Home / Romansa / TAMBATAN HATI SANG CEO / BAB. 5 Janji Untuk Berjuang Bersama

Share

BAB. 5 Janji Untuk Berjuang Bersama

last update Last Updated: 2025-04-09 14:49:08

Cinta yang harus diperjuangkan,

Malam pun tiba, setelah menghabiskan waktu seharian bersama Farez, Zera dijemput oleh sopir pribadinya di tempat pertemuan terakhir mereka. Farez, di sisi lain, menyetir sendiri mobilnya menuju rumahnya. Di sepanjang perjalanan, senyuman tak henti menghiasi wajah keduanya. Janji untuk memperjuangkan cinta mereka memberikan harapan baru di tengah berbagai tantangan yang akan dihadapi bersama.

Sesampainya di rumah, Zera keluar dari mobil dengan langkah ringan. Dia menyapa sekilas beberapa pelayan rumahnya yang menyambutnya di pintu, lalu masuk ke dalam rumah megah Keluarga Cornelius.

Hatinya yang penuh kebahagiaan segera berubah tegang ketika melewati ruang keluarga dan mendapati ayahnya, Tuan Cornelius, sang ayah yang terkenal penuh wibawa sedang duduk di sofa sambil menatapnya dengan tatapan tajam.

“Zera,” panggil Tuan Cornelius dengan nada tegas.

“Dari mana saja kamu? Sudah malam begini baru pulang,” ujar sang ayah dengan tatapan tajamnya.

Zera yang kaget sejenak mencoba menenangkan diri. “Ya ampun, Papi. Aku jadi kaget banget!” tutur Zera yang mulai mengetahui jika ayahnya saat ini sedang marah kepadanya.

Aku baru pulang dari acara reuni sekolah, Papi,” jawabnya dengan senyum kecil.

“Reuni sekolah sampai seharian? Sekarang sudah jam berapa? Apa tidak ada batasan waktu untuk anak gadis pulang ke rumah?” lanjut sang ayah dengan nada yang mulai meninggi.

“Kamu semakin dewasa, sepertinya sudah tidak mau mendengarkan perkataan Papi lagi, ya!” ujar sang ayah dengan nada emosi.

Zera menarik napas, mencoba mencari alasan yang masuk akal kepada ayahnya.

“Setelah acara reuni selesai, aku dan teman-teman sempat nongkrong di mall, Papi. Maaf kalau pulangnya agak malam.”

Tuan Cornelius hendak melanjutkan omelannya, akan tetapi Nyonya Debira, ibu kandung dari Zera yang baru saja masuk ke ruang keluarga dan segera menegur suaminya yang akan memarahi putri mereka.

“Sudah, sudah. Papi jangan marah-marah begitu, Zera sudah minta izin kepada Mami tadi pagi. Lagipula, ini kan malam minggu. Tidak ada salahnya dia menikmati waktu bersama teman-temannya.”

“Mami, ini bukan soal sudah meminta izin atau tidak. Anak gadis itu harus tahu batas waktu untuk pulang ke rumah!” Tuan Cornelius menatap istrinya dengan kesal.

“Kalau untuk urusan perusahan atau pekerjaan, Papi bisa memakluminya. Tapi ini, Zera menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna!” tegas sang ayah.

Zera yang dari tadi menundukkan kepalanya segera mengangkatnya lalu menatap ke arah Tuan Cornelius. Dia ingin menjawab semua perkataan ayahnya, akan tetapi sang ayah telah lebih dulu angkat bicara,

“Dan satu lagi, akhir minggu nanti keluarga kita telah diundang oleh kolega bisnis Papi ke rumah mereka. Zera, kamu harus ikut. Jangan sampai kamu membuat malu keluarga!”

Zera hanya mengangguk pelan. “Baik, Papi. Kalau tidak ada lagi yang Papi mau omongin, aku mau permisi ke kamar.”

Tanpa menunggu jawaban dari ayahnya, Zera berbalik dan melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Setelah menutup pintu kamarnya, gadis cantik itu langsung merebahkan diri di atas tempat tidur yang empuk. Namun suara dering ponselnya tiba-tiba mengganggu keheningan. Zera mengambil ponselnya itu dan melihat nama yang tertera di layar, Abdiel.

