Beranda / Romansa / TAMBATAN HATI SANG CEO / BAB. 12 Hebatnya Farez

Share

BAB. 12 Hebatnya Farez

last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 13:21:34

Langit Jakarta yang cerah ceria pagi ini mengiringi perjalanan Farez menuju Hotel Fairmont, tempat pertemuan para pengusaha se-Kota Jakarta akan berlangsung. Mobil sedan hitam yang dikendarai sopirnya melaju dengan mulus di tengah lalu lintas pagi itu. Farez duduk di kursi belakang, sambil melihat-lihat pemandangan kota melalui kaca jendela sembari memikirkan pidatonya.

“Kita hampir sampai, Tuan Farez,” ujar sang sopir sambil melirik ke arah Farez melalui kaca spion.

“Baik, Pak. Terima kasih,” jawab Farez, suaranya tenang namun penuh fokus.

Tak lama kemudian, mobil memasuki area hotel. Petugas valet segera menghampiri dan membuka pintu mobil untuk Farez. Dengan langkah percaya diri, pengusaha muda itu keluar dari mobil dan berjalan menuju ballroom, tempat acara akan berlangsung. Jas abu-abu gelap yang dikenakan oleh Farez terlihat sempurna, sungguh sangat memancarkan aura profesionalisme seorang pengusaha muda yang sukses.

Di pintu masuk ballroom, beberapa staf hotel menyambutnya deng
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 13 Semakin Kagum Pada Farez

    Beberapa saat yang lalu di pertemuan para pengusaha se-Kota JakartaBallroom salah satu Hotel berbintang lima di Jakarta hari itu dipenuhi oleh para pengusaha ternama, baik yang sudah berpengalaman maupun yang baru merintis. Acara ini merupakan forum networking bagi para pebisnis se-Kota Jakarta. Lampu-lampu kristal yang berkilauan menghiasi ruangan, menciptakan suasana megah dan eksklusif.Di salah satu sudut ruangan, Farez, seorang pengusaha muda berbakat, dikelilingi oleh beberapa rekan sejawatnya. Dia baru saja selesai memberikan presentasi tentang inovasi dalam teknologi pemasaran digital, yang mendapat sambutan meriah. Beberapa pengusaha muda mendekatinya dengan antusias."Keren banget, Bro Farez! Ide tentang penggunaan AI untuk menganalisis data konsumen itu benar-benar brilian!" ucap Arif, seorang pebisnis muda lainnya."Terima kasih, Bro Arif. Aku hanya mencoba menyampaikan apa yang aku yakini akan menjadi tren di masa depan," jawab Farez dengan senyum ramah.Di sisi lain ru

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 14 Ban Mobil Farez Kempes

    Rencana jahat di basementDi basement Hotel bintang lima yang luas, suasana begitu sunyi, hanya terdengar suara gemerincing kecil dari lift yang sesekali terbuka dan tertutup. Lampu neon berpendar redup, memberikan kesan dingin pada tempat tersebut. Di sudut parkiran yang terpencil, seorang pria misterius mengenakan jaket hitam dengan hoodie menutupi sebagian wajahnya berjalan perlahan. Gerakannya sangat waspada, sesekali menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada yang melihat.Entah bagaimana caranya kamera pengintai telah dinonaktifkan sepenuhnya di area parkiran tersebut untuk beberapa saat ke depan.Pria tadi lalu berhenti di depan sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap, mobil milik Farez Keil, sang pengusaha muda yang sedang naik daun saat ini. Dengan tatapan penuh dendam, pria itu berjongkok, mengeluarkan sebuah alat kecil dari saku jaketnya.“Rasain kamu, Farez,” gumamnya pelan, penuh amarah. “Sok pintar, sok hebat, dan sok sempurna! Berani-beraninya kamu mencu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-27
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 15 Menghabiskan Waktu Bersama Para Sahabat

    Masih di basement hotel,Mobil mewah hitam milik Farez terlihat digerek perlahan ke arah bengkel setelah bannya kempes tanpa sebab yang jelas. Di basement gedung hotel tersebut. Arnold, sang sahabat tengah sibuk memeriksa rekaman CCTV di ruang keamanan. Namun, ekspresi kecewa tampak jelas di wajahnya ketika seorang petugas memberitahukan jika kamera CCTV di area tersebut tiba-tiba mengalami kerusakan.“Kamera ini sudah berfungsi baik sebelumnya, Tuan Arnold. Kerusakan ini sepertinya terjadi mendadak,” jelas petugas tersebut dengan nada serius.Arnold mengerutkan dahi. “Mendadak? Kebetulan yang aneh. Ada orang iseng yang kempesin ban mobil Tuan Farez, dan tiba-tiba CCTV-nya rusak? Rasanya sulit diterima.”Petugas itu hanya mengangguk, merasa tidak punya jawaban memadai. Arnold menyalin rekaman yang ada, meskipun hasilnya nihil. Dengan langkah mantap, dia kembali ke lobi hotel untuk menemui Farez yang masih tampak kesal.“Farez, gue udah cek CCTV, tapi nggak ada bukti siapa yang kempes

