Share

TAS 93

Penulis: Sidney Fellice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-19 23:58:00
“Sayang…” ucap ibu hati-hati, suaranya setipis kaca tipis yang siap retak. Dengan cepat dia mendekatiku. “Kau pasti lelah sekali. Bagaimana kalau kita istirahat dulu, hm?”

Dia menatap Sam sekejap, bukan melarang, hanya memberi isyarat samar yang sopan. Ibu terlalu tahu aturan sosial. Dia tak akan pernah meminta seorang tamu pergi secara langsung.

“Tuan Arsen,” katanya tersenyum, sangat ramah. “Terima kasih sudah menenangkan Audrey. Tapi… mungkin Audrey perlu tidur sekarang. Dokter juga bilang dia harus banyak istirahat.”

Nada itu halus, diplomatis, cukup untuk menyampaikan maksudnya tanpa membuatku terekspos atau membuat Sam tersinggung.

Sam menatapku, jelas mengerti apa yang sedang dicoba Ibu lakukan. Dia mengangguk singkat. “Ibumu benar, kau akan merasa lebih baik setelah istirahat…,” katanya hati-hati, seolah menanyakan izin padaku.

Aku menggenggam tangannya lebih erat, menolak tanpa kata. Ibu melihat itu dan aku bisa merasakan kekhawatiran yang ibu sembunyikan makin dalam
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 128

    Aku memoles bibirku sekali lagi di depan cermin. Memastikan tampilanku sempurna.Pagi sekali aku datang ke kantor dengan semangat yang hampir tidak dapat disembunyikan. Tujuanku sederhana, memberi kejutan pada Sam.Aku sudah membayangkan ekspresi terkejutnya, mungkin senyum kecilnya yang hangat, atau setidaknya sapaan ringan yang menandai bahwa dia… merindukanku meski sedikit saja.Begitu memasuki ruangan, Sarah langsung berseru kaget.“Hei, kau sudah masuk kerja? Aku benar-benar senang melihatmu kembali,” ujarnya dengan mata berbinar menghampiriku.“Aku sudah lebih baik. Jadi, kupikir sudah saatnya kembali,” jawabku sambil tersenyum.“Kalau kau mampu, ikut rapat pagi ini. Tapi jangan memaksakan diri,” katanya lembut.“Aku akan ikut,” kataku mantap. Rapat berarti bertemu Sam. Ini kejutan yang tepat.Aku menuju ruang rapat lebih dulu. Kutata semua meja dan kursi dengan teliti. Memastikan semua berkas tertata rapi. Gelas, alat tulis, hingga penunjuk presentasi kuberi perhatian khusus. S

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 127

    Aku menunduk dan seketika sadar. Itu suara kaleng bir yang terpelanting. Kaleng bir Irish!Baunya masih samar-samar menusuk hidung.Aku panik. Jika ibu melihatnya, hukumanku bisa ditambah.Buru-buru aku jongkok, ingin menyambar dan menyembunyikannya. Namun, suara Ibu memotong lebih cepat, tajam dan penuh curiga.“Itu apa, Audrey?”Gerakanku terhenti. Tanganku melayang di udara dan suasana hening seketika.**Ini pagi yang sungguh buruk.Peluh dingin mulai merembes di pelipis. Aku bisa merasakan tatapan Ibu menusuk belakang kepalaku. Napasku tersendat sementara otakku bekerja keras mencari alasan. Ibu jelas tidak akan menerima alasan bodoh.Satu kalimat saja yang salah… tamatlah kebebasanku.Irish menggeliat di tempat tidur tepat pada momen paling krusial. Dia bangun dengan wajah kusut, rambut awut-awutan. Matanya tetap sembab. Dia memandangku, lalu memandang Ibu, lalu… memandang kaleng yang masih tergeletak di lantai.Tatapannya melebar. Aku bisa membaca bibirnya yang terkatup dalam