Zera menghela napas panjang. Abdiel, pria yang sejak SMA terus mencoba mendekatinya, kini kembali menghubunginya. Namun, Zera tidak memiliki perasaan istimewa terhadapnya. Dengan malas, dia menekan tombol untuk menolak panggilan tersebut.

“Abdiel! Kenapa sih kamu tidak ada bosan-bosannya menggangguku?” kesalnya sendiri.

Zera lalu menatap langit-langit kamarnya, senyumnya perlahan kembali menghiasi wajahnya ketika ingatan tentang Farez muncul di benaknya.

“Kak Farez,” gumamnya pelan.

“Aku sangat bahagia bisa bersamamu lagi.”

Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk dari luar.

“Zera, boleh Mami masuk?” terdengar suara lembut Mami Debira dari luar kamar.

“Masuk saja, Mi,” jawab Zera sambil bangkit dari tempat tidur.

Mami Debira membuka pintu dan masuk ke kamar putrinya. Dia pun menatap Zera yang tampak berbeda malam ini. “Kamu kok senyum-senyum sendiri. Ada apa, Sayang? Sepertinya kamu sedang bahagia.”

Zera tersipu.

“Ah, nggak ada apa-apa kok, Mi.” ucapnya masih senyum-senyum sendiri.

Mami Debira lalu duduk di samping putrinya, menggenggam tangannya dengan lembut. Seraya berkata,

“Kamu tahu kan, kamu bisa cerita apa saja ke Mami. Jadi, apa yang membuat kamu sebahagia ini?”

Zera akhirnya tidak bisa menyembunyikan rahasianya. Dengan malu-malu, gadis itu menjawab,

“Aku ... aku sudah punya pacar, Mi.”

“Apa? Pacar?” Mami Debira terkejut namun berusaha menutupi keterkejutannya agar tidak membuat Zera cemas.

“Siapa dia, Zera? Ayo cerita kepada Mami. Mami ingin tahu, siapa yang berhasil mencuri hati anak mami yang cantik ini?” tukas sang ibu penasaran.

“Farez, Mi. Dia pacarku dulu waktu SMA. Kami bertemu lagi di acara reuni hari ini, dan kami memutuskan untuk memperjuangkan hubungan kami.”

Mami Debira memandang putrinya dengan perasaan haru. Dia tahu jika suaminya, Tuan Cornelius, memiliki rencana besar untuk menjodohkan Zera dengan anak salah satu kolega bisnisnya. Namun, melihat kebahagiaan di wajah Zera, sang ibu tidak tega menghancurkan momen ini.

“Farez .... Sepertinya Mami pernah dengar namanya. Dia anak yang baik, ya?” tanya Mami Debira dengan hati-hati.

Zera mengangguk antusias. “Iya, Mi! kak Farez sangat baik. Dulu, saat SMA, dia selalu mendukungku. Dan sekarang pun dia masih sama seperti dulu. Aku tahu ini mungkin tidak mudah, tapi aku ingin memperjuangkan hubungan kami.”

Mami Debira tersenyum tipis, meskipun dalam hatinya dia merasa khawatir.

“Zera, kamu tahu kan kalau Papi mungkin tidak akan setuju? Dia punya rencana lain untuk masa depan kamu.”

Zera menunduk.

“Aku tahu, Mi. Tapi aku yakin Farez bisa membuktikan dirinya. Aku hanya ingin diberi kesempatan.”

Melihat keteguhan hati putrinya, Mami Debira merasa kagum sekaligus khawatir. Namun, sang ibu memutuskan untuk mendukung Zera, setidaknya untuk saat ini.

“Baiklah, Zera. Mami tidak akan bilang apa-apa kepada Papi. Tapi kamu harus siap menghadapi konsekuensinya. Kalau kamu benar-benar mencintai Farez, buktikan kalau kalian bisa melewati semua tantangan ini bersama.”

Zera mengangguk dengan mata yang berbinar.

“Terima kasih, Mi. Aku janji akan berusaha sebaik mungkin.”

