Mobil sedan hitam mengkilap melaju dengan anggun memasuki halaman rumah mewah bergaya klasik Eropa. Tepat pukul lima sore, Tuan Cornelius, Nyonya Debira, dan putri mereka, Zera, tiba di kediaman kolega bisnis Tuan Cornelius.Ketika seorang pelayan membukakan pintu mobil, Tuan Cornelius turun lebih dulu, mengenakan jas abu-abu tua yang elegan. Nyonya Debira menyusul dengan anggun dalam balutan gaun biru navy. Terakhir, Zera keluar dengan langkah penuh percaya diri, mengenakan gaun hijau toska yang memperlihatkan keanggunannya. Rambut panjangnya yang tergerai dihiasi jepit mutiara kecil yang berkilauan.Begitu melihat mereka, sang tuan rumah, seorang pria paruh baya dengan perawakan tegap, segera menyambut dengan senyum lebar."Cornelius! Senang sekali kamu datang," sapanya sambil menjabat tangan tamunya erat."Ternyata kita sudah lama tak bertemu. Terima kasih atas undangannya hari ini," balas Tuan Cornelius sopan.Mata sang tuan rumah dan istrinya kemudian tertuju pada Zera. Mereka ta
Cinta yang terungkap ditengah perjodohan.Di sebuah ruang tamu yang megah dengan lampu kristal menggantung di langit-langit, empat orang tua tengah duduk serius di sofa mewah berwarna gading. Mereka adalah Tuan Deron dan Nyonya Ester, orang tua dari Farez Keil, serta Tuan Cornelius dan Nyonya Debira, orang tua dari Zera Cornelius. Dua keluarga terpandang ini baru saja selesai membicarakan rencana perjodohan anak-anak mereka.Namun, suasana yang awalnya penuh antisipasi berubah saat Farez memasuki ruangan dengan langkah mantap, diikuti oleh Zera yang sedikit gugup. Wajahnya memerah, tapi genggaman tangan Farez yang erat di tangannya membuatnya lebih tenang.Farez berhenti di tengah ruangan dan menatap semua orang dengan tegas. Dengan suara lantang dan penuh keyakinan, dia berkata,"Papi, Mami, Om, Tante. Aku sangat setuju dengan perjodohan ini," serunya dengan suara tegas.Para orang tua seketika menatap ke arah Farez dengan ekspresi terkejut."Tunggu, apa maksudmu?" tanya Tuan Deron,
Di suatu siang di jam istirahat,Tepatnya di lantai tertinggi sebuah gedung perkantoran mewah di pusat Kota Jakarta, suasana di ruang kebesaran milik pengusaha muda bernama Farez Keil terasa sangat santai meskipun tempat itu dikelilingi oleh interior elegan dan nuansa bisnis yang kuat. Di dalam ruangan tersebut, tiga pria muda yang dikenal sebagai geng ARJOFA, singkatan dari Arnold, Joseph, dan Farez, sedang berkumpul saat ini. Mereka bukan sekadar sahabat lama dari SMA Cipta Nusantara, akan tetapi kini masing-masing telah sukses menjadi CEO muda di perusahaan mereka sendiri.Hari ini, ketiganya berkumpul di kantor Farez Keil, pria yang baru saja mendapat restu untuk menikahi kekasihnya, Zera Mirae Cornelius.Joseph membuka pembicaraan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Selamat ya, Bro. Akhirnya Lo dapet restu buat nikahin Zera.”Arnold yang duduk di sebelahnya mengangguk setuju. “Bener banget. Gue masih nggak nyangka Lo sama Zera sudah pacaran dari SMA dan Lo rahasiakan teru
