Share

MENCARI PERLINDUNGAN

Jalanan sepi malam itu membuat Roman kesusahan untuk meminta pertolongan, terlebih lagi Fred berhenti, dan berniat menangkap Roman kembali.

"Aku harus meminta pertolongan pada siapa, tidak mungkin aku menghubungi Tante Silvia, dia tidak akan percaya padaku." ia bergumam sambil berjalan dengan susah payah.

Sementara itu Fred berlari ke arahnya, melihat Fred mengejarnya Roman langsung sigap masuk ke dalam hutan yang dekat dengan jalanan itu.

"Hei! Jangan lari!" Fred berlari dengan cepat, tapi sayangnya Roman telah masuk dalam hutan.

Fred mendengus kesal, "Sial! Rupanya Pemuda itu berusaha kabur dariku, tapi lihat saja aku tidak akan membiarkanmu hidup," umpatnya.

Fred ikut masuk ke dalam hutan mencari Roman, "Hei Pemuda tidak punya moral, keluarlah!"

Namun, Roman tetap bertahan di dalam semak-semak, meskipun lukanya parah dia tetap berusaha bersembunyi.

Tapi, Fred terus mencarinya hingga ia melihat tetesan darah di dedaunan yang menuntunnya untuk menemukan Roman, Fred pun menelusuri tiap tetesan itu, hingga menuju ke sebuah pohon besar.

Dia tersenyum menyeringai. "Hahaha ... cepat keluar. Aku sudah menemukanmu!" sambil bersedekap tangan. Tapi, Roman tidak mau keluar dari tempat persembunyiannya.

"Hai Pemuda murahan, keluarlah!" pintanya lagi, ia pun segera menyergap pohon yang di duga jadi tempat persembunyian Roman.

"Beraninya kau tidak keluar!" sergapnya tapi tidak orang di sana, "Sial! Ternyata dia tidak ada di balik pohon ini!"

Fred mengumpat karena Roman tidak ada di balik pohon itu.

Roman ternyata telah keluar dari hutan, ia berlari mencari bantuan agar bisa ke kota lagi.

"Tolong!" teriaknya sambil melambaikan tangan di pinggir jalan.

Dari jauh terlihat sebuah mobil mulai menepi, dan memberikan tumpangan padanya.

"Tolong saya, saya hampir dibunuh Seseorang," mohon Roman pada seorang yang tidak di kenalnya.

Seorang perempuan itu tampak bingung, tapi juga kasihan melihat pria asing yang tidak di kenalnya. "Siapa yang akan membunuhmu?" tanyanya panik.

"Cepat buka pintunya saja, nanti aku ceritakan Nona," pinta Roman pada orang itu, agar segera menolongnya.

Perempuan itu langsung membuka pintu mobilnya, dalam sekejap Roman masuk ke dalam mobil itu. Kemudian, perempuan itu membawa Roman pergi.

Roman terbaring lemah di dalam mobil itu, dia terlihat lemah dan perlahan pandangannya mulai kabur.

Sementara Fred masih berusaha mencari Roman di dalam hutan, akan tetapi dia tahu kalau Roman telah berhasil keluar dari hutan. Sehingga dia semakin geram karena tidak berhasil menyingkirkannya.

"Bedebah! Rupanya dia telah pergi, awas saja kalau aku menemukanmu lagi, aku tidak akan membiarkanmu hidup Anak Muda!" tukasnya mengepalkan tangannya.

Fred kembali ke mobilnya dengan tangan kosong, ia menelan amarah yang tidak tersalurkan. Dia pun segera kembali ke kota setelah tidak berhasil menyingkirkan Roman.

Sementara di kota, Silvia kembali ke apartemennya. Niat hati ingin mendapatkan pijatan dari kekasihnya. Tapi, ternyata Roman pria simpanannya itu tidak ada di apartemen.

"Roman," Silvia memanggilnya, "Ke mana dia? Seharusnya dia pulang, tapi kenapa tidak ada?"

Silvia duduk di kasur empuknya, lalu mengambil ponsel di meja nakas. Kemudian, mencoba menghubungi Roman.

"Sial, kenapa Roman menonaktifkan ponselnya? Apa dia sengaja ingin pergi dariku?" gumam Silvia bertanya-tanya.

Namun, tiba-tiba saja ponselnya berdering menandakan panggilan telah masuk. Silvia hanya menatap layar ponselnya, karena ada satu nomor baru yang menghubunginya.

'Ya, halo ... dengan siapa ya?'

'Halo, benar ini dengan Nyonya Silvia?'

