Share

Bab 25

Author: Bintu Hasan
last update Huling Na-update: 2025-06-29 07:34:00

"Maksud Bunda apa?”

Aku tertawa dalam hati melihat ekspresi Ayah yang sok bingung. Keningnya berkerut, matanya menyipit seolah sedang mengerjakan soal ujian yang terlalu rumit untuk otaknya yang licik. Dunia ini aneh, kenapa harus ada lelaki seperti dia? Plaing menyedihkan lagi adalah karena dia ayahku.

“Kalung itu jatuh dari saku celana Ayah. May yang nemu dan malah kebawa ke rumah Tiara. Nanda pasti tahu soal ini juga.” Bunda menjawab pelan, tenang, tapi nada suaranya menampar lebih keras dari amarah.

Kekacauan itu begitu indah dilihat dari tempatku duduk. Tante Nanda mulai gelisah, kakinya bergeser resah, tangannya tak sadar meremas bagian bawah celananya yang tadinya rapi. Wajahnya memucat, seperti kehilangan semua darah dan keberanian sekaligus. Ayah? Dia sibuk mengatur napas dan mencari-cari alasan di udara yang makin sesak. Matanya melirik ke segala arah, berharap ada lubang untuk menyelinap keluar dari situasi memalukan ini.

Sementara itu, Bunda tetap menyeruput teh yang sudah
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Bintu Hasan
Tunggu update selanjutnya, ya, Kak. Kembali kasih...
goodnovel comment avatar
Happy Adriana
thoorr lanjuuuttt....makin penasaran nih...makasih
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 96

    Langkah kaki mereka bergema di lantai licin pusat perbelanjaan yang dinginnya menusuk tulang. Lampu-lampu putih menggantung tinggi, memantulkan cahaya ke wajah-wajah yang dipenuhi rasa ingin tahu dan rencana belanja. May berjalan di tengah, diapit oleh Raya dan Risa yang sibuk berdebat soal toko mana yang harus mereka kunjungi lebih dulu.Di belakang, Ida dan Ira membawa tas belanja kosong, sambil sesekali saling bertukar komentar pendek. Nek Nian melangkah pelan di samping mereka, sorot matanya mengamati keramaian dengan raut tenang, seakan mall itu hanyalah persinggahan singkat di tengah perjalanan panjang mereka.Suasana penuh hiruk pikuk, musik dari pengeras suara, suara tawa anak-anak, dan aroma roti panggang dari kafe di sudut lorong bercampur jadi satu. Namun, di balik semua itu, May merasa ada jarak tipis yang memisahkan dirinya dari keriuhan, seolah dia berjalan di tengah keramaian tanpa benar-benar menjadi bagian darinya.“Ayo, ke toko yang itu,” tunjuk Raya, matanya berbina

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 95

    Hujan gerimis mengetuk jendela, menyisakan hawa dingin yang merayap sampai ke ujung jari. Sudah lewat pukul sepuluh malam, tapi mata Ida enggan terpejam. Di hadapannya, layar laptop masih menyala, menampilkan draft naskah yang belum selesai. Kabar dari siang tadi masih mengganggu pikirannya. Platform digital tempatnya menulis mengeluarkan regulasi baru dan itu sedikit meresahkan, terutama bagi penulis yang sedang berusaha meraih pembaca baru. Kalau penggemar sudah banyak, mungkin aturan baru tak terlalu berarti. Namun, Ida belum merasa cukup. Selama ini, dia hanya ingin karyanya eksklusif, bukan dirinya. Ida suka kebebasan menjelajah di berbagai platform, menemukan pembaca dari berbagai sudut. Hanua saja, pesan dari editor mengubah segalanya ketika dia dipromosikan menjadi penulis eksklusif. Artinya, mulai sekarang, dia hanya boleh menulis di satu tempat saja. Tiba-tiba ponselnya bergetar, ada pesan masuk dari nama yang begitu familiar. Ida meraih benda pipih di samping laptopnya

