Bab 49"Ma!" Fika menepuk pahaku yang memang melamun saat ini. Tentu saja aku langsung kaget. "Kamu ini selalu saja ngingetin sih," tukasku."Habisnya, Mama dari tadi bengong saja sih. Aku ngomong panjang lebar tapi sepertinya Mama nggak dengar sama sekali deh!" Putriku itu nampak kesal.Mungkin memang dia berucap banyak hal tadi, tapi memang aku tak mendengar sama sekali.Segera kucubit pipinya yang putih bersih itu. "Maafin Mama ya, Sayang," ucapku sambil tersenyum.Dia pun masih tetap manyun, kemudian dia kembali mulai berucap. Tentu saja apa yang dikatakan oleh Fika tak jauh dari Pak Supar dan alibinya."Sudahlah Sayang, sepertinya kita tak boleh tèrlalu mengurusi urusan orang lain. Apa pun yang menjadi keputusan mereka, mutlak tak bisa kita ganggu gugat," ucapku perlahan mencoba membuat dia mengerti.Fika menampakan wajah tak suka dengan apa yang baru saja kuucapkan. "Tetapi menurut saya apa yang dikatakan oleh Neng Fika itu sangat benar sekali, Bu. Saya pun berpikiran demiki
Bab 50Pov HasanTernyata tinggal di penjara itu sungguh sangat tidak enak sekali! Sedikit pun tak pernah terlintas di benakku, jika aku akan tinggal di hotel prodeo seperti sekarang ini. Ini baru di penjara kantor polisi, sungguh aku tak bisa membayangkan jika harus tinggal di rumah tahanan dengan ratusan nara pidana lainnnya.Untung saja aku ini termasuk orang yang kaya, jadi aku masih sedikit disegani saat ini. Tetapi, aku memang kemarin melakukan tindakan bodoh dengan berpura-pura gila.Karena pikiranku memang sungguh sangat buntu saat itu, akhirnya aku pun menurut saja pada apa yang dikatakan oleh si Panji, salah satu anak buahku yang ikut masuk kesini."Begini saja Bos. Lebih baik bis berpura-pura gila dan mengakui semua perbuatan menghabisi nyawa gadis itu. Saya sangat yakin dengan begitu maka hukuman bos akan berkurang, atau malah bisa jadi langsung bebas!" ucap Panji yang sok tahu.Pikiran yang super ruwet itu pun membuatku seperti kerbau dicongok hidungnya saja. Alhasil, b
Bab 51Pov HasanJika kalian berpikiran aku tak mencintai Dewi karena sering bersama dengan wanita lain, itu sungguh salah besar! Dewi adalah wanita yang paling kucintai di dunia ini. Sosok sempurna di dunia ini yang belum bisa aku temukan pada wanita lain.Tanpa lelah dia menemaniku sejak dari nol hingga kini menjadi seorang pengusaha yang kaya raya. Tanpa pernah mengeluh sedikit pun, senyum manis selalu menghiasi wajahnya. Melihatnya setiap hari selalu menjadi semangat untukku dalam bekerja."Dek, kamu beneran ikhlas menjadi istriku? Aku hanya seorang tukang pentol keliling saja," ucapku ketika kami baru sebulan menikah."Insyaallah aku ikhlas, Mas. Pekerjaan apa pun yang kamu lakukan asal itu halal, tentu aku akan selalu mendukung kamu," jawab Dewi dengan sabar."Terima kasih banyak Dek. Aku akan selalu setia sama kamu hingga kapan pun." Itulah janjiku pada Dewi.Sebenarnya pernikahan kami dulu tak begitu mendapatkan restu dari orang tua Dewi. Karena memang istriku itu seorang sarj
Bab 52Sebenarnya masih ada sedikit rasa yang mengganjal meski pun telah datang ke rumah orang tua almarhumah Adelia. Tetapi aku pun mencoba untuk bisa berpikiran positif, mungkin memang iman mereka sangat kuat sehingga bisa dengan mudah bersikap ikhlas atas kematian putrinya yang tak wajar.Pun begitu dengan ucapan Bu Supar yang tak lagi mau merawat Lio, padahal ketika kami kesana sebelumnya, dia begitu antusias untuk merawat sang cucu.Hanya terus bisa berpikiran positif saja pada mereka. Pak Supar dan istrinya butuh uang. Sedangkan Mas Hasan butuh sebuah kebebasan. Mungkin memang sebuah kerja sama yang saling menguntungkan, dan tebtu aku tak bisa memaksakan kehendak."Ma, apa iya hari ini Papa akan kembali ke rumah?" tanya Fika dengan wajah cemberut. Saat ini kami berada di ruang keluarga bersama dengan Lio."Menurut yang petugas katakan kemarin, memang hari ini Papa kamu sudah bisa pulang, tetapi dengan syarat tetap wajib lapor," jawabku setelah menarik nafas dalam-dalam."Aku tak
