Share

[4]

Penulis: qeynov
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-06 10:45:04

Niel memarkirkan mobilnya dengan asal setelah ia sampai di pelataran rumahnya. Anak itu melemparkan kunci mobil pada salah satu tukang kebun yang berada di sana, lalu melangkah tergesa masuk ke dalam kediaman orang tuanya.

Pakaiannya masih sama seperti ketika dirinya meninggalkan rumah. Seragam sekolah yang dirinya kenakan belum berubah meski ia telah berkeliling kota Jakarta.

“Mas Niel, ini diapain mobilnya?!” Sang Tukang Kebun mengikuti Niel dari belakang. Ia mengekor karena tak tahu harus melakukan apa terhadap mobil mewah tunggangan tuan mudanya.

“BAKAR!” 

Si tukang kebun pun tercengang setelah mendengar perintah anak majikannya. Melihat kode dari sang Nyonya Rumah, pria setengah baya itu membungkuk lantas pergi keluar. Ia tak mungkin ikut menimbrung pada perdebatan kesekian kali yang dilakukan oleh para bosnya.

“Nathaniel Tirto!”

Niel sendiri terus melangkah menaiki tangga rumah, mengabaikan seruan tinggi sang mama di ruang keluarga. Ia lelah. Kamar adalah tujuan utamanya untuk mendinginkan kepala. Rasanya seluruh energinya telah terkuras habis sampai tak bersisa.

“Mau jadi apa kamu Niel?! Berhenti Mama bilang! NIEL!” Jerit Amel. Putranya benar-benar tidak tahu aturan. Anak itu pergi dan pulang seenaknya disaat semua orang sedang kebingungan mengurus perjodohannya yang hampir kandas ditengah jalan.

Entah dimana otak anak itu berada. Usia yang seharusnya bisa membuatnya bersikap dewasa justru tak pernah terlihat keberadaannya. Niel selalu saja membuat ulah hingga menghasilkan permintaan sepihak keluarga Zeusyu.

Secara pribadi, tak berselang lama dari kepergian anak kesayangannya, Zeusyu datang bersama mamanya. Mereka meminta Amel untuk membatalkan perjodohan. Kesalahan yang Niel perbuat sudah melampaui batas dari apa yang bisa Zeusyu berikan. Hati calon menantu pilihannya itu tak lagi dapat menerima luka yang Niel torehkan.

Sangat ironis memang. Amel tentu tak dapat memberikan restu begitu saja pada niat Zeusyu. Ia merayu anak itu, berharap Zeusyu kembali dapat mempertimbangkan keputusannya. Malam nanti Amel berjanji akan memberikan jawaban, tentu setelah ia melihat respon Niel kala Zeusyu mengutarakan keinginannya dihadapan semua orang.

“Mel, udah. Anak itu mungkin masih kecewa karena kita bohongi.” Sukma menggenggam lengan menantu kesayangannya. Ia menggelengkan kepala meminta Amel agar membiarkan saja cucunya. Niel butuh waktu— begitu pikir Sukma.

“Percaya sama Ibu, Mel. Niel nggak akan rela perjodohannya batal. Kamu liat sendiri kan tadi seberapa kacaunya dia waktu Zeu ada di rumah sakit?”

“Anak itu nggak sadar sama perasaannya, Bu. Nanti kalau udah ilang beneran, mau gimana?! Anaknya Sarah udah terlanjur sakit hati.”

“Udah, udah. Percayain ini sama Ibu. Mereka nggak akan kemana-mana. Ibu yang bakalan cegah kalau semisal mereka mau pergi” Ujar Sukma menenangkan. “Mending kamu pilih makanan apa yang baik buat nanti malem.”

SAMPAI di depan pintu kamarnya, Niel terdiam. Ia memandang langit-langit sebelum menghantamkan kepalan tangannya pada objek tak bersalah. Rasa bersalahnya muncul tanpa sebab yang dirinya ketahui dan ia sadari benar, kepada siapa perasaan tersebut ditujukan.

“Sialan!” Maki Niel pada udara yang memeluk kehampaan dirinya. 

Niel meraih gagang pintu, membukanya sebelum membanting keras satu-satunya akses masuk dan keluar ke dalam kamarnya. Ia tak peduli lagi pada seisi rumah yang mendengar— Otaknya terlalu penuh, memikirkan hal tak logis yang baru saja terjadi padanya.