Setelah berbicara cukup lama, Mami Debira meninggalkan kamar Zera. Di luar, dia berhenti sejenak dan menghela napas panjang. Dalam hatinya, sang ibu berdoa agar putrinya diberikan kebahagiaan, meskipun tantangan besar akan datang di depan mereka.

Di dalam kamarnya, Zera kembali merebahkan dirinya di atas kasur. Dia menggenggam ponselnya erat-erat, seolah-olah ingin menelepon Farez untuk menceritakan semuanya. Namun, dia tahu jiks malam ini cukup baginya untuk mengingat senyum dan janji yang mereka buat bersama.

“Kak Farez, aku akan turut memperjuangkan cinta kita,” gumamnya pelan sebelum akhirnya memejamkan mata dengan hati yang penuh kebahagiaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 55 Kembali Ke Belgia dan Kebahagiaan Bersama Keluarga Selamanya

    Kami sudah memilih nama yang penuh makna. Putra pertama kami akan diberi nama Judeo Keil."Tepuk tangan kembali menggema di ballroom."Nama yang keren!" seru Brian."Bagus sekali namanya, apa artinya?" tanya Suci dengan penuh rasa ingin tahu.Zera yang kali ini menjawab, "Judeo berasal dari kata Judah yang berarti pujian. Dan Keil memiliki makna kekuatan Tuhan. Kami berharap anak kami nanti tumbuh menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan kuat dalam menjalani hidup."Semua orang mengangguk kagum mendengar penjelasan itu."Nama yang indah dan penuh makna," ujar Thalita dengan mata berbinar."Sekali lagi, selamat untuk kalian berdua," tambah Kezia.MC lalu kembali mengambil alih acara. "Wah, malam ini benar-benar penuh kebahagiaan! Sekarang, mari kita rayakan bersama dengan menikmati hidangan spesial yang telah disiapkan!"Pelayan hotel mulai menyajikan makanan ke setiap meja. Para tamu menikmati hidangan sambil berbincang, membahas betapa bahagianya Farez dan Zera malam ini.Di salah

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 54 Acara Tujuh Bulanan Kehamilan Zera

    Perayaan Tujuh Bulanan Zera,Ballroom mewah di sebuah hotel bintang lima telah dipersiapkan dengan sangat elegan. Dekorasi bernuansa putih dan emas mendominasi ruangan, dengan bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut. Di tengah ballroom, sebuah pelaminan kecil telah disiapkan khusus untuk Zera dan Farez, sang calon orang tua. Hari ini adalah momen spesial, genap tujuh bulan usia kandungan Zera, dan keluarga besar mereka menggelar acara Tujuh Bulanan sebagai ungkapan syukur.Para tamu mulai berdatangan, sebagian besar adalah keluarga besar Zera dan Farez, serta teman-teman mereka di SMA Cipta Nusantara. Joseph dan Mary tiba lebih dulu, diikuti oleh Arnold dan Marsha, kemudian Lena, Thalita, Kezia, Brian, Christian, Suci, dan teman-teman lainnya. Mereka semua tampak antusias dan bahagia melihat Zera yang kini tengah mengandung anak pertamanya.Di dekat pintu masuk ballroom, Marsha dan Mary saling berbisik sambil menatap ke arah Zera yang sedang duduk di pelaminan."Zera kelihatan makin

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 53 Hadiah Terindah Untuk Farez dan Zera

    Beberapa bulan kemudian,Hari ini adalah hari yang sangat dinantikan oleh Farez dan Zera. Kandungan Zera sudah memasuki bulan keempat, dan keduanya akan melakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui jenis kelamin bayi mereka. Meskipun Farez adalah seorang CEO dengan jadwal kerja yang sangat padat, dia selalu berusaha meluangkan waktu untuk Zera, terutama saat kontrol kehamilan.Setelah sebulan kembali dari bulan madu mereka di Belgia, Zera mulai merasakan perubahan dalam tubuhnya. Setelah memeriksakan diri ke dokter, dia dan Farez menerima kabar bahagia jika Zera hamil. Keluarga besar mereka menyambut kabar ini dengan penuh suka cita. Atas saran suami dan para orang tua, Zera memutuskan untuk mengambil cuti dari pekerjaannya untuk fokus pada kehamilan dan menjaga kesehatannya.Sore itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor, Farez segera meninggalkan ruangannya dan berjalan cepat ke parkiran. Sopir pribadinya, Pak Rudi, sudah siap dengan mobilnya."Pak Rudi, kita langsung ke rumah

