Share

Bab 41

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2025-07-05 12:38:14

"Nggak mungkin aku berani kalau kamu juga nggak mau, Nanda. Aku bahagia sama istri dan anak-anakku, tapi kamu malah ngegoda aku. Kamu ngerusak rumah tangga aku!”

Aku tertawa dalam hati melihat wajah Ayah yang merah padam. Entah karena murni amarah, atau malu karena topengnya mulai terkelupas. Mungkin dua-duanya. Yang jelas, aku sangat bahagia melihatnya hancur perlahan. Seperti menonton bangunan runtuh yang berisik, tapi memuaskan.

Bukan berarti aku lupa siapa dia bagiku. Bukan berarti aku menghapus semua kenangan baiknya, semua tawa yang pernah ada saat kami main sepeda bareng. Akan tetapi luka ini, luka yang dia biarkan tumbuh di hati Bunda bertahun-tahun, terlalu dalam untuk disembuhkan hanya dengan maaf.

Sejak awal, rumah tangga itu sudah retak. Tante Nanda bukan penyebab utama. Dia hanya satu dari sekian banyak batu yang mempercepat robohnya tembok. Dan sekarang? Bahkan penyesalan pun sudah kehilangan gunanya. Masalah ini belum puncak. Masih ada satu babak lagi.

“Kalian nggak usa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Happy Adriana
Menyesalpun tak guna...dipecatkan jadinya dari PNS
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 48

    "Kiara, kamu tahu siapa mereka?"Gadis itu berdiri pelan, menoleh ke arah kami. "Mama, mereka Ayah sama Tante, kan?"Tiara langsung menatapku. Sorot matanya menusuk. Ada luka lama yang tampaknya belum kering dan kini menganga lagi. Pandangan itu bukan sekadar marah, tapi kecewa, juga penuh getir. Aku ingin bicara, menjelaskan, tapi lidahku kelu. Seluruh tubuhku terasa dikuliti oleh kenyataan yang selama ini kututupi. Malu. Sangat malu. Bukan hanya pada Tiara, tapi pada anakku sendiri.Semua kenangan lama bermunculan begitu saja. Dosa yang dulu kukubur dalam-dalam kini muncul di hadapan anak yang bahkan tak pernah kumanja. Ingin rasanya berlari pergi, menghilang dari pandangan Kiara. Namun aku tahu, aku sudah terlalu banyak kabur. Kali ini, aku harus diam di sini dan menghadapi semuanya dengan kepala tertunduk dan dada sesak.Aku melirik Hanen, berharap dia akan membantuku berbicara. Sejujurnya, tak ada yang bisa menyelamatkanku dari luka yang kutorehkan sendiri. Rasanya seperti berjal

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 47

    "Mbak, aku mau langsung aja. Gimana ceritanya Mbak Nanda bisa hamil, sementara Mas Hanan bilang nggak pernah nyentuh? Itu anaknya Mas Hanan beneran atau Mbak Nanda sebenarnya hamil sama pria lain dan maksa Mas Hanan tanggung jawab atas sesuatu yang bukan dia lakukan?""Lancang kamu, Nen!" Sorot mata Nanda tajam, menusuk. "Kamu nggak akan pernah ngerti rasanya karena kamu nggak ngalamin sendiri.""Kita memang beda, Mbak. Aku istri yang setia, yang sayang anak dan suami. Sementara Mbak, kelihatannya memang suka main pria. Sampai-sampai hamil anak orang lain, terus malah minta Mas Hanan tanggung jawab.""Mana buktinya kalau ini anak pria lain?""Dan mana buktinya kalau itu anak Mas Hanan?"Nanda terdiam. Tidak membalas. Diam yang menyisakan ruang untuk kecurigaan. Apa benar dia sembunyikan sesuatu? Apa benar dia hanya memanfaatkan aku sebagai pelarian? Sebagai jalan keluar dari kebohongan yang dia bangun sendiri?Kalau itu anak Adam, bukankah dia akan bilang sejak awal? Atau setidaknya,