Sungguh, Niel tak mengerti. Ia tak bisa mempercayai dirinya sendiri. Mengapa ia sampai memikirkan Zeusyu saat mencium Meyselin?! Mungkinkah karena rasa bersalah setelah melihat betapa hancurnya Zeusyu siang tadi?! Meskipun begitu, tak sepantasnya ia melihat Zeusyu dalam diri kekasihnya.

“Semua gara-gara Zeu!” Hardiknya, mendendam.

Seandainya tidak ada Zeusyu di dunia ini, kehidupannya mungkin akan baik-baik saja. Ia tak perlu merasakan perasaan aneh yang membelenggu dirinya hingga kacau balau seperti sekarang.

Niel menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Tangannya membuka beberapa kancing kemeja sekolah yang dirinya kenakan, sebelum bergerak tak karuan arah untuk melampiaskan kekesalannya.

Apa yang akan Meyselin pikirkan tentang perilakunya tadi?! Gadis itu pasti bertanya-tanya mengenai tindakan bodoh yang dirinya lakukan.

“Lo goblok banget Niel! Sumpah!” Rutuknya pada diri sendiri.

SORE pun telah berganti. Ketukan pada daun pintu kamarnya membuat Niel membuka mata. Ia tidak sadar jika sekelumit beban di otaknya ternyata mengantarkan dirinya pada rasa kantuk yang membuatnya terlelap. Sudah lama ia tak pernah merasakan tidur siang. 

“Ya?!” Balas Niel memberitahu jika dirinya mendengar ketukan. 

“Mas Niel. Kata Bapak, Mas ditunggu di ruang makan.”

Niel menggeliat. Ia berteriak, meminta waktu beberapa menit untuk menyiapkan diri. Menumpukan lengan di wajah, Niel kembali memejamkan mata. Ia tidak tahu sihir apa yang digunakan Zeusyu sehingga bisa mampir ke dalam mimpinya. Gadis itu menangis, memohon kepada sang mama agar melepaskan ikatan yang membebani dirinya.

Jadi bersamanya adalah sebuah beban belaka?!

Cih!

Niel hanya bisa terkekeh. Seharusnya dirinyalah yang mengucapkan kalimat itu. Bukan Zeusyu. Meskipun hanya di dalam mimpi, ego yang Niel bangun setinggi gunung nyatanya merasa terluka. Jika ada orang yang meninggalkan, itu adalah dirinya. Hanya dirinya yang berhak menggoreskan luka setelah apa yang Zeusyu lakukan padanya dan Meyselin. Akan ia pastikan Zeusyu mendapatkan sakit melebihi apa yang gadis itu berikan pada kekasihnya. 

Shit! Zeu bangsat!”

Ia harus segera bersiap atau mamanya mungkin akan menerobos masuk membawa teflon andalannya. Ia melirik jam weker di atas nakas, menghela napasnya dalam mengetahui denting waktu yang berjalan– ternyata ia mati suri hanya karena seorang gadis yatim piatu. Betapa mengesalkannya hidup!

Langkah yang tadinya ringan tiba-tiba saja menjadi sangat berat. Di meja makannya, Niel tak hanya menemukan anggota keluarganya, melainkan tetangga depan yang juga sepertinya tengah siap menerima makanan gratis. 

“Nggak punya lauk sendiri ap sampai numpang makan di rumah orang?! Gaji Om Alex nggak cukup ya buat masak?!” Sarkasnya sebelum memilih duduk jauh dari gadis yang dirinya klaim sebagai penghancur kehidupannya. 

“NATHANIEL!!” Sukma sudah memberikan banyak kesempatan tapi cucunya sepertinya tidak mengerti dengan kelembutan hatinya. “Minta maaf atau kamu kemasi semua barang-barang kamu dari rumah ini.” 

Amel sang mama bernyanyi pelan. Tentu saja mengejek Niel. Akhirnya tetua Tirto menunjukkan taringnya untuk menangani anak itu. Ia sudah menunggu momen ini sangat lama. Sekali-kali Niel memang harus diberi pelajaran. Dia tidak bisa bertingkah semaunya lalu menagih harta warisan tanpa menuruti keinginan mereka. Ada harga yang harus dibayar dari setiap kemudahan yang didapatkan. 

“Emang enak.” Kicau Amel. 

“Minta Maaf, Niel!” Sukma menekan setiap kata yang keluar dari bibirnya. Ia tak mengizinkan anak keturunannya untuk menghina orang kepercayaannya, terlebih itu Sarah– Wanita yang telah ia anggap seperti anaknya sendiri. 