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 126

    Mataku membelalak. Kata 'menguliti' itu membuatku spontan tersedak hingga terbatuk panjang. Tanganku refleks merebut kaleng di tangan Irish. Kuteguk isinya hingga tandas untuk meredakan batuk dan menutupi kepanikan.Irish menunjuk kaleng kosong itu dengan wajah merengut. “Kenapa kau habiskan? Aku cuma beli satu.”"Ah, maaf," ucapku menyesal. "Nanti akan kuganti."Namun dia malah tertawa kecil, menambah kebingunganku. “Kau tidak tahu itu apa?” tanyanya membuatku bergeleng kaku.“Apa?”Irish menunjukkan label kaleng lebih dekat ke wajahku. Mataku menyipit membaca tulisannya dalam temaram lampu tidur. Namun tak lama kemudian, kedua alisku terangkat naik. Wajahku langsung pucat.“Ini bir? Kau memberiku bir?!” seruku panik.Irish terkekeh pendek, hampir seperti kehabisan tenaga. Suaranya parau, tapi jelas menikmati keterkejutanku.“Akhirnya kau sadar juga.” Ia memijat pelipisnya dan merebut kaleng kosong di tanganku. “Kupikir dengan otak cerdasmu, kau akan tahu dari awal dari aroma dan ra

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 125

    Pikiran itu membuat tenggorokanku kering.Aku menelan ludah, lalu bertanya hati-hati, seolah satu kata saja bisa meledakkan situasi.“Terus… apa yang Sean katakan setelah kau bilang begitu?”Irish mengusap wajahnya kasar, tertawa pendek yang terdengar seperti tangisan.“Dia bilang…,” suaranya bergetar, “dia cuma menganggapku sebagai sahabat.”Dadaku makin sesak.“Dan?” desakku pelan.Irish menghela napas panjang, lalu berkata dengan suara hampir tak terdengar, “Dia bilang… dia sudah menyukai gadis lain.”Seolah ada sesuatu yang menghantam dadaku keras-keras. Tangis Irish kembali pecah. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya terguncang hebat, isaknya tertahan-tahan namun tak bisa lagi disembunyikan. Aku refleks mendekat, tapi tubuhku justru terasa kaku, seperti kehilangan koordinasi. Karena aku tahu—dengan kepastian yang menyakitkan—gadis yang dimaksud Sean adalah aku.Ya Tuhan... apa sebenarnya yang terjadi dengan persahabatan kami?Kenapa semua jadi serumit ini?Aku merai

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 124

    “Apa?” aku spontan bangkit dari dudukku. Ini kejutan kesekian kalinya yang kudapat hari ini. “Pergi? Maksud ibu… Laura dipulangkan?”Ibu mengangguk singkat. Tak ada rasa bersalah di sana. Tak ada penjelasan tambahan yang manusiawi.Aku menelan ludah, tenggorokanku mendadak kering. Karena kepergian Laura berarti tak ada lagi yang menjamin aku bisa berkomunikasi bebas dengan Sam. “Kenapa, Bu?” tanyaku pelan, hampir tak mengenali suaraku sendiri.Ibu memutar tubuh sepenuhnya menghadapku. Tatapannya tajam, seperti sedang menghakimi sesuatu yang sudah lama dia pendam.“Kau sudah tidak membutuhkan perawat lagi,” katanya dingin.“Apa maksud ibu?” Aku melangkah satu tapak mendekat, meski tahu jarak itu tak akan mengubah apa pun.“Karena nyatanya...,” lanjut ibu dengan suara rendah yang mengeras, “kau cukup kuat untuk berkeliaran ke mana-mana, cukup kuat untuk melanggar larangan dan cukup kuat untuk menyeret semua masalah dari luar masuk ke dalam rumah ini.”Kata-katanya menampar lebih keras

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 123

    Aku menelan ludah, tenggorokanku terasa kering dan menyakitkan. Pengakuan itu masih menggantung di udara, asing, bahkan di telingaku sendiri. Aku baru saja mengungkap rahasia besarku untuk pertama kalinya kepada orang lain. Dan orang itu adalah Sean. Tanganku terkepal di sisi tubuh, menunggu ledakan, penyangkalan, atau kemarahan. Namun Sean tidak bereaksi seperti yang kubayangkan. Dia tetap bergeming, kedua telapak tangannya masih menutup telinga. Matanya terpejam rapat, menolak melihatku. “Sean… kau dengar aku, kan?” suaraku bergetar. Dia masih tak bergerak. “Sean, kumohon dengar baik-baik.” Aku melangkah lebih dekat, berusaha menarik tangannya. Tapi lagi-lagi dia menghindar, memalingkan wajah. “Kumohon jangan lakukan ini padaku,” pintaku putus asa. Hening merayap, menekan dada seperti beban yang tak terlihat. Lalu Sean akhirnya bersuara. “Audrey… aku akan menemuimu nanti. Saat kau siap. Dan saat aku sudah menyelesaikan masalah...” Kalimat itu belum selesai dia ucapkan ketika

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status