"Perasaan tentang Lily, dia sudah berubah banyak. Selain cantik dan tubuh bagus, tapi terasa tidak ada kehidupan pada tubuhnya. Seolah semuanya akan lenyap sebentar lagi, seperti yang pernah terjadi pada ibu dulu. Aku harap itu hanya perasaan aku saja," canda Nelson Jong yang sempat tertawa di atas penderitaan Chris yang kini sekujur tubuh sudah dingin seperti es. Perkataan Nelson Jong membuat hati Chris semakin ketakutan. Mengingat apa yang diperlihatkan Lily padanya semalam. Chris masih ingat tubuh Lily terdapat banyak luka dan semalam menerima sebuah tamparan kuat darinya. "Menurutku biasa saja dan tidak aneh," elak Chris yang berusaha untuk terlihat tenang dan tidak mencurigakan di mata Nelson Jong yang ahli menebak sesuatu. Nelson Jong menatap perubahan di wajah Chris yang kelihatan cemas dan ketakutan. "Semoga saja, Biasanya wanita yang akan pergi selamanya mempunyai aura seperti itu. seperti ibu aku waktu itu juga mempunyai aura seperti itu, lalu penyesalan selalu datang
James Holland menatapi makanan yang masih banyak di atas meja dengan tatapan ngeri. Ia juga tidak mampu menghabiskan semua makanan seorang diri. Mau tidak mau, James Holland meminta pelayan untuk membungkuskan semua makanan di atas meja. Kemudian di kasih ke para gelandangan di jalan, daripada di buang secara sia-sia. Apa yang di lakukan oleh James Holland di luar sana. Sudah di lihat oleh Lily di dalam mobil. Lily tahu James Holland selalu berhati mulia untuk menolong orang yang selalu kesusahan. "Aku iri dengan sikapmu yang bebas," gumam Lily yang merasa tertekan secara mental akan kehidupannya yang selalu pahit dan penuh penderitaan. Lily masih melamun tanpa menyadari James Holland sudah selesai membagikan makanan kepada gelandangan dan kini masuk ke dalam mobil. "Maaf lama," ucap James Holland yang duduk di kursi pengemudi dengan keringat bercucuran di dahinya. Lily tersenyum lembut menatapi James Holland untuk menutupi apa yang ia lamunkan tadi.
James Holland menatapi jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan jam 12 siang yang merupakan waktu istirahat para pekerja dan jadwal makan para pasien. Demi Lily, James Holland terpaksa menunda jam makan siang. Lily menghirup aroma makanan yang melewati pintu kamarnya dan perutnya semakin berbunyi nyaring. "James..." lirih Lily dengan suara memelasnya. "Tahan satu jam lagi," balas James Holland tegas dengan wajah dingin tanpa expresi. Kepala Lily langsung tumbuh tanduk akan perkataan James Holland, Ia menarik mengigit bantalnya dengan gigitan kuat sembari mengerutu. Kedua mata biru James Holland melirik Lily yang bertingkah seperti anak-anak. "Tua di umur tapi sikap seperti bocak," batin James Holland yang menghela nafas panjang. Lily masih sibuk melampiaskan kemarahan kepada ujung bantal yang menjadi sasaran kemarahannya. James Holland melihat jam tangan yang sudah menunjukkan jam satu siang. Ia berdiri dari tempat duduknya. "Li, ganti pakaianmu dengan pakaian operasi!"
Nelson Jong yang ingin menghentikan langkah kaki Lily, namun ia terlambat melakukannya karena suaranya tetiba tidak bisa keluar dan juga tidak mendapatkan alasan untuk mengajak Lily untuk makan malam bersama. Lily berlari cepat keluar dari perusahaan SAG dengan tergesah-gesah. Kedua mata Lily melihat mobil James Holland yang terpakir tidak jauh dari lobi. Lily langsung buka pintu dan masuk ke dalam. "Kenapa tergesah-gesah?" tanya James Holland yang curiga dengan sikap Lily. "Tidak mau membuat dirimu menunggu lama," dusta Lily yang memang menghindari Chris. "Biasa saja kali. aKu antar pulang sekarang,” tawar James Holland. "Terima kasih,” balas Lily yang langsung memasang tali pengaman di badannya. "Sudah makan belum?" tanya James Holland lagi. "Belum he... he... he..." balas Lily dengan tawa bodohnya sembari mengaruk pipinya yang bersemu kemerahan. James Holland tersenyum tipis akan jawaban Lily yang seakan memberikan ia kesempatan untuk mendekat.
