Share

Bab 0016

Author: Farid-ha
last update Last Updated: 2024-03-21 22:23:02
Lilik tidak berani mengangkat kepala.

“Terbuat dari apa hatimu sehingga bisa selingkuh di belakang anakku? Di sana dia berjuang mengumpulkan uang untuk membahagiakan kamu, tapindi sini kamu asyik goyang di ranjang dengan laki-laki lain! Astaghfirullah … apa dosa anakku sampai diselingkuhi seperti ini, ya, Allah? Ibu histeris.

Tangisan ibu menyayat hati. Siapa pun pasti akan ikut menangis melihat beliau seperti ini. Tak terkecuali aku. Air mataku mengalir deras, pertahananku jebol.

“Maafkan Lilik, Bu.” Lilik bersimpuh di depan ibu. Ia berusaha menggapai tangan mertuanya, tapi segera ditepis oleh perempuan yang telah melahirkan aku itu.

Ibu sesenggukan. Lilik pun ikut menangis. Entah apa yang ia tangisi?

“Katakan siapa laki-laki yang telah mengguncang ranjangmu?” Ibu kembali bersuara setelah sekian menit menangis, isakan masih ada.

“Apa kamu lupa siapa dirimu, Lik? Anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. Diangkat derajatnya oleh anakku. Dulu, hidup dalam kekurangan. Kini dibuat senang oleh anakku. Kamu mau makan tinggal makan, tidak harus repot mikir besok makan apa.” Ibu menatap tajam menantunya.

“Sekali lagi Lilik minta maaf, Bu. Ampuni Lilik. Lilik mengaku khilaf.” Perempuan itu memohon. Dia kembali berusaha menggapai tangan Ibu, tapi lagi-lagi ditepis oleh orang tuaku.

Ibu memundurkan kursi rodanya. Dada yang mulai itu terlihat naik turun menahan emosi. Detik berikutnya, ibu terlihat mengeluarkan napas dengan kasar.

“Apa kamu pikir dengan minta maaf masalah selesai. Kamu tahu julukan apa yang tepat bagi perempuan yang suka selingkuh? Perempuan murahan. Dan bagi saya tidak ada ampun untuk wanita seperti itu.” Kali ini suara Ibu lebih tenang, tapi cukup menohok. Ah, bahkan menusuk jantung seandainya aku pelakunya.

Ibu menggerakkan kursi roda, hendak meninggalkan ruang makan. Namun, ibu menghentikan gerakan kursi roda tersebut saat Lilik angkat suara. Perempuan itu berdiri dari posisi simpuhnya.

“Jangan sombong, Bu.” Lilik berdiri di hadapan ibu kini. Kami diam, ingin tahu apa disampaikannya.

“Seolah-olah saya ini wanita paling hina di dunia, sehingga ibu tidak mau mengampuni saya. Padahal, belum tentu Ibu lebih baik dari saya. Ingat, Tuhan saja maha pengampun atas dosa hamba-NYA, lantas ibu siapa yang tidak mau memaafkan saya? Memang, saya melakukan kesalahan. Tapi, itu semua tidak murni salah saya. Anak ibu pun ikut salah di sini. Apa ibu pikir saya bahagia hanya dikasih materi yang berlimpah, namun selalu ditinggal? Saya perempuan normal yang juga butuh belaian, Bu. Apa salah saya butuh kehangatan?” Lilik berapi-api.

Astaghfirullah ….

Ya Allah … bagaimana bisa perempuan itu kehilangan rasa malunya, sehingga bangga mengungkap alasannya selingkuh. Tidak terlihat penyesalan sama sekali di wajahnya. Berarti tadi hanya akting semata? Begitu ibu melukai harga dirinya, ia langsung menampakkan sifat aslinya. Lima tahun menjadi iparnya, baru paham sifat asli Lilik. Perempuan seperti ini tidak jangan dibiarkan menang.

“Apa kalau perempuan kesepian itu dihalalkan untuk selingkuh, Mbak? Apa kamu nggak bisa bersabar sebentar saja untuk menahan hasratmu sampai kakakku pulang? Betapa murahnya tubuhmu diobralkan pada laki-laki sembarangan. Apa kamu tahu alasan abangku pergi ke luar negeri? Untuk menyenangkan kamu di kemudian hari kalau lupa, Mbak! Malang benar nasib kakakku, berjuang di negeri orang dengan susah payah, menahan segala penderitaan demi kehidupan yang lebih baik, tapi di sini istrinya enak-enak berbagi peluh dengan laki-laki lain. Sebutan apa yang tepat untukmu selain perempuan murahan, Mbak?”

Aku yang sejak tadi diam kini mulai angkat bicara. Meluahkan semua emosi yang selama ini aku tekan. Suaraku pelan tapi cukup menohok bagiku. Pasti, tidak hatinya yang sakit, harga diri pun telah tercabik-cabik dengan sempurna.

“Kamu nggak usah merasa sok suci, Amira. Kamu mengatakan aku murahan, lalu sebutan apa yang tepat untuk suami kamu. Karena nyatanya dialah bapak dari janin ini.” 
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Siti Marlina
lanjutin cerita nya
goodnovel comment avatar
Claire Adhelaide
menarik lanjut ceritanya
goodnovel comment avatar
Claire Adhelaide
lanjutkan ceritanya asyik juga
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0173

    “Ini tempatnya, Mbak?” Tama menatap perempuan yang merupakan tetangga kontrakan Lilik tersebut dengan kening mengkerut. “Iya, ini, Mas. Beberapa hari yang lalu juga ada yang mencari Mbak Lilik. Perempuan. Bahkan dia menitipkan sesuatu untuk Zidane.” Tama terdiam, tapi otaknya berpikir menerka-nerk

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0172

    Amira terdiam, menunggu jawaban Tama. Sebenarnya dia sendiri ragu, tidak yakin dengan idenya ini. Tapi, Amira merasa perlu melakukan itu demi kebaikan Zidane. [Jangan memintaku yang tidak-tidak, Mir! Mustahil aku kembali dengan Lilik. Itu tidak mungkin terjadi.] Tama mengirimkan pesan balasan pada

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0171

    “Lilik?” Samar, Amira memanggil wanita yang sedang menuntun bocah cilik sambil menenteng tas yang terlihat berisi dagangan. “Pak tolong berhenti sebentar.” Amira meminta kepada sopir taksi. “Tapi argonya tetap jalan, ya, Mbak.” Sopir mengingatkan. “Nggak masalah, Pak. Nanti saya lebihkan untuk

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0170

    “Kapan acara lamarannya, De?” tanya Fikri di negeri seberang sana. Amira baru saja menceritakan niat baik Reza yang ingin melamarnya kepada Fikri. “Rencananya empat hari lagi, Bang. Abang sekarang sudah merestui ‘kan?” tanya Amira yang belum begitu yakin sepenuhnya terhadap restu Fikri. “Insya

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0169

    “Terima kasih banyak, ya, Mas. Maaf nggak bisa menyuruh mampir. Ini susah sangat malam.” Amira menghampiri pria yang berada di balik kemudi bulat setelah memarkirkan motornya di depan rumah. “Memang seharusnya aku tidak mampir, De. Kalau mampir nanti bahaya,” kelakar laki-laki di balik kemudi yang

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0168

    “Mau sampai kapan kamu diam di situ, Lilik? Mau sampai kapan kamu membiarkan Zidane mengacak-acak permainannya? Cepat bereskan rumah ini! Aku muak melihat kamu yang seperti ini terus! Sudah berapa kali aku bilang? Jangan biarkan anakmu mengacak-acak ruang tamu atau ruang tengah dengan permainannya i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status