Bab 53"Stop! Jangan dekati Mamaku!" Fika yang dari tadi tetap duduk, pun dengan cepat berjalan dan berdiri diantara aku dan Mas Hasan. Keberadaan Fika yang tiba-tiba ini sontak membuatku tersadar dari lamunan beberapa saat tadi."Fika!" Spontan aku pun berucap.Putriku itu sama sekali tak menoleh padaku, dia sepertinya memang sama sekali tak bisa menerima kehadiran Mas Hasan lagi."Papa sekarang juga pergi dari sini! Rumah ini tak bisa lagi menerima seorang pengkhianat dan juga pembunuh seperti Papa!" teriak Fika.Aku segera menepuk pundak Fika, meski memang itu lah kenyataan yang terjadi, tetapi rasanya hal itu kurang sopan diucapkan seorang anak pada orang tuanya. Namun, nyatanya Fika sama sekali tak bergeming dan tetap membantah Mas Hasan."Fika, Papa mohon maaf, Nak. Papa khilaf. Tolong beri kesempatan pada Papa untuk memperbaiki semuanya. Papa janij akan kembali menjadi baik." Mas Hasan pun sepertinya sangat menyesal.Mendengar ucapan dari Mas Hasan itu, nyatanya Fika malah ter
Bab 54"Bagaimana, Dek. Kamu mau kan memberikan aku kesempatan kedua?" tanyanya setelah beberapa lama tadi aku hanya terdiam.Kuhela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari suamiku itu. "Entahlah, Mas. Untuk saat ini aku belum bisa memberikan jawaban. Jujur, sakit yang kamu buat itu memang sungguh dalam."Kuletakkan Lio yang saat ini kembali tertidur, setelah beberapa waktu lalu kutimang."Aku tahu itu. Saat ini aku ingin kembali menjadi orang yang benar. Dengan kamu kembali mau menerimaku, maka hal itu akan terwujud. Jika tanpa kamu, pasti aku akan makin salah arah," ucap Mas Hasan terus berusaha mencoba meyakinkan."Apa kamu bisa menjamin hal seperti ini tak akan terulang lagi?" tanyaku yang kini menatap wajahnya lekat.Mas Hasan mengangguk dengan sangat yakin. Bagiku yang sudah berumur banyak ini, sebenarnya sebuah luka itu akan segera sembuh, tetapi bagaimana dengan Fika? Aku tak ingin nanti dia akan trauma atau tak bisa menerima kenyataan yang ada."Janji! Jika sampai aku
Bab 55Pov Author Sebulan telah berlalu, keluarga Dewi pun kembali berkumpul seperti semula. Meski untuk menjadi seratus persen seperti dulu itu adalah suatu hal yang sangat mustahil. Dewi merasa telah memiliki jalan yang benar, karena Fika menurutnya masih memerlukan sisik seorang Ayah. Sedangkan Fika sebenarnya masih belum mantap hatinya, hanya saja dia tak ingin membuat sang ibu bersedih."Dek, aku berangkat ke luar kota dulu ya. Paling lima hari atau seminggu lagi aku sudah kembali sampai di rumah."Iya, Mas. Kamu hati-hati ya." Dewi menjawab sambil tersenyum.Rasa canggung sebenarnya masih terasa di dalam keluarga itu, tetapi mereka masih berusaha untuk bertahan.Bahkan selama satu bulan ini, Dewi pun tak pernah membiarkan sang suami menyentuhnya. Rasa jijik dan kurang sreg masih saja menyelimuti hatinya. Butuh waktu yang tak sebentar bagi wanita itu untuk bisa melakukan hubungan suami istri itu."Ma ... emang Mama percaya jika nanti di luaran sana Papa akan setia?" Fika yang be
Bab 56Untuk pertama kalinya setelah keluarga kami kembali utuh, Mas Hasan pamit ada pekerjaan keluar kota. Meski sebenarnya hati ini masih merasa ragu dengan kesetiaannya, tetapi aku berusaha untuk terus menepis rasa itu. Aku telah memberinya kesempatan untuk yang kedua kali, itu berarti aku pun harus kembali membangun kepercayaan itu. Hanya terus mencoba untuk berpikiran positif dan yakin jika Mas Hasan pasti akan berubah.Jika kali ini aku tak menaruh kepercayaan pada Mas Hasan, lalu bagaimana dengan Fika? Aku tahu saat ini putriku itu masih belum bisa mempercayainya Mas Hasan seutuhnya, jadi sebisa mungkin aku harus bisa membuat dia percaya lagi."Ayo Ma kita berangkat sekarang!" ucap Fika sambil menggandeng tanganku yang memang sejak tadi sudah berdiri di teras.Aku pun mengikuti saja langkah Fika. "Bi Nur dan Lio sudah siap?" tanyaku sambil menoleh mencari asisten rumah tanggaku itu."Sudah siap Nyonya!" teriak Bi Nur sambil tersenyum. Kemudian dia pun mengunci pintu.Pagi ini