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-27
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 16 Sore Yang Semakin Seru di Pantai Indah Kapuk

    Langit sore di Pantai Indah Kapuk mulai berubah keemasan, memberikan suasana magis yang menenangkan. Di salah satu restoran tepi pantai yang elegan, tiga pria muda tampak menikmati hidangan terakhir mereka. Farez, Joseph, dan Arnold, tiga pengusaha sukses di usia muda, baru saja menyelesaikan santapan seafood segar mereka."Ah, ini benar-benar tempat yang pas untuk relaksasi," ucap Arnold sambil meregangkan tubuhnya. Dia lalu memandang laut dengan ekspresi puas.Joseph mengangguk setuju. "Setuju, Bro. Udara pantai dan makanan enak adalah kombinasi yang sempurna."Namun, Farez hanya tersenyum lembut. Pikirannya masih terganggu oleh insiden ban mobilnya yang dirusak beberapa jam sebelumnya."Hey, Farez, masih mikirin ban mobilmu?" tanya Arnold sambil menepuk bahunya.Farez mendesah pelan. "Ya, sedikit. Tapi aku nggak mau itu merusak hari ini. Lagipula, kita di sini untuk menikmati hidup, kan?"Joseph tersenyum lebar. "Betul sekali! Jadi bagaimana kalau kita bikin sore ini lebih seru?

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-28
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 17 Dihadang Oleh Minibus Hitam

    Penghadangan Tak Terduga di Jalanan Sepi,Matahari sore bersinar lembut di langit Jakarta, memantulkan kilau keemasan di atas air Pantai Indah Kapuk. Farez, Joseph, dan Arnold, tiga pengusaha muda yang baru saja menyelesaikan pertemuan santai di tepi pantai, melangkah menuju mobil Joseph yang terparkir rapi di dekat kafe tempat mereka menghabiskan waktu.“Seru juga ya sore ini,” ujar Arnold sambil meregangkan otot-ototnya. “Kita memang sdah lama nggak nongkrong santai kayak gini.”Joseph membuka pintu mobil sedan mewahnya dan mengangguk. “Setuju. Tapi jangan lupa, kita masih punya bahasan soal kolaborasi real estate itu.”Farez, yang mengenakan kemeja putih kasual, tersenyum tipis sambil masuk ke kursi depan. “Tenang aja, gue udah punya konsep. Nanti di perjalanan kita bahas lebih detail.”Mereka pun masuk ke dalam mobil. Joseph mengambil posisi di balik kemudi, sementara Arnold duduk di kursi belakang. Mesin mobil menderu halus, membawa mereka meninggalkan hiruk-pikuk kawasan Pant

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-28
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 18 Kegagalan Yang Menyakitkan

    Di sebuah rumah tua.Di sudut terpencil pinggiran Kota Jakarta, sebuah rumah tua berdiri angkuh di tengah keheningan malam. Dindingnya yang kusam penuh retakan, dengan cat mengelupas dan jendela-jendela kusen kayu yang hampir rapuh. Di dalamnya, suara teriakan dan bantingan terdengar memecah kesunyian, mengiringi kemarahan seorang pria yang dikenal dengan sebagai seorang pengusaha.Pria itu berjalan mondar-mandir di tengah ruangan utama, sepatu kulitnya menghentak lantai kayu tua yang berderit. Wajahnya merah padam, dahinya berkerut dalam, dan matanya penuh api amarah. Di depannya, tiga anak buahnya, Reza, Bagas, dan Fajar. Ketiganya berdiri dengan kepala tertunduk, jelas sangat ketakutan saat ini.“Kalian pikir aku sedang bercanda?” bentak pria itu lalu menghentakkan meja kayu di depannya hingga gelas berisi minuman keras di atasnya tumpah. “Aku suruh kalian beri pelajaran pada Farez! Tapi apa yang terjadi? Malah kalian yang dipermalukan! Kurang ajar! Kalian benar-benar tidak becus

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 19 Maaf, Aku Sudah Punya Kekasih