Keselamatan Zera di ambang bahaya,Plaza Indonesia siang itu tampak ramai seperti biasa. Orang-orang berlalu lalang dengan berbagai tujuan, ada yang berbelanja, ada yang sekedar bertemu rekan bisnis atau sahabat. Zera, yang baru saja turun dari mobil, tidak menyadari jika barusan dia hampir saja mengalami insiden yang berbahaya.Di belakangnya, tiga orang bodyguard perempuan yang diperintahkan oleh Farez berjalan dengan sigap, memastikan keamanan Zera tanpa membuatnya merasa terkekang. Mereka terlihat seperti asisten pribadi, berpakaian elegan namun tetap waspada terhadap sekeliling.Beberapa saat yang lalu.Setelah menerima perintah dari Farez, Pak Rudi segera bertindak cepat. Dia menghubungi tiga anak buahnya yang sudah lama dipercaya olehnya, yaitu Sita, Rena, dan Lina.Pak Rudi pun memberi perintah kepada ketiganya,“Nona Zera harus dijaga setiap saat. Kalian bertiga akan mengawalnya ke manapun dia pergi. Jangan sampai Nona tersebut menyadari terlalu berlebihan, tapi tetap pastika
Kemarahan Abdiel di rumah tua,Di sebuah rumah tua di pinggiran Kota Jakarta, hujan gerimis membasahi atap yang mulai rapuh. Angin berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan di halaman belakang yang dipenuhi semak belukar. Lampu di dalam rumah redup, hanya ada satu bohlam tua yang menggantung di langit-langit ruang tamu yang luas, menerangi meja kayu panjang di tengah ruangan.Suasana tegang terasa kental di dalam rumah itu. Abdiel, seorang pria berusia akhir dua puluhan dengan jas mahal dan wajah penuh kemarahan, berdiri di ujung meja. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal erat. Di hadapannya, juga berdiri tiga pria, Reza, Bagas, dan Fajar sedang duduk dengan kepala tertunduk, menunggu vonis dari majikan mereka yang jelas-jelas sedang murka."Kalian benar-benar tidak becus!" bentak Abdiel, suaranya menggema di seluruh ruangan. Matanya berkilat tajam, menatap ketiga anak buahnya dengan penuh amarah."Maaf, Bos." Reza mencoba berbicara, akan tetapi langsung dipotong oleh Abdiel."M
Pada suatu siang,Suasana di kantor Zera saat jam istirahat mulai terasa lebih santai. Para karyawan keluar dari meja mereka, ada yang menuju kantin, ada yang mengobrol di ruang istirahat, dan ada juga yang memilih untuk sekadar bersantai di meja kerja mereka. Namun, di tengah kesibukan itu, sosok pria tampan dengan jas mahal berwarna navy memasuki area kantor. Wajahnya tampan, pembawaannya penuh percaya diri, dan langkahnya tegap."Selamat siang, Tuan Muda Farez." sapaan seorang resepsionis menyambut pria tersebut dengan penuh hormat.Farez, sang CEO muda yang sukses, hanya tersenyum tipis. "Ya, Siang. Saya ingin menemui Zera. Bisa tolong panggilkan dia?""Tentu, Tuan. Silakan tunggu sebentar."Resepsionis itu segera menghubungi Zera, yang saat itu sedang merapikan dokumen di mejanya. Tak lama, seorang wanita cantik dengan blus putih dan rok pensil hitam berjalan keluar dari ruangannya. Wajahnya berseri ketika melihat siapa yang menunggunya di lobi."Kak Farez!" seru Zera senang. "K
Lamaran tak terduga di Kam’s Roast Restaurant,Malam akhir pekan itu, suasana di Kam’s Roast Restaurant, restoran berbintang Michelin di Plaza Indonesia, terasa hangat dan eksklusif. Aroma khas bebek panggang ala Hong Kong memenuhi udara, memberikan nuansa menggoda yang membuat siapa pun tak sabar untuk mencicipinya. Restoran ini dikenal karena kelezatan hidangan bebek premiumnya yang dimasak dengan teknik khusus, menghasilkan kulit yang renyah dengan daging yang lembut dan juicy.Di dalam salah satu ruangan VIP restoran, Farez dan Zera telah tiba lebih awal untuk menyambut kedua keluarga mereka. Malam ini terasa istimewa, bukan hanya sekadar makan malam keluarga biasa, tapi juga momen di mana Farez akan mengungkapkan rencananya yang lebih besar yaitu ingin melamar Zera di hadapan orang tua mereka.Sang Tuan muda, Farez Keil mengenakan tuksedo hitam dengan dasi kupu-kupu, terlihat gagah dan berwibawa seperti seorang CEO muda yang sukses. Sementara itu, Zera tampil menawan dengan gaun