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 46

    PoV HananSudah dua pekan aku hidup seperti gelandangan. Malam-malam kulewati di dalam mobil, makan seadanya di warung kaki lima, dan untuk mandi pun harus menumpang di masjid.Aku tak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Dulu, semuanya terasa rapi. Ida selalu bisa mengurus segalanya. Dia bukan tipe istri yang boros, malah sering mengalah saat aku ingin sesuatu. Bahkan pernah, aku yang memaksa dia membeli tas dan sepatu hanya agar dia terlihat senang.Aku mengembuskan napas panjang. Uang di dompet tinggal beberapa lembar. Itu pun hasil menjual tablet dan cincin kawin kami.Nanda tinggal di kost. Tiara? Malah menolak mentah-mentah saat aku memohon untuk sekadar menumpang semalam, padahal dulu, dia yang bersumpah cinta mati. Dan Ida ... jangan ditanya. Tak perlu teriak-teriak seperti Tiara. Cukup satu kalimat dan rasanya seperti jantungku diremas.Kantuk mendadak menyerang. Aku rebahkan badan ke kursi belakang. Kaki harus dilipat, dan rasanya nyeri luar biasa. Mungkin besok ak

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 45

    “Berani juga, ya, dia datang ke sini.” Tante Ira menyeringai kecut. Tubuhnya terangkat dari lantai yang beralas karpet tanpa ragu, melangkah tegas ke arah pintu utama.Aku tidak bisa melihat apa yang terjadi di luar, tapi dari caranya membuka pintu dengan hentakan, aku tahu, badai akan segera meledak. Bunda tetap duduk diam. Tak ada gerakan, tak ada kata. Matanya menatap kosong ke depan, seolah sedang menghitung langkah-langkah berikutnya. Mungkinkah dia tengah menyusun ulang skenario agar tidak kalah di ronde terakhir?Syukurlah Risa sudah terlelap. Kalau tidak, dia pasti akan merengek minta Ayah menginap, tanpa tahu betapa kusut dan kotornya situasi yang sedang kami hadapi. Untuk apa Ayah datang ke sini? Tidak punya tempat pulang? Atau sekadar ingin menunjukkan bahwa dia masih punya nyali?“Heh, Mas. Kamu itu harusnya punya malu. Udah selingkuhin Mbak Ida, sekarang ngapain berdiri sok tak berdosa di sini?” Suara Tante Ira mengguncang rumah seperti dentuman petir.Bunda langsung berd

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 44

    “Apa, Bun?” tanyaku pelan, nyaris tak terdengar karena aku tahu kalimat berikutnya pasti bukan hal ringan.“Berdamai dengan diri sendiri,” jawab Bunda tenang, matanya menatap jauh, seperti menembus tembok kamar, “kalau terus nyimpan dendam, rasanya Bunda nggak akan pernah benar-benar bahagia. Luka ini terlalu dalam, May. Tapi terus marah juga nggak menyembuhkan. Bunda harus melepaskan semuanya termasuk ayahmu. Cepat atau lambat, perceraian itu akan terjadi.”Suasana jadi hening. Sunyi. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar mengiringi detak jantungku yang entah kenapa malah jadi lebih cepat. Kalimat itu—tentang melepaskan Ayah—terdengar lebih nyata dari sebelumnya.Setelah itu, Bunda memintaku mengemasi barang-barang. Rumah ini akan dikosongkan untuk sementara. Katanya, untuk kesehatan batin. Aku diam saja, menuruti. Mengambil beberapa lembar baju yang cukup untuk dua atau tiga pekan. Rasanya aneh, seperti lagi liburan, padahal nyatanya kami sedang mengungsi dari luka.Bunda jug

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 43

    “Mas Adam, maafin aku!” Suara Tante Nanda menggema nyaring dari kejauhan. Namun, kalimat itu seakan hanyut di udara dan tak satu pun dari kami menoleh.Om Adam tetap melangkah mantap ke arah mobil, tak sedikit pun menanggapi. Dingin. Terlalu dalam luka itu untuk dijahit dengan sekadar permintaan maaf.Perjalanan pulang berjalan dalam diam yang menyayat. Tidak ada suara selain napas tertahan dan deru ban di atas aspal. Tante Tiara duduk membatu di sampingku, pandangannya kosong menembus jendela. Pipinya basah oleh air mata yang terus turun pelan tanpa suara, seolah rasa bersalahnya menolak dihibur.Di depan, Bunda hanya menghela napas panjang sekali-dua kali, wajahnya datar, tenang, bahkan terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja mengorbankan begitu banyak. Namun, ketika aku menangkap tatapannya ke langit-langit mobil, sekejap matanya berkaca. Mungkin sedang menahan tangis yang tak ingin jatuh di depan siapa pun.Om Adam yang menyetir tampak gelisah. Tangannya mencengkeram setir t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status