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 52 Keseruan Naik Balon Udara

    Sore harinya, Farez membawa Zera ke sebuah lapangan terbuka, tempat balon udara raksasa tengah dipersiapkan untuk lepas landas.Zera membelalakkan mata. "Kak … kita mau naik ini?"Farez tertawa. "Ha-ha-ha. Iya! Kamu siap, Sayang?"Zera menggigit bibirnya, antara gugup dan bersemangat. "Ini pertama kalinya aku naik balon udara, tapi aku percaya sama kamu, Kak!"Keduanya pun naik ke dalam keranjang balon udara, dan perlahan-lahan balon mulai terangkat ke udara.Zera menggenggam tangan Farez erat. "Kak, ini indah banget! Seru!"Dari ketinggian, mereka bisa melihat hamparan hijau Ardennes yang luas, sungai yang berkelok, serta desa-desa kecil yang tersebar di antara perbukitan.Farez menarik Zera ke dalam pelukannya. "Aku ingin kita selalu mengalami momen-momen seperti ini. Bersama, menikmati dunia."Zera tersenyum bahagia. "Aku juga, Kak. Ini adalah bulan madu yang sempurna."Menjelang malam, mereka menuju pondok kayu yang telah Farez pesan sebelumnya. Tempat itu terasa hangat dan

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 51 Jalan-jalan Ke Durbuy dan Ardennes

    Pagi di Dinant terasa begitu damai. Sinar matahari menembus tirai kamar hotel, membangunkan Zera yang masih nyaman dalam pelukan suaminya. Dia mengerjap pelan, menikmati hangatnya dekapan Farez yang masih terlelap. Dengan senyum lembut, Zera mengecup pipi suaminya."Kak, bangun... kita harus bersiap-siap ke Durbuy," bisiknya.Farez menghela napas panjang sebelum membuka matanya. "Hmm… masih ngantuk," gumamnya, tapi dia tetap menarik Zera ke dalam pelukannya lagi.Zera tertawa pelan. "He-he-he. Kak, kalau kita kesiangan, nanti rencana kita bisa berantakan."Farez akhirnya membuka mata, tersenyum, dan mencubit lembut hidung istrinya. "Baiklah, baiklah. Aku nggak mau istriku kecewa."Mereka pun bangun dan bersiap-siap. Setelah sarapan di hotel, Farez dan Zera naik mobil menuju Durbuy, kota kecil nan romantis yang terkenal dengan suasana pedesaan yang tenang dan keindahannya yang khas.Sesampainya di Durbuy, mereka langsung menuju Topiary Park, taman unik yang dihiasi berbagai patung tan

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 50 Eksplor Dinant

    Setelah menikmati keindahan Ghent, Farez dan Zera melanjutkan perjalanan bulan madu mereka ke Dinant, sebuah kota kecil yang indah di pinggir Sungai Meuse. Kota ini dikelilingi oleh tebing-tebing megah, memberikan nuansa yang romantis dan damai, jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Saat mobil mereka memasuki Dinant, Zera menatap keluar jendela dengan kagum. "Kak, lihat! Kota ini cantik banget! Aku suka suasana tenangnya," ucapnya dengan penuh semangat. Farez tersenyum, lalu menggenggam tangan istrinya. "Aku tahu kamu pasti suka. Dinant memang tempat yang sempurna buat kita bersantai setelah perjalanan kita di Ghent." Zera mengangguk. "Dan lihat itu, Sungai Meuse. Airnya jernih banget, dan tebing-tebing di sekelilingnya bikin pemandangannya makin luar biasa." Farez lalu meminta sopir untuk memarkir mobil di dekat dermaga sebelum beralih menatap Zera. " Siap untuk naik kapal di Sungai Meuse, Sayangku?" Zera tersenyum lebar. "Tentu saja, Kak! Aku sudah nggak sabar!" Keduanya pu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status