Kepalaku berputar. Aku mendengar dering yang tumpul, seolah-olah kepalaku seperti bel yang dipukul keras. Nasihat Jeong-an yang tak terduga membuatku linglung. Membunuh Hades?
"Apa...?" “Bunuh dia sebelum dia membunuhmu.” Jeong-an berbicara dengan mudah tentang ide membunuh seseorang karena dia tidak percaya padaku. "Apakah kamu tidak mendengar pepatah itu? Terkadang pertahanan terbaik adalah menyerang terlebih dahulu." Aku tahu. Tapi aku tidak pernah membayangkan akan melakukan hal itu, apalagi pada Hades. "Bagaimana?" “Kamu mempunyai keyboard ajaibmu. Kamu bilang semua yang kamu tulis menjadi kenyataan. Tulislah cerita di mana Hades mati." “T-tapi itu tidak mungkin, itu tidak akan berhasil. Sudah kubilang sebelumnya. Aku sudah mencoba semua cara sejak pertama kali keyboard terkutuk itu berulah" "Ya, karena kau tidak menciptakan probabilitas apa punKepalaku berputar. Aku mendengar dering yang tumpul, seolah-olah kepalaku seperti bel yang dipukul keras. Nasihat Jeong-an yang tak terduga membuatku linglung. Membunuh Hades? "Apa...?" “Bunuh dia sebelum dia membunuhmu.” Jeong-an berbicara dengan mudah tentang ide membunuh seseorang karena dia tidak percaya padaku. "Apakah kamu tidak mendengar pepatah itu? Terkadang pertahanan terbaik adalah menyerang terlebih dahulu." Aku tahu. Tapi aku tidak pernah membayangkan akan melakukan hal itu, apalagi pada Hades. "Bagaimana?" “Kamu mempunyai keyboard ajaibmu. Kamu bilang semua yang kamu tulis menjadi kenyataan. Tulislah cerita di mana Hades mati." “T-tapi itu tidak mungkin, itu tidak akan berhasil. Sudah kubilang sebelumnya. Aku sudah mencoba semua cara sejak pertama kali keyboard terkutuk itu berulah" "Ya, karena kau tidak menciptakan probabilitas apa pun
"Yaaa!" Jeritan yang memekakkan telinga menyeretku menjauh dari dinding bata dalam ingatanku, menarikku kembali menghadap panggangan barbeque di masa sekarang. Di seberang meja, Jeong-an merengut. “Apa maksudmu gadis ini dan aku sama? Selain itu, aku tidak pernah membiarkanmu menginap.” Itu benar. "Ms. Ji-an, apakah kau tidak menyadari betapa maraknya kejahatan remaja akhir-akhir ini? Bagaimana jika dia memanfaatkan mu saat kau membiarkannya tinggal di rumah mu? Dia bisa saja merampokmu tanpa sepengetahuanmu!" Kehangatan Jeong-an mulai membuatku sedikit gugup. Tetap saja, aku tidak ingin mencurigai seorang siswa yang sedang mengalami masa-masa sulitnya. Belum lagi, situasinya sangat mirip dengan masalaluku. Dengan tegas, aku mencoba menampis kembali. "Dia tidak akan melakukannya." Wajah Jeong-an menjadi pucat. "Kau bertingkah sangat lucu, kau tahu itu? Biasanya, kau sangat paranoid. Apakah ini
Setelah dia pergi, aku mengabaikan pembicaraan yang meresahkan itu dan kembali berkonsentrasi...sampai keyboard terkutuk itu muncul di tengah kelas. Suara ketukan mesin ketik bergema di seluruh ruang kelas yang sunyi. Aku tidak khawatir tentang anak-anak, karena mereka tidak dapat mendengarnya sama sekali. Tapi suaranya merupakan siksaan bagiku yang sedang mencoba fokus mengajar, namun selalu gagal. Ada apa kali ini? Apa yang kamu lakukan, Hades? Kamu tidak bisa datang ke sekolah lagi. Ini sudah lewat jam makan siang. Setelah kelas hampir selesai, aku dengan tenang mengambil keyboard yang muncul di atas mejaku. Setelah kembali ke kantor guru, aku mencabut kabel listrik keyboard biasa ku, dan menghubungkan keyboard yang terkutuk itu ke komputer, dan membuka naskah. Hades sedang aktif, mencari "Malk-hui Sa." "Astaga." Aku tersentak dan tanpa sadar memekik. Di dekat ku, kepala sekolah memberi ku t
“On-dam, maukah kamu memberi kami privasi?” pada akhirnya, aku memutuskan pilihan terbaik dengan memisahkan mereka. Tapi On-dam dengan tegas menggelengkan kepalanya. Aku terkejut. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun kepada Hades, namun dia tidak mau pergi dan meninggalkan kami berdua. Apa yang dipikirkan gadis ini? Tiba-tiba, darahku menjadi dingin. Apakah on-dam memperhatikan sesuatu tentang Hades...? Dia tidak mungkin. Tapi mungkin. "Kurasa dia hanya ingin berada di dekatmu." Suara Hades lembut, tapi senyumnya sudah hilang. “Kalau begitu ayo keluar.” Aku tidak ingin mendorong Hades lebih jauh. Aku bangkit dari tempat dudukku, hingga On-dam angkat bicara. "Tidak, aku akan pergi. Kalian berdua ngobrol saja." Setelah mengatakan itu, on-dam langsung masuk ke kamarku. Aku tidak yakin, tapi sepertinya on-dam mencegah si
