." Terdengar suara Marvel dengan mendorong pintu kamar tempat Sherina dirawat. "Waalaikumsalam..." Nadia, Sherina, Ilham menoleh dan menjawab salam. "Kenapa lama, yah?" tanya Sherina. "Tadi macet di jalan, ada kecelakaan beruntun. Maaf ya, Ayah lama." Ucap Marvel setelah Sherina dan Nadia menunggu sekitar setengah jam. "Iya, Ayah tidak apa-apa?" Tanya Sherina khawatir. "Iya, Alhamdulillah. Ayah tidak apa-apa," ucap Marvel. "Syukur, Ayah tidak apa-apa." ucap Sherina dengan raut wajah yang gembira. "Ayo, pulang!" Ajak Marvel tidak sabar. "Ayok.." Sherina juga tampak bersemangat. "Boleh pulang beneran, Dok?" Tanya Marvel memastikan. "Iya," jawab Ilham. "Nadia, bajunya sudah dikemas semua?" tanya Marvel. "Sudah," jawab Nadia. Nadia sudah membereskan semua pakaian mereka siang tadi dan sekarang, Nadia m
Read more
Diam diam
  Tekad Nadia untuk kuliah semakin bulat, dia sudah berpikir matang-matang. Apapun resiko yang akan didapatkan, dia sudah menyiapkan mental. Perlahan dia turun untuk menemui Zacky yang sudah menunggunya dari tadi, Zacky berada diruang tamu bersama Sherina. "Maaf, Ustadz. Sudah lama nunggunya?" tanya Nadia. "Gak juga, kan sudah seperti biasa. Aku mengajari Sherina dulu." Sherina yang sedari tadi duduk bersama, masih kebingungan. Apa yang sebenarnya dibahas oleh Zacky dan Nadia, dia hanya diam saja dan melanjutkan tugasnya. "Ustadz, ini sudah benar?" tanya Sherina sambil menyodorkan tugas yang sudah dikerjakan. "Anak pintar," jawab Zacky. "Aku ke kamar dulu ya, mau ambil boneka. Tugasku sudah benar, jadi aku gak papa main boneka?" tanya Sherina dengan wajahnya yang masih lugu. "Iya, tentu boleh."     Sherina berlari ke kamarnya, kini hanya tinggal Zacky dan Nadia. Nad
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status