    Suasana restoran di dalam Mall Senayan City, Jakarta Selatan, terasa tenang siang itu. Musik instrumental yang lembut mengalun, berpadu dengan derap langkah pengunjung yang berlalu-lalang. Di salah satu sudut ruangan, seorang gadis bernama Zera Mirae duduk di meja dekat jendela. Wanita cantik itu terlihat anggun dengan blouse putih dan rok hitam. Semburat riasan tipis di wajahnya mempertegas kecantikan alaminya.Namun, ada sedikit kegelisahan di matanya. Sudah hampir setengah jam dia menunggu kedatangan sahabat lamanya, Abdiel, yang mengundangnya untuk makan siang bersama. Sesekali, Zera melirik jam tangan di pergelangan kirinya, lalu menarik napas panjang.“Aduh, Abdiel ... ke mana sih?” gumamnya pelan. Zera lalu melirik ponselnya, tapi tidak ada pesan baru dari pria itu.Pelayan pun mulai mendekatinya dengan senyum ramah. “Maaf Nona, apakah perlu saya antarkan minuman dulu untuk Anda?”Zera menggeleng lembut. “Nanti saja, Mbak. Saya masih menunggu teman,” sahutnya kepada pelayan i

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 20 Ke Salon Berdua

    Sore hari pun tiba, Mall Kota Kasablanka dipenuhi dengan hiruk-pikuk pengunjung yang sedang berbelanja dan menikmati waktu bersama keluarga atau teman. Dengan langkah tergesa-gesa, Farez memasuki mall tersebut. Pria muda yang mengenakan kemeja biru tua dan celana panjang hitam itu tampak mencari seseorang. Di tangannya ada ponsel yang terus dicek olehnya, memastikan dirinya tak salah tempat.“Restoran privat di lantai tiga,” gumam Farez, memastikan lokasi yang telah dijanjikan dengan kekasihnya, Zera Mirae.Di restoran yang dimaksud, Zera sudah tiba lebih dulu. Dengan gaun selutut berwarna krem dan rambut panjangnya yang dibiarkan terurai, Zera duduk santai di salah satu meja yang telah dipesan olehnya sebelumnya. Gadis cantik itu memainkan ponselnya sambil sesekali melirik pintu masuk restoran.Tak berapa lama kemudian, pintu restoran terbuka, dan Farez pun muncul. Mata Zera langsung berbinar melihat kedatangan pria yang sudah seminggu tidak ditemui olehnya. Farez pun segera mengham

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30

Bab terbaru

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 27 Kejutan Yang Sungguh Manis

    Mobil sedan hitam mengkilap melaju dengan anggun memasuki halaman rumah mewah bergaya klasik Eropa. Tepat pukul lima sore, Tuan Cornelius, Nyonya Debira, dan putri mereka, Zera, tiba di kediaman kolega bisnis Tuan Cornelius.Ketika seorang pelayan membukakan pintu mobil, Tuan Cornelius turun lebih dulu, mengenakan jas abu-abu tua yang elegan. Nyonya Debira menyusul dengan anggun dalam balutan gaun biru navy. Terakhir, Zera keluar dengan langkah penuh percaya diri, mengenakan gaun hijau toska yang memperlihatkan keanggunannya. Rambut panjangnya yang tergerai dihiasi jepit mutiara kecil yang berkilauan.Begitu melihat mereka, sang tuan rumah, seorang pria paruh baya dengan perawakan tegap, segera menyambut dengan senyum lebar."Cornelius! Senang sekali kamu datang," sapanya sambil menjabat tangan tamunya erat."Ternyata kita sudah lama tak bertemu. Terima kasih atas undangannya hari ini," balas Tuan Cornelius sopan.Mata sang tuan rumah dan istrinya kemudian tertuju pada Zera. Mereka ta

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 26 Farez Berulah Lagi

    Farez baru saja merasa lega saat ini dan pria itu mulai berjalan ke arah lemari pakaiannya dengan hanya mengenakan handuk. Dia berpikir ayahnya, Tuan Deron, telah benar-benar pergi dari kamarnya setelah membanting pintu dengan sangat keras beberapa detik yang lalu. Namun, dugaannya itu salah.Tiba-tiba, pintu kamar kembali terbuka, dan sosok ayahnya melangkah masuk dengan tatapan tajam. Farez yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk langsung menoleh dengan ekspresi kesal."Lho, Papi ngapain kembali masuk ke dalam kamarku? Aku mau ganti baju, Pi!" seru Farez dengan nada tidak suka.Tuan Deron tidak terpengaruh oleh keluhan putranya. Dia pun mulai menyilangkan tangan di dada, masih berdiri di dekat pintu, lalu berkata dengan nada dingin, "Papi cuma mau memastikan kalau kamu berpakaian selayaknya seorang CEO muda, pemimpin sebuah perusahaan besar!"Mendengar itu, Farez mendengus kesal. "Apa-apaan sih, Pi? Aku bukan anak kecil! Masa Papi yang harus memilihkan baju yang akan kup

