Share

BAB 18

Sore itu, pulang dari sooting, Adam ke rumah Malika membawakan cas lap top baru yang dipesannya tempo hari. Usai memberikan cas dan menitipkan tas ransel hitam di ruang tamu. Adam keluar lagi dan duduk di teras memperhatikan warung kopi. Siapa lagi yang dilihat kalau bukan si gadis penjual kopi.

Malika berdiri menyandar pada daun pintu, memperhatikan Adam dari samping. Wajahnya sumringah segar. Sepertinya habis mandi keramas melihat sebagian rambutnya masih basah. Hanya mengenakan kaos lengan panjang warna kuning dan celana training. Namun, apapun baju yang dikenakan selalu pas dan cocok dengan kulitnya yang kuning.

“Namanya Widia Anggita...” cetus Malika. “Sana dah, pesan kopi. Mumpung nggak terlalu ramai.”

“Sama Ibu ya?” rajuk Adam malu-malu. Seperti biasa sambil mengusap-usap rambutnya yang sudah rapi.

“Lhah. Aku jadi obat nyamuk. Nggak sopan sekali kamu,” Malika pura-pura melotot marah. “Oke deh, nggak apa-apa. Karena kamu yang ngajak, jadi kamu yang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status