Home / Romansa / TAKDIR CINTA NESSA / Bab 5 Pertemuan Kembali dan Perjodohan

Share

Bab 5 Pertemuan Kembali dan Perjodohan

Author: Nina
last update Last Updated: 2025-06-27 23:05:29

Fajar kemudian segera mengambil alih dan menyuruh Herman diam. Ia kecewa dengan Herman yang tidak peka, ia membuat keruh suasana. Ia yakin sekarang bu Raisa tidak senang dengan berita yang baru disampaikan Herman.

"Maaf bu Raisa. Perkenalkan saya Fajar. Saya adalah orang tua kandung Nessa. Kami juga baru tahu kalau Nessa adalah putri kami yang hilang dari hasil tes DNA ini." Fajar menyerahkan dokumen hasil tes DNA kepada Raisa.

Raisa menerima map hasil tes DNA tersebut dan membacanya. Tangannya sedikit gemetar setelah tahu fakta bahwa orang tua kandung Nessa datang setelah 19 tahun dia mengasuh Nessa.

"Bisa tolong jelaskan maksud bapak tadi tentang Nessa adalah putri bapak yang hilang," ujar Bunda Raisa.

Fajar mengangguk lalu mulai bercerita tentang kejadian penculikan putrinya yang dulu masih berusia 3 bulan itu, berikut upaya-upaya yang sudah ia lakukan bersama keluarga besarnya selama bertahun-tahun sampai akhirnya ia dan istri berusaha mengikhlaskan. Namun 19 tahun kemudian, Tuhan mempertemukan mereka kembali dengan putri mereka lewat jalan yang tidak pernah disangka-sangka yaitu jalan donor darah yang dilakukan putri mereka pada istrinya yang baru saja kecelakaan.

"Ini bukti laporan polisi yang kami buat saat putri kami diculik serta foto putri kami saat berusia tiga bulan," lanjut Fajar menyerahkan bukti itu pada Raisa.

Raisa menerima bukti-bukti itu dan segera memeriksanya. Air mata Raisa menetes ketika melihat foto bayi berusia 3 bulan yang sangat mirip dengan Nessa saat ia diserahkan oleh warga yang menemukannya. 

Dengan bukti yang diserahkan padanya, Raisa percaya Fajar tidak mungkin berbohong dan bermaksud jahat pada Nessa.

"Anda akan berbicara pada Nessa hari ini?"tanya Bunda Raisa.

Fajar mengangguk, "Kami ingin meminta bantuan pada Anda untuk membantu menjelaskan pada Nessa. Tentu bagi Nessa akan sulit jika saya langsung menemuinya dan mengatakan ini semua padanya."

"Saya mengerti, saya akan membantu menjelaskan pada Nessa saat ia pulang kuliah nanti. Besok bapak bisa ke sini lagi," jawab Bunda Raisa.

"Terima kasih banyak bu Raisa, kami undur diri dulu," ucap Fajar lalu mengode Herman untuk segera beranjak pergi.

"Silahkan," ujar Bunda Raisa mengantarkan kedua tamunya ke depan pintu.

***

Nessa bergegas memasuki panti. Ia khawatir dengan bunda Raisa yang memintanya segera pulang setelah kuliah selesai.

Begitu memasuki panti, Nessa segera ke kamar bunda Raisa dan mengetuk pintu kamarnya.

Tok, tok.

"Masuk nak," jawab Raisa.

"Bun, ada masalah apa?" tanya Nessa yang baru memasuki kamar bunda Raisa. 

"Duduk dulu sini, bunda mau bicara," ucap Raisa serius memanggil Nessa untuk duduk di sampingnya.

Nessa menurut, ia langsung duduk di sebelah bunda Raisa.Ia mendapati raut wajah bunda Raisa yang serius di sampingnya.

"Sebelumnya, tolong dengarkan dulu sampai akhir jangan menyela," ujar bunda Raisa.

Nessa mengangguk.

Bunda Raisa lalu menceritakan tentang kedatangan Fajar tadi pagi berikut maksud kedatangannya serta memberikan hasil tes DNA dan  bukti-bukti laporan kepolisian serta foto-foto Nessa saat masih bayi sampai berumur 3 bulan sebelum kejadian penculikan.

"Jadi...Mereka tidak pernah buang Nessa, bun?" tanya Nessa dengan menahan air matanya.