"Kau yakin mau lakukan di sini?" tanya Lily kepada Chris yang kini bernafas penuh gairah. Chris sudah tidak sabaran, Ia langsung memaksa kedua kaki Lily untuk terbuka lebar. Bahkan merobek stocking yang bagian tengah selangkangan. "Tentu saja," jawab Chris dengan penuh keyakinan, lalu menyampingkan kain berenda itu. Sebelum ia memasukkan kedua jarinya ke dalam celah yang merupakan candunya. Lily tersentak kaget akan jemari Chris yang masuk ke dalam secara mendadak. "Sudah tak bermodal atau krisis keuangan kamu?" cibir Lily tak percaya dengan sikap Chris kali ini yang memilih bermain di atas meja kantor ceo. Chris memperlihatkan senyum miring, Ia terus memaju mundurkan jemarinya di dalam celah inti Lily tanpa perduli sindiran yang di lontarkan oleh bibir Lily. Lily yang sudah tidak tahan dengan jemari Chris yang kian lama kian cepat, Ia mengigit bibir bawahnya untuk tidak mendesah dan kedua tangan berusaha menyingkirkan tangan Chris yang menyiksa bagian privasinya.
"Bukan urusanmu," balas Lily dengan nada judesnya. "Baiklah, Terima hukum setimpal dari penghianatanmu karena bermain dengan pria lain selain aku." Jeritan demi jeritan serta suara merdu Lily menenuhi seisi ruangan. Chris memasukkan barangnya tanpa pemanasan lagi kepada tubuh Lily. Tubuh bawah Lily yang masih kering membuat Chris keenakan dan terus menusuk masuk berulang kali. Tajam dan perih terasa menyakitkan bagi Lily. Menerima barang Chris yang sungguh besar di dalam inti tubuhnya. "Sakitkan? Ini masih tidak seberapa," oceh Chris mencabutnya setelah Lily klimaks duluan dengan cairan bening dan banyak mengalir keluar. Chris menatapi arah cairan bening keluar dengan senyuman jahat, Ia mengambil sesuatu dan memasukkan ke dalam cairan bening itu keluar. Jerit Lily merasakan sesuatu tertanam di dalam tubuh bawahnya dan bergetar cepat. Puas membuat Lily mendapatkan perlepasan beberapa kali dengan tubuh bergoyang seperti cacing kepanasan. Chris menarik alat kecil tersebut k
"Apa aku revisi aja peraturannya?" batin Chris yang sibuk mencari jalan keluar. "Pagi Chris," sapa Nelson Jong yang menepuk bahu Chris. Chris melirik Nelson Jong dengan tatapan malas. "Jangan katakan padaku, kini kau mau menghilangkan peraturan konyol yang sudah di taati oleh para staff?" tebak Nelson Jong dengan kedua mata menyelidiknya kepada Chris yang sejak tadi terlihat gusar. "Kau benar," balas Chris terus terang. "Jangan bermimpi untuk melakukannya, Aku yakin kau akan di demo berjilid-jilid. Mereka sudah mematuhi dan senang akan peraturan bodoh yang kamu buat," saran Nelson jong yang semakin membuat kepala Chris yang sakit kini semakin sakit berkali-kali lipat dari sebelumnya. Chris yang sudah tidak bisa mengubah peraturan konyol yang ia buat. Sehingga setiap hari, Chris ingin membunuh semua pria yang memandang Lily dengan penuh kagum dan bernafsu tinggi. Mata Chris selalu melihat senjata pria itu mengeras dan menonjol di balik sleting. Apalagi Lily memaka
Nana yang mendapatkan sindiran dari Kirana, Ia mengibaskan rambutnya dengan senyuman bangga akan nasib beruntung yang di miliki selama ini. "Tentu saja beruntung. Aku si cantik Nana selalu diberkati dengan keberuntungan," balas Nana dengan memasang gaya menyebalkan di hadapan Kirana yang merupakan rekan kerjanya. Nana menyisir rambut panjang dengan jari-jari tangan ke belakang di hadapan Kirana yang menatap dengan jijik dan mual. "Lebih baik kau kembali bekerja sebelum tuan CEO tumbuh tanduk lagi," saran Kirana. Kedua mata Nana menatapi Kirana dengan tatapan kesal. "Perasaan aku mengatakan bahwa CEO Chris tidak akan memarahi aku yang cantik jelita ini, Kecuali Jane yang melakukan kesalahan. Lagian aku tidak melakukan kesalahan," sahut Nana percaya diri. Kepedean Nana di luar batas membuat Kirana kembali diam dan melanjutkan kerjaannya. Ia malas menegur Nana lagi. Karena bagi Kirana, Percuma berbicara dengan orang bodoh seperti Nana. *** Di ruangan kerja wakil ceo. Chris semaki