Masih di dalam restoran,Mami Debira menatap putrinya dengan mata berbinar. “Jadi, kapan kalian berencana menikah?” tanyanya penuh antusias.Zera dan Farez saling pandang. Farez lalu menjawab dengan nada lembut, “Kami masih mendiskusikannya, Mami. Tapi kami ingin menikah di luar negeri.”Mami Esther terkejut, namun kemudian tersenyum. “Oh? Di mana tepatnya?”Farez melirik Zera sambil tersenyum. “Di Belgia. Itu negara favorit Zera sejak dulu.”Zera langsung bersorak kecil, wajahnya cerah penuh kegembiraan.“Aku masih tidak percaya! Sejak kecil aku bermimpi pergi ke Belgia, dan sekarang kita akan menikah di sana!”Semua orang tertawa melihat antusiasme Zera yang begitu polos dan menggemaskan.Papi Cornelius mengangguk. “Belgia adalah tempat yang indah. Jika itu keinginan kalian, kami selaku orang tua akan mendukung penuh.”“Tapi tetap harus ada resepsi di Jakarta juga,” tambah Papi Deron. “Biar keluarga besar dan teman-teman bisa ikut merayakan.”Farez mengangguk. “Tentu, Papi. Ka
Sabtu siang yang cerah di Jakarta. Hiruk pikuk kota mulai mereda, memberi ruang bagi mereka yang ingin bersantai setelah lima hari sibuk dengan pekerjaan. Di Senayan City, sebuah mall mewah di Kawasan Jakarta Selatan, tiga sahabat duduk bersama di Restoran Remboelan, restoran khas Indonesia yang terkenal dengan menu autentiknya.Di tengah interior restoran yang didominasi kayu jati dan dekorasi bernuansa Nusantara, Zera, Mary, dan Marsha menikmati suasana santai. Mereka duduk di meja dekat jendela besar, yang memberikan pemandangan gedung-gedung tinggi Jakarta. Waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang, tepat saat perut mulai lapar.Zera tersenyum lebar, merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya sebelum keberangkatan ke Belgia bulan depan. Dengan rambut panjang bergelombang yang tergerai rapi dan gaun putih kasual yang dirinya kenakan, Zera tampak bersinar. Mary dan Marsha, yang sama-sama mengenakan pakaian santai namun tetap elegan, sudah tak sabar mendeng
Masih di dalam restoran,Mami Debira menatap putrinya dengan mata berbinar. “Jadi, kapan kalian berencana menikah?” tanyanya penuh antusias.Zera dan Farez saling pandang. Farez lalu menjawab dengan nada lembut, “Kami masih mendiskusikannya, Mami. Tapi kami ingin menikah di luar negeri.”Mami Esther terkejut, namun kemudian tersenyum. “Oh? Di mana tepatnya?”Farez melirik Zera sambil tersenyum. “Di Belgia. Itu negara favorit Zera sejak dulu.”Zera langsung bersorak kecil, wajahnya cerah penuh kegembiraan.“Aku masih tidak percaya! Sejak kecil aku bermimpi pergi ke Belgia, dan sekarang kita akan menikah di sana!”Semua orang tertawa melihat antusiasme Zera yang begitu polos dan menggemaskan.Papi Cornelius mengangguk. “Belgia adalah tempat yang indah. Jika itu keinginan kalian, kami selaku orang tua akan mendukung penuh.”“Tapi tetap harus ada resepsi di Jakarta juga,” tambah Papi Deron. “Biar keluarga besar dan teman-teman bisa ikut merayakan.”Farez mengangguk. “Tentu, Papi. Ka