Bunda Raisa mengangguk, "Iya nak, faktanya kamu dulu diculik lalu dibuang dan ditemukan warga sekitar panti."

Nessa menangis mengetahui fakta tentang apa yang sesungguhnya terjadi dan juga penderitaan kedua orang tuanya yang mengira kehilangan seorang anak. Sungguh terbalik dengan dugaannya selama ini, ia mengira dirinya dibuang orang tuanya sampai tak mau diadopsi orang lain karena tidak percaya lagi dengan yang namanya orang tua selain bunda Raisya dan bu Ranti yang merawatnya selama 19 tahun ini.

Ia mengingat pertemuannya dengan Fajar waktu itu yang ternyata ternyata papa kandungnya. Sungguh hati memang tidak bisa dibohongi. Ikatan hati di antara mereka saat mereka bertemu terasa kuat.

Nessa sangat bersyukur kepada Tuhan, darahnya saat itu bisa membantu ibu kandungnya di saat-saat kritis dan bisa membuatnya bertemu dengan kedua orang tua kandungnya.

"Mereka akan ke sini besok, nak. Kamu mau kan ketemu dan bicara dengan mereka?" tanya Raisa sambil memeluk Nessa.

Nessa mengangguk pelan.

***

Keesokan harinya di halaman panti harapan kasih, bunda Raisya menyambut kedatangan Fajar serta Alinka.

"Selamat pagi bu Raisya, perkenalkan saya Alinka," sapa Alinka seraya berjabatan tangan.

"Pagi bu Alinka, pak Fajar. Nessa masih di dalam pak, silahkan tunggu dulu di ruang tamu panti," jawab bunda Raisa.

Alinka merasa sedikit kecewa mendengar jawaban bunda Raisa, ia khawatir sang putri tidak mau bertemu dengan mereka.

Bunda Raisa yang melihat kekhawatiran di kata Alinka segera berkata. "Saya sudah berbicara dengan Nessa kemarin Pak, Bu. Syukurlah Nessa mengerti dan menerima semua apa yang terjadi padanya." 

"Terima kasih banyak bu," ucap Alinka dan Fajar bersamaan.

"Pak Muh, tolong panggil Nessa di kamar," ujar bunda Raisa begitu melihat pak Muh lewat.

"Baik bu," jawab pak Muh.

"Mari pak, bu tunggu di dalam ruangan saya," Raisya mempersilahkan masuk. 

Fajar dan Alinka lalu berjalan di belakang bunda Raisa masuk ke ruangan beliau.

Tak lama kemudian Nessa datang,

Deg, 

Jantungnya terasa berdetak kencang, melihat kedua orang tua kandungnya. Ya bapak paruh baya yang mengucapkan terima kasih padanya waktu itu adalah bapak kandungnya. Sementara perempuan di sampingnya yang berwajah mirip dengannya adalah ibu kandungnya.

Alinka segera berlari menghampiri Nessa yang hanya diam saja itu. Sesaat kemudian Alinka berhenti karena takut Nessa menolaknya.

Nessa yang melihat itu, segera langsung memeluk Alinka. Tangis Alinka pecah seketika.

"Nayla putriku...hiks," ucap Alinka masih terisak.

Nessa ikut menangis dalam pelukan Alinka.

"Ini mama, nak," ujar Alinka.

"Mama," kata Nessa.

"Iya nak, ini mama,"ucap Alinka dengan masih terisak.

Fajar yang awalnya hanya menahan tangisnya, ikut memeluk istri dan putrinya itu."Ini papa princess."

Setelah adegan pelukan itu, Fajar dan Alinka meminta waktu berbicara dengan Alinka kepada bunda Raisa. Mereka ingin berbicara serius pada Nessa. 

Bunda Raisa mengiyakan, ia segera keluar dari ruangannya untuk memberikan waktu kepada Nessa dan keluarganya.

"Nayla," panggil Fajar pada putrinya itu.

"Maaf pa, panggil Nessa saja," tolak Nessa  karena merasa belum nyaman dengan panggilan Nayla.

"Baik, Nessa. Papa dan mama ingin kamu ikut kami pulang ke Jakarta. Apa kamu keberatan?"

Nessa menggeleng, "Nessa tidak keberatan ikut, tapi sekarang Nessa masih kuliah di sini. Kurang tiga semester lagi Nessa lulus."