Dalam perjalanan pulang kerja, aku mampir ke minimarket kemarin. Dan seperti halnya kemarin, aku mendapati On-dam lagi. Tapi kali ini dia makan nasi kepal. On-dam menatapku sekilas, lalu mengalihkan pandangannya dengan acuh tak acuh. Haruskah aku mendatanginya atau tidak? Meskipun aku menyesal terakhir kali karena sudah mengabaikannya, mau tak mau aku ragu lagi. Hingga akhirnya aku teringat pembunuhan di berita semalam. Aku menyingkirkan keraguanku, dan memilih mendekati gadis gadis itu. "On-dam An dari Kelas Dua, kan?" Rasa tak suka di wajahnya terlihat jelas. Aku melakukan ini bukan karena aku juga menyukainya... "benar." "Kamu sudah absen tanpa alasan selama berhari-hari." "Lalu?" “Apakah kamu kabur dari rumah?” On-dam terdiam, tapi aku bisa melihat jawabannya dari tatapan pahitnya. Kamu tahu semuanya, jadi kenapa kam
Klak, klak, klak. Begitu aku membuka pintu apartemen depan, suara mesin ketik menyapaku dari ruangan depan. Badum. Badum. Jantungku berdebar kencang. Aku teringat ciuman berbahaya dua malam yang lalu. Aku jadi gila. Kenapa aku terus memikirkan hal itu? Aku mengipasi wajah panasku dengan tanganku, aku berusaha menghilangkan ingatan itu. Aku memeriksa naskah terkutuk itu; Hades masih mengumpulkan informasi hari ini. Sepertinya ini sudah menjadi keseharianku: berkencan dengan Hades dan memeriksa aktivitasnya setelah bekerja. Setelah mandi, aku makan ramen dan menonton TV ketika ada berita pembunuhan muncul di layar. “Polisi telah memulai penyelidikan setelah menemukan tubuh seorang wanita dipotong-potong, korban diperkirakan berusia dua puluhan, ditemukan di Gunung Naegongsan di Seoul. Menurut Kepada polisi, potongan tubuh ditemukan di dalam kantong plastik hitam di jalur pendakian
Aku akan menjadi gila. Tidak, aku sudah gila. [Putus asa, Ji-an luluh dalam pelukan Hades. Saat Hades mencium lehernya, Ji-an merasa seolah-olah dia tenggelam. Seluruh tubuhnya basah kuyup, dan sepertinya meregang dan tenggelam. Mabuk karena demam, Ji-an merasakan desahan keluar dari tenggorokannya.] Saat aku membaca adegan di mana aku terengah-engah dalam pelukan Hades, aku pun begitu malu, aku merasa seperti akan mati. Tiba-tiba, sebuah kesadaran baru muncul di benak ku. Setiap kali aku mencium Hades atau jika kami...bersikap eksplisit, kenyataannya adalah apapun yang kami lakukan akan dicatat dalam naskah sesat ini. Aku tidak tahu apakah keyboardnya atau naskahnya yang dikutuk. Salah satu dari itu sungguh mengerikan. [Ji-an mengulangi dengan obsesif: Aku tidak mencintaimu, kamu bahkan tidak nyata. Jika Ji-an tidak melakukan penolakan itu entah bagaimana jadinya. Padahal dia ta
Setelah berjalan-jalan, Hades menemaniku kembali ke apartemenku. Hades sering mengikutiku ke dalam rumah lebih dari satu kali, jadi aku tetap waspada saat aku membuka kunci pintu. Aku melangkahkan kakiku masuk begitu pintu terbuka. Dan saat itu Hades angkat bicara. "Apakah kamu tidak akan mengucapkan selamat malam?" Aku berbalik kembali melihat Hades, saat aku meraih pegangan di bagian dalam pintu. Lampu sensor gerak di pintu masuk apartemenku menyala, mendeteksi kehadiranku. "Hari ini menyenangkan. Selamat malam." Sekian detik setelah aku mengucapkan apa yang ia mau, Hades melangkah ke arah ku dan menundukkan kepalanya. Tubuhku membeku di tempat. Kupikir dia akan menciumku. Namun bibir Hades hanya mengecup ringan pipiku. Hades menunjukkan senyum manisnya setelah itu. "Aku juga bersenang-senang hari ini. Selamat malam, Ji-an. Aku mencintaimu." Aku me
Hades terdengar sangat kecewa dan itu membuatku takut. Semakin banyak Hades terobsesi pada Ed Scar, itu akan membuat naskah terkutuk yang sedang bekerja menjadi lebih dekat dengan thriller, dan romansa yang mengharukan semakin jauh. Untuk mengalihkan perhatian Hades, aku memutuskan untuk membuat keributan. “Aku pikir menemukan penulis itu lebih penting bagi mu daripada berkencan denganku". "Apa?" "Apa aku salah? Kamu menolak ajakan berkencan denganku hanya agar kamu bisa pergi ke kantor penerbit dan menemukan penulis itu." Hades menatapku dengan tatapan langka, wajahnya menunjukkan sedikit rasa malu. Dan terus menatapku dengan isi pikiran yang tidak bisa ku baca. "Kamu sedang mengemudi. Lihat ke depan." Suaraku bergetar. Bahkan setelah menoleh ke depan, Hades masih mencuri pandang ke arahku. "Ji-an, apa kamu marah?" Tanpa menjawab, aku melihat ke lua