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 25 Masih Mencoba Untuk Berontak

    Perumahan Kemang Residence,Tepatnya di dalam kamar yang luas dengan nuansa abu-abu elegan, Farez masih berbaring malas-malasan di atas tempat tidurnya. Matanya setengah terbuka, memandangi langit-langit tanpa ekspresi.Suara ketukan di pintu kamarnya terdengar, lalu menyusul suara lembut namun tegas dari ibunya, Nyonya Ester."Farez, bangun. Sebentar lagi keluarga kolega bisnis Papi akan tiba. Kamu harus bersiap-siap," ujar sang ibu yang masih berada di luar kamar putranya.Farez menghela napas panjang. Dia tahu jika hari ini akan tiba, hari di mana dirinya dipaksa bertemu dengan gadis pilihan ayahnya. Namun, sekecil apapun harapan yang Farez punya, pria itu tetap merasa tak siap menghadapi kenyataan ini.Tanpa menjawab perkataan sang ibu, Farez malah menarik selimutnya lebih tinggi, lalu menutupi wajahnya.Tak lama kemudian, pintu kamar Farez terbuka, dan Nyonya Ester masuk dengan langkah mantap. Wanita berusia paruh baya itu masih saja cantik dengan mengenakan gaun elegan, rambutn

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 24 Merasa Tak Berdaya

    Di Kediaman Tuan Cornelius.Siang itu, meja makan Keluarga Cornelius tampak rapi setelah makan siang selesai. Tuan Cornelius menyesap tehnya sambil membaca koran, sedangkan Zera berharap bisa segera beristirahat di kamarnya. Namun, harapannya pupus ketika suara ibunya terdengar menusuk."Zera, jangan duduk-duduk saja. Bantu Mami bereskan meja," perintah Nyonya Debira dengan suara tegas.Zera menahan napas, lalu mengangguk pelan. “Baik, Mi.” Padahal di rumahnya ada beberapa asisten rumah tangga yang bekerja untuk keluarganya. Namun kali ini gadis itu sangat yakin jika semua ini adalah alasan sang ibu untuk menahannya agar tidak ke mana-mana. Lalu Zera pun berkata,“Lho, Mi. Memangnya para ART kita ke mana?”“Mereka ada pekerjaan lain di taman. Buruan kamu bantu, Mami.” sahut Nyonya Debira mulai sibuk.Zera pun berdiri, mengumpulkan piring-piring kotor, dan membawanya ke dapur.“Jangan hanya taruh piringnya, langsung cuci,” tambah ibunya sambil melipat serbet makan.Zera menghela nap

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 23 Farez Akhirnya Ditemukan

    Pencarian terhadap Farez pun dimulai.Matahari mulai naik di langit Jakarta, menyinari kota yang sibuk dengan segala aktivitas paginya. Namun, di kediaman keluarga Keil yang megah di kawasan Kemang Residence, suasana justru dipenuhi ketegangan.Beberapa saat yang lalu,Tuan Deron Keil berdiri di tengah ruang tamu dengan wajah merah padam. Tangannya mengepal, matanya tajam menatap para asisten rumah tangga dan sopir yang berbaris di depannya."Putra saya sudah kabur sejak pagi! Dan kalian semua membiarkannya begitu saja?" bentaknya dengan suara yang menggema di seluruh rumah.Para pekerja rumah tangga tersebut mulai menundukkan kepala, tak ada yang berani menjawab.Tuan Deron mengalihkan pandangannya kepada Pak Rudi, sopir pribadinya yang juga merupakan orang kepercayaannya. "Pak Rudi, saya ingin kamu memimpin pencarian terhadap putra saya. Kerahkan semua orang. Temukan Farez, bawa dia kembali ke rumah ini! Secepatnya!" tegasnya.“Waktu terus berjalan! Pertemuan dengan kolega bisnis s

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 22 Zera Yang Terjebak di Rumahnya Sendiri