Nessa mengikuti program akselerasi waktu SMA sehingga di umurnya yang ke 19 ini dia sudah kuliah semester 5.

"Kamu bisa pindah kuliah di Jakarta nak," kata Alinka.

"Tapi...Nessa harus mulai dari semester awal jika pindah ke universitas lain," jawab Nessa.

"Kamu tetap harus ke Jakarta untuk bertemu dengan tunanganmu. Keluarga tunanganmu sangat senang ketika kami memberi kabar kamu sudah ditemukan. Mereka berencana melanjutkan perjodohan yang sudah diatur kakek nenek kalian dari kalian kecil," ucap Alinka.

"Tunangan? Dijodohkan?"ucap Nessa tak percaya mendapati dirinya mempunyai tunangan.

"Iya nak, kalian sudah dijodohkan saat di dalam kandungan," kata Fajar.

"Apa?" teriak Nessa dalam hati. Ia sangat syok tahu dirinya sudah dijodohkan saat masih ada dalam kandungan.

TBC...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 48 Bayangan Masa Lalu

    "Apa...? Menikah...?!" teriak seorang pria paruh baya dengan wajah memerah menahan amarah.Suasana di ruang kerjanya yang megah mendadak mencekam. Ia baru saja mendapat laporan mengejutkan dari salah satu anak buahnya, kabar yang membuat darahnya mendidih."Siapa yang menikah? Apa Fajar yang menikah lagi?" tanyanya dengan suara menggelegar, kedua matanya menatap tajam seperti hendak menelan siapa pun yang berada di hadapannya."Itu... itu informasinya belum lengkap, Tuan. Kami baru mendapat kabar bahwa pesta akad nikah berlangsung di kediaman Sudibyo. Para saksi menyebut ada dua keluarga besar yang hadir," jawab sang bawahan dengan suara gemetar.Pyarrr!Sebuah gelas kristal melayang dan pecah berantakan di lantai marmer, membuat para penjaga yang berdiri di dekat pintu menunduk ketakutan."Sialan kau! Tak becus mengurus ini semua! Dari kemarin aku minta kau awasi gerak-gerik mereka, tapi apa hasilnya? Nol! Kau dan bawahanmu gagal total!"Pria paruh baya itu berdiri dari kursinya deng

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 47 Hari Pernikahan 2

    “SAH…”Suara lantang para saksi menggema di ruangan besar itu, menandai ijab kabul pernikahan Nessa dan Adrian resmi terlaksana.Riuh ucapan alhamdulillah terdengar dari para hadirin dari keluarga inti Sudibyo, Alexander dan Wijatmoko, penghulu tersenyum puas, sementara Fajar—papa Nessa, menatap penuh haru ke arah putrinya. Tapi di balik semua itu, Nessa hanya diam. Pandangannya lurus ke depan, matanya sekilas menatap Adrian yang baru saja menyalami para saksi dan menerima ucapan selamat dari penghulu.Tidak ada rona bahagia di wajah pria itu. Yang terlihat hanyalah ekspresi datar, penuh kesopanan yang dibuat-buat. Senyumnya tipis, terukur, seperti seseorang yang sedang memainkan peran.Nessa mengerling sinis, sudut bibirnya terangkat kecil. "Ckkk… pilihannya sendiri padahal menikahiku. Kenapa ekspresinya seolah ini hukuman?"Ia sempat terkejut ketika MC pernikahan mengumumkan giliran mempelai perempuan untuk menandatangani dokumen pernikahan. Seorang MUA segera menghampiri, membantun

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 46 Hari Pernikahan

    Seminggu kemudian, hari yang tidak pernah Nessa nantikan akhirnya tiba.Acara pernikahan itu tetap dilaksanakan meskipun Nessa sudah menolak habis-habisan. Berkali-kali ia mencoba menyuarakan penolakannya, bahkan sampai mengurung diri di kamarnya beberapa hari sebelumnya.Orang tuanya sampai meminta izin ke kampus Nessa selama seminggu dengan alasan ada keperluan kelurga. Namun semua upaya penolakan Nessa sia-sia. Keputusan orang tuanya seakan sudah bulat, seakan ia tidak pernah memiliki suara dalam hidupnya sendiri.Pagi itu, kediaman keluarga Sudibyo tampak lebih ramai dari biasanya. Bunga-bunga segar menghiasi teras depan, kursi-kursi putih sudah tersusun rapi di halaman, dan beberapa dekorasi bernuansa klasik menambah kesan anggun pada acara yang katanya “sederhana.” Padahal bagi Nessa, tak ada yang sederhana dari sebuah pernikahan yang ia jalani tanpa kerelaan hati. Maksud dari sederhana disini adalah acara hanya melibatkan keluarga inti saja. Untuk resepsi besar-besaran akan dia