'Ya, saya Silvia. Anda siapa ya?' tanya Silvia sinis, saat mengetahui yang menelponnya orang tidak di kenal.

'Anda tidak perlu tahu siapa saya, tapi saya ingin tanya sama Anda Nyonya.'

'Tanya apa? Memangnya siapa ini?'

'Saya sedang bersama Pria yang mungkin Anda kenali, saya melihat nomor Anda di dompetnya. Apakah Anda kenal dengan Pria bernama Roman?'

Silvia terlonjak, dan bangkit dari tempat duduknya. Ketika orang bersuara perempuan itu menyebut nama kekasihnya.

'Dia Pacar saya, di mana Roman sekarang?' tanya Silvia penasaran.

'Beliau saat ini sedang di tangani oleh para Dokter, dia bilang ada yang ingin membunuhnya. Jika Anda ada hubungan spesial dengannya, segera datang ke CENTRA HOSPITAL,'

KLIK.

Perempuan itu langsung mematikan ponsel, setelah memberitahu Silvia jika Roman sedang dirawat di rumah sakit itu.

Dia pun segera pergi dari rumah sakit tanpa pamit pada Roman, ia pergi begitu saja tanpa memperkenalkan dirinya pada Roman.

Namun, saat dia akan pergi seorang dokter memanggilnya.

"Tunggu Nona!"

Dia menoleh pada sang dokter, "Kenapa Dok?"

"Anda mau ke mana, Nona? Siapa yang akan melunasi biaya Rumah Sakitnya?"

"Nanti akan ada Keluarganya datang kemari, saya harap Anda meminta semua biaya di tanggung Keluarganya sendiri." perempuan tidak di kenal itu langsung bergegas meninggalkan rumah sakit. Pasalnya, ia tidak mau berhadapan dengan Silvia.

Beberapa saat Silvia sampai di rumah sakit itu, dia segera bertanya pada seorang suster yang berlalu lalang di koridor rumah sakit itu.

"Suster, apa benar hari ini ada Pasien dengan nama Roman dirawat di Rumah Sakit ini?"

Dua suster yang berjalan di koridor rumah sakit itu pun menoleh pada sumber suara yang memanggilnya.

"Ya, pada hari ini memang ada Pasien bernama Roman, dia baru masuk IGD pasca di operasi,"

"Tolong bawa saya ke Ruangan itu!" pinta Silvia segera bergegas.

Setelah sampai di depan ruangan IGD, Silvia terlihat sangat mengkhawatirkan Roman. Tapi, ia hanya bisa menatap dari balik jendela kaca itu.

"Roman? Apa yang terjadi padamu, kenapa kamu bisa dirawat seperti ini?" ujar Silvia menyentuh wajah Roman dari balik pintu.

Ceklek!

Pintu itu terbuka saat Silvia menatap pada Roman, dan tidak berselang lama sang dokter keluar dari ruang IGD menghampiri Silvia.

"Nyonya," ucap sang dokter.

"Ya, ada apa Dok?"

"Benar Anda Keluarganya?" dokter itu sambil menatap pada Roman yang masih berbaring di atas ranjang.

"Saya pacarnya, Dok! Bagaimana kondisinya, apa dia tidak kenapa-kenapa?"

"Dia baik-baik saja Nyonya, hanya saja dia masih belum sadarkan diri setelah kami operasi,"

Silvia lantas meraih tangan sang dokter, memohon agar Roman di selamatkan. "Saya mohon ... tangani dia dengan baik, berapa pun biayanya biar saya yang bertanggung jawab."

"Tentu saja saya akan menanganinya dengan baik, kau tidak perlu khawatirkan itu." ucap sang dokter meyakinkan.

"Terima kasih Dok," balas Silvia masih fokus menatap terafis mudanya itu."Boleh saya menemuinya sekarang?"

Silvia ingin masuk ke dalam ruangan IGD, tapi sang dokter mencegahnya.

"Maafkan saya Nyonya, Anda masih belum bisa menemuinya. Dia masih dipengaruhi obat bius pasca operasi tadi," cegah sang dokter memberitahunya.

Mendapat larangan dari sang dokter, Silvia hanya pasrah menunggu Roman sampai siuman.

"Baiklah, saya akan menunggu." Silvia terduduk di kursi tunggu depan ruangan itu.

Pada saat itu tiba-tiba saja ponselnya berdering, ia pun lantas mengambil ponselnya, dan menatap dingin, pada sebuah nama yang tertera di layar ponsel.

Lantas, siapa yang menghubunginya sampai dia berekspresi dingin?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status