    Pagi itu, suasana di sebuah perumahan mewah di bilangan Jakarta Selatan terasa begitu damai. Udara masih sejuk, langit sedikit berkabut, dan burung-burung kecil berkicau di pepohonan sekitar rumah-rumah besar yang berjejer rapi.Di dalam salah satu rumah mewah dengan gaya klasik modern, seorang gadis cantik bernama Zera Mirae berdiri di depan cermin di kamarnya. Dia mengenakan blouse putih dengan celana jeans biru muda, rambutnya diikat rapi, dan wajahnya tampak segar. Hari ini, Zera memiliki rencana besar yaitu bertemu dengan kekasihnya, Farez Keil, di sebuah taman di Kawasan Jakarta Selatan.Namun, sebelum Zera sempat keluar dari kamar, gadis itu mengintip melalui jendela kamarnya. Dan di situlah masalah pertama muncul.“Wah, gawat! Kok Papi sudah bangun sepagi ini, sih? Malah sedang joging pula!” tutur Zera dengan wajah sedikit kesal.Di depan rumahnya, sang ayah, Tuan Cornelius, tengah berlari-lari kecil di halaman rumah megah miliknya setelah menyelesaikan rutinitas jogingnya. De

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 21 Kaburnya Farez di Pagi Buta

    Pagi masih gelap ketika seorang pemuda bernama, Farez Keil membuka matanya. Jam yang terletak di atas nakas di samping tempat tidurnya menunjukkan pukul setengah enam pagi. Udara pagi yang masih sejuk menyelinap masuk melalui celah jendela kamarnya yang sedikit terbuka. Pria tampan itu terlihat sedang menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya.Hari ini adalah hari besar baginya. Hari di mana dia akan memperkenalkan kekasihnya, Zera Mirae kepada kedua orang tuanya, Tuan Deron dan Nyonya Esther. Namun, Farez harus keluar dari rumah mewahnya secara diam-diam, sebelum ayah dan ibunya menyadari keberadaannya. Jika mereka sampai tahu, rencana sang pria bisa saja gagal total.Farez ingin menggagalkan rencana kedua orang tuanya yang ingin menjodohkan dirinya dengan seorang gadis yang sama sekali tidak dikenal olehnya. Untuk itu Farez harus keluar dari rumahnya sekarang juga. Agar dapat bertemu dengan Zera dan rencana rahasia keduanya dapat terlaksana dengan baik.Dengan hati-ha

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 20 Ke Salon Berdua

    Sore hari pun tiba, Mall Kota Kasablanka dipenuhi dengan hiruk-pikuk pengunjung yang sedang berbelanja dan menikmati waktu bersama keluarga atau teman. Dengan langkah tergesa-gesa, Farez memasuki mall tersebut. Pria muda yang mengenakan kemeja biru tua dan celana panjang hitam itu tampak mencari seseorang. Di tangannya ada ponsel yang terus dicek olehnya, memastikan dirinya tak salah tempat.“Restoran privat di lantai tiga,” gumam Farez, memastikan lokasi yang telah dijanjikan dengan kekasihnya, Zera Mirae.Di restoran yang dimaksud, Zera sudah tiba lebih dulu. Dengan gaun selutut berwarna krem dan rambut panjangnya yang dibiarkan terurai, Zera duduk santai di salah satu meja yang telah dipesan olehnya sebelumnya. Gadis cantik itu memainkan ponselnya sambil sesekali melirik pintu masuk restoran.Tak berapa lama kemudian, pintu restoran terbuka, dan Farez pun muncul. Mata Zera langsung berbinar melihat kedatangan pria yang sudah seminggu tidak ditemui olehnya. Farez pun segera mengham

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 19 Maaf, Aku Sudah Punya Kekasih

    Suasana restoran di dalam Mall Senayan City, Jakarta Selatan, terasa tenang siang itu. Musik instrumental yang lembut mengalun, berpadu dengan derap langkah pengunjung yang berlalu-lalang. Di salah satu sudut ruangan, seorang gadis bernama Zera Mirae duduk di meja dekat jendela. Wanita cantik itu terlihat anggun dengan blouse putih dan rok hitam. Semburat riasan tipis di wajahnya mempertegas kecantikan alaminya.Namun, ada sedikit kegelisahan di matanya. Sudah hampir setengah jam dia menunggu kedatangan sahabat lamanya, Abdiel, yang mengundangnya untuk makan siang bersama. Sesekali, Zera melirik jam tangan di pergelangan kirinya, lalu menarik napas panjang.“Aduh, Abdiel ... ke mana sih?” gumamnya pelan. Zera lalu melirik ponselnya, tapi tidak ada pesan baru dari pria itu.Pelayan pun mulai mendekatinya dengan senyum ramah. “Maaf Nona, apakah perlu saya antarkan minuman dulu untuk Anda?”Zera menggeleng lembut. “Nanti saja, Mbak. Saya masih menunggu teman,” sahutnya kepada pelayan i

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status