“Keberadaan kamu di dunia ini tidak lebih penting dari Tante Sarah. Jadi jangan pancing Oma! Siapa saja berhak menduduki kursi Tirto selanjutnya. Kamu hanya salah satu kandidat, so jangan berbuat hal di luar batas!” Meski berada di atas kursi roda, kegaharan Sukmana Tirto tidak pernah lenyap. Wanita itu masih bisa menggunakan nada tingginya pada setiap anggota keluarga Tirto yang tidak dapat diatur. 

“Maaf Om, Tante.” Melawan sang oma merupakan satu-satunya jalan yang akan Niel tempuh. Ia bisa melawan siapa saja, tapi tidak dengan pemilik istana megah Tirto. Konon kabarnya, wanita yang melahirkan papanya itu memiliki kekuatan spesial sehingga sampai sekarang malaikat mau belum menjemputnya. 

“Langsung saja,” Sukma tidak menyukai basa-basi. Malam ini dirinyalah sosok yang memegang kendali penuh atas pertemuan yang menantunya selenggarakan. “Zeusyu ingin membatalkan perjodohan kalian dan Oma setuju.” 

Gelas ditangan Niel merosot tanpa bisa dicegah. Pria muda itu kontan berdiri untuk menghindari pecahan kaca dan air yang sempat membasahi kaosnya. Ia terpaku menatap kehancuran yang kini ada di depan matanya. Piring dan gelas yang akan dirinya gunakan telah hancur berkeping-keping.

Sama seperti.. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [44] Akal Bulus Sapi

    “Excuse me, Little Girl. Kamu siapa ya? Kenapa dateng-dateng marahin pacar orang.”Xaviera mendelik. “Dia pacar Om?” tanya gadis dua puluh tahunan itu sembari melayangkan jari telunjuknya, menunjuk perempuan yang berdiri dengan memeluk lengan Rega.Tenang, Rega menjawab. “I think yeah.”“Babe.. Kamu kok kayak ragu-ragu gitu jawabnya?” Kacau! Padahal Rega pikir healing bersama mantan partner one night stand-nya kali ini bisa berjalan lancar, selancar laju kendaraan di jalan tol ketika masa hari raya tiba karena orang-orang pergi mudik ke kampung halaman.Tapi apa ini, Suketi?Kenapa bocil biang onar yang seharusnya berada di Jakarta, bisa ada di negara tetangga yang dirinya harapkan dapat menjadi spot kencan tanpa gangguan?!Rega sungguh tak habis pikir. Xaviera seakan memiliki indera ke-enam yang menjadikannya tahu kapan tepatnya ia akan bersenang-senang dengan wanita lain.‘Apa gue kurang jauh perginya?’ batin Rega, mempertanyakan apakah dirinya seharusnya memilih benua lain ketimb

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [43] Tak Berkutik

    “Apa sih?! Nggak boleh orang baikkan? Kita disuruh war terus?!” Sentak Xavier, ngegas. “Kok gitu?”Disampingnya, Aurelia tampak terkejut. Ia yang polos pun termakan oleh kata-kata Xavier. Aurelia mengira jika para orang tua tak menyukai perdamaian antara kakak-beradik itu, dan mereka justru ingin agar keduanya terus saja berseteru.“Padahal Aurel happy loh liat Abang sama Kak Vier baikkan. Kita tadi juga udah ngerayain pake gelato.” Mata indah istri Xavier itu mengerjap, membuat bulu matanya yang lentik ikut bergerak.“Marahin, Queen. Masa orang mau baikan nggak boleh.” Kompor Xavier. Bibirnya mencebik lalu membentuk seringaian sehalus bulu merak.“Eung… ini lagi Aurel marahin. Abang sama Kak Vier tenang aja, serahin semuanya ke Aurel.”Uhuk!Xavier terbatuk usai mendapati betapa menggemaskannya sang istri. Ia sungguh gemas dengan cara bicara dan ekspresinya yang seperti anak TK.Sesaat setelah dirinya dapat menguasai diri, Xavier pun memuji sembari membelai puncak kepala Aurelia. “

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [42] Plot Twist Membagongkan