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 45 Penolakan Nessa

    Keesokan harinya, Nessa sudah siap dengan pakaian kasualnya setelah mandi. Rambutnya ia ikat ke belakang dengan sederhana, meski wajahnya masih terlihat pucat akibat tidur yang tidak nyenyak semalam. Ia sebenarnya ingin segera turun sarapan, tapi sebuah getaran singkat dari ponselnya membuat langkahnya terhenti.Ting!Sebuah pesan masuk.Adrian: Aku mau ngomong sebentar, temui aku di taman belakang.Nessa menatap layar ponselnya cukup lama. Hatinya langsung terasa berat. Ia menghela napas pelan, mencoba menenangkan diri. "Lagi-lagi dia… apa lagi yang mau dia sampaikan kali ini?" batinnya gusar. Mau tidak mau, ia harus menuruti ajakan Adrian. Ada banyak hal yang membuatnya curiga sejak kemarin terutama soal kebohongan tentang latihan fisik, juga sikap aneh Adrian pada orang tuanya.Dengan langkah ragu, ia masuk ke lift. Jarinya menekan tombol angka satu. Lift bergerak perlahan turun, dan jantung Nessa ikut berdegup tak menentu.Begitu pintu lift terbuka, ia berbelok menuju taman belak

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 44 Pusaran yang Tak Bisa Dihindari

    Malam itu kediaman Sudibyo tampak sunyi. Hanya suara serangga malam dan semilir angin yang berdesir melalui celah jendela kamar tamu. Adrian masih terjaga. Ia duduk di tepi ranjang, masih dengan pakaian rapi, menatap kosong pada lantai. Kata-katanya sendiri terngiang di kepala.“Karena semua sudah jadi begini, maka jangan salahkan gue menyeret Nessa dalam pusaran ini.”Ia mengusap wajahnya kasar, menarik napas panjang. Beban itu semakin berat sejak ia tahu bahwa pernikahan mereka ditetapkan hanya tinggal hitungan hari. Tanpa persetujuan, tanpa diskusi dengannya maupun Nessa hanya keputusan sepihak dari para orang tua.“Apa gue keterlaluan waktu bilang begitu sama dia?” gumamnya lirih. “Tapi… apa ada pilihan lain? Keluarga gue maksain ini semua."Adrian menunduk, menatap jemari tangannya yang terkepal. Ia merasa seperti pion di papan catur, digerakkan sesuai kehendak orang lain. Ia tidak pernah membayangkan hidupnya akan dipaksa menikah di usia sekarang, apalagi dengan cara seperti ini

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 43 Janji yang Terkunci Malam

    Udara malam di halaman belakang kediaman Sudibyo terasa sejuk, ditemani cahaya lampu taman yang berkelip redup. Semilir angin menerbangkan rambut panjang Nessa yang dibiarkan tergerai, menambah kesan gamang pada wajahnya yang sedang muram.Ia duduk di bangku kayu panjang, tepat di seberang Adrian. Jarak mereka tidak begitu jauh, namun keheningan yang tercipta membuatnya terasa seperti sebuah jurang.Sebelumnya, setelah makan malam bersama, Nessa sudah berniat untuk langsung masuk kamar dan beristirahat. Namun niat itu buyar saat suara lembut sang mama terdengar.“Nak, tolong temenin Nak Adrian di halaman belakang, ya?”Nessa tidak bisa menolak, apalagi saat tatapan ibunya terlihat penuh harap. Ia hanya bisa mengangguk pelan, meski dalam hati berteriak keberatan. Dan kini, inilah ia terjebak dalam keheningan canggung bersama calon tunangan yang bahkan tidak benar-benar ia pahami.Nessa membuang muka, menatap ke arah taman bunga yang sedang bermekaran. Ia menggigit bibir bawahnya, berus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status