Lamaran tak terduga di Kam’s Roast Restaurant,Malam akhir pekan itu, suasana di Kam’s Roast Restaurant, restoran berbintang Michelin di Plaza Indonesia, terasa hangat dan eksklusif. Aroma khas bebek panggang ala Hong Kong memenuhi udara, memberikan nuansa menggoda yang membuat siapa pun tak sabar untuk mencicipinya. Restoran ini dikenal karena kelezatan hidangan bebek premiumnya yang dimasak dengan teknik khusus, menghasilkan kulit yang renyah dengan daging yang lembut dan juicy.Di dalam salah satu ruangan VIP restoran, Farez dan Zera telah tiba lebih awal untuk menyambut kedua keluarga mereka. Malam ini terasa istimewa, bukan hanya sekadar makan malam keluarga biasa, tapi juga momen di mana Farez akan mengungkapkan rencananya yang lebih besar yaitu ingin melamar Zera di hadapan orang tua mereka.Sang Tuan muda, Farez Keil mengenakan tuksedo hitam dengan dasi kupu-kupu, terlihat gagah dan berwibawa seperti seorang CEO muda yang sukses. Sementara itu, Zera tampil menawan dengan gaun
Pada suatu siang,Suasana di kantor Zera saat jam istirahat mulai terasa lebih santai. Para karyawan keluar dari meja mereka, ada yang menuju kantin, ada yang mengobrol di ruang istirahat, dan ada juga yang memilih untuk sekadar bersantai di meja kerja mereka. Namun, di tengah kesibukan itu, sosok pria tampan dengan jas mahal berwarna navy memasuki area kantor. Wajahnya tampan, pembawaannya penuh percaya diri, dan langkahnya tegap."Selamat siang, Tuan Muda Farez." sapaan seorang resepsionis menyambut pria tersebut dengan penuh hormat.Farez, sang CEO muda yang sukses, hanya tersenyum tipis. "Ya, Siang. Saya ingin menemui Zera. Bisa tolong panggilkan dia?""Tentu, Tuan. Silakan tunggu sebentar."Resepsionis itu segera menghubungi Zera, yang saat itu sedang merapikan dokumen di mejanya. Tak lama, seorang wanita cantik dengan blus putih dan rok pensil hitam berjalan keluar dari ruangannya. Wajahnya berseri ketika melihat siapa yang menunggunya di lobi."Kak Farez!" seru Zera senang. "K
Kemarahan Abdiel di rumah tua,Di sebuah rumah tua di pinggiran Kota Jakarta, hujan gerimis membasahi atap yang mulai rapuh. Angin berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan di halaman belakang yang dipenuhi semak belukar. Lampu di dalam rumah redup, hanya ada satu bohlam tua yang menggantung di langit-langit ruang tamu yang luas, menerangi meja kayu panjang di tengah ruangan.Suasana tegang terasa kental di dalam rumah itu. Abdiel, seorang pria berusia akhir dua puluhan dengan jas mahal dan wajah penuh kemarahan, berdiri di ujung meja. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal erat. Di hadapannya, juga berdiri tiga pria, Reza, Bagas, dan Fajar sedang duduk dengan kepala tertunduk, menunggu vonis dari majikan mereka yang jelas-jelas sedang murka."Kalian benar-benar tidak becus!" bentak Abdiel, suaranya menggema di seluruh ruangan. Matanya berkilat tajam, menatap ketiga anak buahnya dengan penuh amarah."Maaf, Bos." Reza mencoba berbicara, akan tetapi langsung dipotong oleh Abdiel."M
Keselamatan Zera di ambang bahaya,Plaza Indonesia siang itu tampak ramai seperti biasa. Orang-orang berlalu lalang dengan berbagai tujuan, ada yang berbelanja, ada yang sekedar bertemu rekan bisnis atau sahabat. Zera, yang baru saja turun dari mobil, tidak menyadari jika barusan dia hampir saja mengalami insiden yang berbahaya.Di belakangnya, tiga orang bodyguard perempuan yang diperintahkan oleh Farez berjalan dengan sigap, memastikan keamanan Zera tanpa membuatnya merasa terkekang. Mereka terlihat seperti asisten pribadi, berpakaian elegan namun tetap waspada terhadap sekeliling.Beberapa saat yang lalu.Setelah menerima perintah dari Farez, Pak Rudi segera bertindak cepat. Dia menghubungi tiga anak buahnya yang sudah lama dipercaya olehnya, yaitu Sita, Rena, dan Lina.Pak Rudi pun memberi perintah kepada ketiganya,“Nona Zera harus dijaga setiap saat. Kalian bertiga akan mengawalnya ke manapun dia pergi. Jangan sampai Nona tersebut menyadari terlalu berlebihan, tapi tetap pastika