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 94

    Nanda menahan kepalanya yang sedikit terpental, kemudian menatap Tiara dengan sorot mata penuh amarah. Tangannya sempat terangkat, tapi dia urungkan. Sebuah senyum tipis malah mengembang di bibirnya. Senyum yang justru membuat Tiara semakin geram."Segitu doang?" sindir Nanda pelan, "kalau mau main kasar, pastiin dulu kamu siap nerima balasannya.""Aku nggak takut sama kamu," balas Tiara sambil mengepalkan tangan, tubuhnya sedikit condong ke depan.Nanda mendekat selangkah, jarak wajah mereka tinggal beberapa sentimeter. "Kamu harusnya takut, Tiara. Karena aku nggak cuma bisa nyakitin kamu, tapi semua orang yang kamu sayang."Ucapan itu membuat Tiara terdiam sesaat, tetapi tatapannya tetap tajam. Di sekeliling, bisik-bisik mulai terdengar, beberapa orang sudah mengeluarkan ponsel untuk merekam.Nanda pun berbalik perlahan, melangkah pergi tanpa menoleh lagi, meninggalkan Tiara yang masih berdiri kaku, berusaha mengendalikan napasnya yang memburu.Tiga detik berlalu, Tiara tak membiark

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 93

    "Iya, Bun?""Akting Bunda tadi bagus nggak? Cukup buat nakutin Sakinah, kan?"Pertanyaan itu membuat May membulatkan mata, melongo beberapa detik. "Maksud Bunda?""Yang tadi itu, lho, May. Ekspresi Bunda mendukung banget, kan? Dia nggak bakal macam-macam lagi karena mikirin ibunya, kan?"Detik berikutnya, tawa pecah dari bibir May. Dia menertawakan dirinya sendiri—betapa bodohnya sempat yakin Bunda benar-benar sanggup membunuh orang. Semua rasa tegang yang tadi mengikat dadanya pelan-pelan terurai.Dia menarik napas panjang dan membuangnya perlahan, merasakan sesak di dada hilang sedikit demi sedikit. Senyum masih tersungging saat dia mengangguk, mengacungkan dua jempol tinggi-tinggi."Mantap, Bun," ujarnya dengan nada suara penuh pujian meski masih ada sisa geli di matanya."Ya udahlah, semua udah beres. Sekarang kamu masuk kamar, belajar. Bunda udah kirim beberapa file penting buat bahan. Ingat, kamu harus banyak persiapan sebelum kuliah."May kembali mengangguk. Tanpa banyak bicara

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 92

    Dua hari kemudian, Ida akhirnya berhadapan dengan wanita yang belakangan dia ketahui bernama Sakinah. Menemukannya tak sulit karena saatu itu, dia sudah lebih dulu jatuh ke tangan teman Ida. Hanya saja, Ida sengaja menunggu. Dia biarkan dua hari berlalu, memberi Sakinah rasa aman palsu, seolah tak ada lagi mata yang mengawasi. Biarkan dia percaya bahwa ancaman sudah hilang dan pekerjaan sudah selesai. Di ruang tamu yang sepi, Sakinah duduk dengan punggung sedikit membungkuk. Jemarinya saling meremas, pandangan tak berani bertemu mata lawan. “Jadi, siapa yang menyuruhmu menyerahkan binder itu?” tanya Ida dengan suara yang terdengar tenang, hampir seperti ajakan berbincang santai. Sakinah menelan ludah. “Aku cuma dimintai tolong.” “Tolong?” Ida mencondongkan tubuh, senyum tipisnya tak sampai ke mata. “Atau balas budi?” Wanita itu terdiam, napasnya terasa berat. Sunyi yang menggantung di antara mereka menjadi tekanan tersendiri. "Iya, dimintai tolong, dan aku nggak bisa nola

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 91

    "Atau Bunda yang nyuruh dia?" tebak May dengan nada penuh ragu. Ida hanya mengangkat alis, kemudian mengulurkan tangan. Isyarat itu jelas kalau dia ingin May menyerahkan benda yang dimaksud. Tanpa banyak tanya, gadis itu merogoh tasnya, menarik keluar sebuah binder, dan menyodorkannya ke hadapan sang bunda. Di detik yang sama, Ida meraih binder itu, jemarinya mengusap sampulnya pelan sebelum bibirnya melengkung membentuk senyum kecil. Ingatannya melayang jauh, kembali ke masa ketika dia dan Hanan masih berstatus tunangan. Dia teringat sebuah kotak tua, yang dia buka, berisi tumpukan surat dari keluarga saat menempuh studi di luar negeri. Menurut cerita dari Hanen, Ulya adalah sosok wanita lugu yang mudah sekali diperdaya karena setiap kata yang sampai ke telinganya selalu dia telan mentah-mentah. Meski mungkin sampai sekarang masih menyimpan rasa untuk Hanan, Ulya tidak akan berani bertindak gegabah. Kabar terakhir yang Ida dengar, Ulya menikah dengan pria yang tak pernah dia c

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status