    Serangan satu pihak yang Xavier lakukan memicu kemarahan Xaviera. Gadis yang tak mengetahui alasan dibalik penyerangan kakaknya itu, membela pria pujaannya tanpa mau repot mendengarkan penjelasan sang kakak.“Fine!”Xavier mengayunkan kedua lengannya ke atas. “Benci aja Abang sepuas kamu. Terserah. Abang nggak akan peduliin kamu lagi.” Tuturnya, teramat kecewa dengan api amarah yang ditujukan Xaviera kepadanya.Sebelum meninggalkan area taman, Xavier sempat melemparkan tatapan pada Rega. Ia belum pernah membenci satu dari tiga sahabat papanya. Namun sekarang, rasa negatif itu bersarang di dadanya. Nahasnya, perasaan itu tumbuh untuk Rega— sosok terdekat yang sudah ia anggap layaknya ayah kedua. “Pi..” Xavier dan rasa kecewanya berlalu, mengabaikan panggilan Niel. Ia berjalan tegak meski seluruh hatinya hancur berkeping-keping. Hah! Memuakkan!Siapa sangka jika patah hati yang tak pernah ia rasakan, justru datang dari saudara yang paling dirinya kasihi. Menyaksikan menantunya pe

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [41] Sapi Ganbatte!

    Rega kini benar-benar terdesak. Sialnya, Jeno yang tantrum karena putrinya dinikahkan secara paksa saat usianya beberapa tahun dibawah Xaviera, menghubungi mamanya. Alhasil, wanita yang mengidamkan-ngidamkan dirinya untuk segera menikah itu berbondong-bondong datang dengan membawa satu set berlian turun temurun milik keluarga besar sang papa.“Penghulunya mana? Tante udah nggak sabar ini liat Rega kawin.”“Nikah, Tante. Emangnya anak Niel sapi apa, nyebutnya kawin!” Berengut Niel, yang terpaksa merelakan putri kesayangannya dibanding gadis itu nekat menggelandang di luaran sana. Xavier yang telah mengamankan istri kecilnya ke kamar mereka, mulai tak peduli lagi dengan keinginan ekstrim adiknya. Biarlah anak itu melenceng sepuas hati. Kalau nanti diselingkuhi, ia akan bertepuk tangan sembari triple koprol tanpa jeda.Habis batu sih. Ambisinya itu sangat tidak masuk diakal. Orang lain mah mencari pasangan yang lebih muda, eh, dia justru mencari yang sudah bau tanah. “Aduh, kok dadaka

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [40] Om, I Lope You Pull!

    Tamparan mendarat mulus pada kepala Xavier. Semua terjadi begitu cepat. Tahu-tahu, terdengar bunyi, ‘plak!’ dan rasa panas seketika menyerang kepalanya.“Bosen idup kamu, Pi?! Berani-beraninya kamu nyuruh Incess Papa terjun payung. Mending kamu aja sana yang loncat. Kalau mati, Papa bikinin syukuran tujuh hari tujuh malem, lengkap sama konser akbar memperingati berpulangnya kamu ke pangkuan Tuhan!”Amukan sang papa kontan membuat Xavier terperanjat. Apa salah dan dosanya Pemirsa? Padahal ia berniat baik dengan membantu semua orang untuk menghentikan tingkah tak berotak adiknya. Namun niatnya justru disalah-artikan. Lagipula, mana berani Xaviera menerjunkan diri. Anak itu kan hanya menggertak agar bisa memenuhi tujuan dari drama tak bermutunya.“Kalau nggak bisa bantuin, diem aja udah. Nggak usah manas-manasin. Nggak kamu panasin juga udah panas ini suasana!” hardik Niel, membuat Xavier memanyunkan bibir dengan pipi yang menggembung, persis seperti ikan buntal.“Vier.. Turun, Sayang.

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [39] Jurus Jitu Viera Nikah Sama Om

    “Reg, RUN!” Teriak Jeno, panik, kala mendapati Xaviera menaikkan satu kakinya ke atas tembok pembatas balkon kamarnya.Rega harus segera bertindak agar Xaviera tak nekat terjun seolah dirinya stuntman profesional di film laga. Adegan berbahaya yang akan dilakukannya itu, pasti berujung dengan kefatalan akut.Minimal, seringan-ringannya, Xaviera akan berakhir cacat tidak permanen, persis seperti papanya dulu dan ujung-ujungnya, nasibnya bersama Rega pun akan sama. Bisa juga lebih parah. Mungkin sampai pada tahap mengembuskan napas terakhir ditangan sahabatnya... is dead-lah bahasa kasarnya! Kalau gaulnya meninggoy. Matek dan sebagainya!“Inget Reg, nyawa kita dipertaruhin!” Jeno kembali berseru. Kali ini ia memperingatkan Rega tentang kemungkinan terbesar akibat dari celakanya anak bungsu Niel.Awalnya, Rega melemparkan umpatan kasar. Pria itu memaki entah kepada siapa, sebelum kemudian mencoba merayu Xaviera agar tak bertindak nekat.“Jangan ya, Vier. Turun lewat tangga rumah aja, oke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status