Di suatu siang di jam istirahat,Tepatnya di lantai tertinggi sebuah gedung perkantoran mewah di pusat Kota Jakarta, suasana di ruang kebesaran milik pengusaha muda bernama Farez Keil terasa sangat santai meskipun tempat itu dikelilingi oleh interior elegan dan nuansa bisnis yang kuat. Di dalam ruangan tersebut, tiga pria muda yang dikenal sebagai geng ARJOFA, singkatan dari Arnold, Joseph, dan Farez, sedang berkumpul saat ini. Mereka bukan sekadar sahabat lama dari SMA Cipta Nusantara, akan tetapi kini masing-masing telah sukses menjadi CEO muda di perusahaan mereka sendiri.Hari ini, ketiganya berkumpul di kantor Farez Keil, pria yang baru saja mendapat restu untuk menikahi kekasihnya, Zera Mirae Cornelius.Joseph membuka pembicaraan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Selamat ya, Bro. Akhirnya Lo dapet restu buat nikahin Zera.”Arnold yang duduk di sebelahnya mengangguk setuju. “Bener banget. Gue masih nggak nyangka Lo sama Zera sudah pacaran dari SMA dan Lo rahasiakan teru
Cinta yang terungkap ditengah perjodohan.Di sebuah ruang tamu yang megah dengan lampu kristal menggantung di langit-langit, empat orang tua tengah duduk serius di sofa mewah berwarna gading. Mereka adalah Tuan Deron dan Nyonya Ester, orang tua dari Farez Keil, serta Tuan Cornelius dan Nyonya Debira, orang tua dari Zera Cornelius. Dua keluarga terpandang ini baru saja selesai membicarakan rencana perjodohan anak-anak mereka.Namun, suasana yang awalnya penuh antisipasi berubah saat Farez memasuki ruangan dengan langkah mantap, diikuti oleh Zera yang sedikit gugup. Wajahnya memerah, tapi genggaman tangan Farez yang erat di tangannya membuatnya lebih tenang.Farez berhenti di tengah ruangan dan menatap semua orang dengan tegas. Dengan suara lantang dan penuh keyakinan, dia berkata,"Papi, Mami, Om, Tante. Aku sangat setuju dengan perjodohan ini," serunya dengan suara tegas.Para orang tua seketika menatap ke arah Farez dengan ekspresi terkejut."Tunggu, apa maksudmu?" tanya Tuan Deron,
Mobil sedan hitam mengkilap melaju dengan anggun memasuki halaman rumah mewah bergaya klasik Eropa. Tepat pukul lima sore, Tuan Cornelius, Nyonya Debira, dan putri mereka, Zera, tiba di kediaman kolega bisnis Tuan Cornelius.Ketika seorang pelayan membukakan pintu mobil, Tuan Cornelius turun lebih dulu, mengenakan jas abu-abu tua yang elegan. Nyonya Debira menyusul dengan anggun dalam balutan gaun biru navy. Terakhir, Zera keluar dengan langkah penuh percaya diri, mengenakan gaun hijau toska yang memperlihatkan keanggunannya. Rambut panjangnya yang tergerai dihiasi jepit mutiara kecil yang berkilauan.Begitu melihat mereka, sang tuan rumah, seorang pria paruh baya dengan perawakan tegap, segera menyambut dengan senyum lebar."Cornelius! Senang sekali kamu datang," sapanya sambil menjabat tangan tamunya erat."Ternyata kita sudah lama tak bertemu. Terima kasih atas undangannya hari ini," balas Tuan Cornelius sopan.Mata sang tuan rumah dan istrinya kemudian tertuju pada Zera. Mereka ta