Home / Romansa / TERJEBAK SKANDAL / Bab 4 - Gagal Negosiasi

Share

Bab 4 - Gagal Negosiasi

Author: Aggiacossito
last update Last Updated: 2023-01-18 22:31:09

Kata orang, godaan pria adalah ... saat ia sedang memiliki segalanya. Namun, sampai detik ini Clara masih tidak habis pikir, bisa-bisanya Benny tergoda untuk berselingkuh dan mengkhianatinya. Baik, Benny memang sudah sangat sukses, terkenal bahkan kaya raya. Hanya saja, Clara cukup terkejut terhadap apa yang Benny lakukan dengan selingkuhannya.

Clara memang mencintai Benny, sangat. Terlebih hubungan mereka tidak bisa dibilang sebentar. Ya, tujuh tahun ia habiskan dengan sia-sia kalau ternyata berakhir seperti ini.

Selama berhubungan dengan Benny, Clara bahkan rela membujuk orangtuanya agar tidak terus-terusan menyuruhnya menikah. Ia memberi pengertian pada keluarganya bahwa untuk sekarang, karier Benny lebih penting daripada menjalani rumah tangga bersamanya. Sayangnya, jadi begini balasan Benny?

Clara memang sempat menangis, tapi hanya sebentar. Sekarang hanya tersisa kebencian, rasa kecewa, sakit hati dan dendam. Clara merasa Benny seakan menggali lubang kuburannya sendiri karena coba-coba mempermainkan perasaannya. Ya, Clara bukan tipe wanita yang akan diam saja jika dikhianati. Persetan dengan betapa tenarnya Benny sekarang. Sekali pengkhianat, tetap pengkhianat!

Beberapa saat yang lalu, Clara sempat mengirimkan pesan dan menelepon Benny. Ia bisa merasakan betapa pria itu tidak tenang. Ia memang sangat mengenal Benny sehingga tahu kalau pria itu sedang ketakutan. Padahal Clara belum mengeluarkan kartu AS-nya, yakni foto dan video yang berhasil ia ambil saat Benny dan Ariana bercinta. Bagaimana jika Benny tahu tentang ini, pasti lebih kalang kabut.

Clara baru saja mengeluarkan sekotak es krim dari dalam freezer-nya, tiba-tiba terdengar suara bel. Setelah meletakkan es krimnya di atas meja ruang tamu, Clara bergegas membuka pintu pagar. Rupanya yang datang adalah seorang pria berpakaian rapi.

"Maaf ... cari siapa, ya?"

Pria itu menjawab seraya mengeluarkan kartu nama, "Saya Angga, perwakilan dari William Entertainment."

Selama beberapa saat Clara memperhatikan kartu nama itu. Ia seharusnya tidak terkejut karena yakin sekali Benny akan bersembunyi di balik agensinya. Itu artinya, cepat atau lambat pihak WE pasti akan menemuinya. Namun, sungguh Clara tidak menyangka kalau secepat ini. Hanya butuh waktu sekitar tiga jam setelah ia melihat perselingkuhan Benny dan Ariana, pihak WE benar-benar mendatanginya.

"Dengan Nona Clara Selviana?"

"Ada urusan apa?" Jelas Clara pura-pura tidak tahu.

"Mau ngobrol sebentar, boleh?" tanya Angga, tentu sangat sopan.

"Silakan masuk." Setelah mempersilakan Angga masuk dan duduk, Clara ke belakang sejenak untuk mengambil kopi dingin dalam botol untuk pria itu.

"Jadi, mau ngobrol apa? To the point aja, aku nggak suka kalau bertele-tele," tanya Clara saat ia sudah duduk di sofa. Ia bahkan sudah menggenggam es krim yang semula diletakkan di meja.

"Tentang Ben ... bisakah Nona tidak memperpanjangnya?"

"Pertama, panggil Clara aja. Dan kedua, maksudnya memperpanjang bagaimana, ya? Bisa jelaskan lebih spesifik?"

"Baik, maksudnya Clara," koreksi Angga. "Tentang perselingkuhannya. Bisakah kalian putus baik-baik, tanpa harus mem-blow up skandal ini ke media? Seperti yang semua orang ketahui, Anda itu sekadar mantan pacar Ben. Jadi, kalau Anda buka ini ke media ... orang-orang malah makin nge-hate Anda. Mereka tidak akan percaya kalau selama ini kalian masih pacaran."

"Lalu?" tanya Clara dengan santainya sambil menyuapkan sesendok es krim ke mulutnya.

"Kami, pihak WE, sangat peduli pada Anda. Kami tidak hanya melindungi Ben aja, kami juga bermaksud melindungi Anda supaya tidak di-bully semua orang. Kami hanya ingin menjadi penengah. Selain itu, Anda juga tidak ingin dituntut atas tuduhan pencemaran nama baik, bukan? Jadi tolong, apa pun niat buruk Anda, hentikan."

Clara tertawa sejenak. Ia jadi tidak berminat lagi memakan es krimnya sehingga kembali meletakkannya di meja. "Aku bahkan belum melakukan apa-apa, aku masih berpikir. Kenapa udah ditakut-takutin begini? Ah, andai aku bisa pura-pura takut atau gelisah ... aku pasti melakukannya." Ia tertawa lagi.

"Kami akan mengambil tindakan serius jika Anda berani macam-macam."

"Oh ya? WE memang luar biasa," balas Clara setenang mungkin.

"Jadi, jangan mengancam atau mengintimidasi Ben, oke?"

"Wah...." Clara berdecak. "Jadi, Ben beneran merasa terancam hanya karena sebuah chat? Aku nggak nyangka."

"Kami serius, Clara."

"Kamu pikir aku bercanda?" Clara terkekeh.

Bersamaan dengan itu suara ponsel membuyarkan pembicaraan mereka. Angga berdiri dan izin keluar sebentar untuk mengangkat telepon. Sedangkan Clara masih duduk santai sembari mempersilakan Angga untuk menjawab teleponnya.

Setelah berjalan ke area luar rumah Clara, Angga mulai berbicara dengan Revan di ujung telepon sana. Sebenarnya Revan sedari tadi mendengarkan pembicaraan Angga dengan Clara melalui alat berbentuk pulpen yang ada di saku jas Angga.

Setelah Revan memberikan instruksi apa yang harus Angga lakukan selanjutnya, Angga kembali ke ruang tamu di mana Clara masih duduk manis di sana. "Maaf, membuat Anda menunggu."

"Bukan masalah," balas Clara. "Oh ya, diminum dulu."

Setelah minum dan kembali meletakkan minumannya di meja, Angga mulai berbicara, "Sebenarnya tujuan saya ke sini bukan hanya tentang pembicaraan kita tadi."

Clara masih terdiam, menunggu Angga menjelaskan maksud ucapannya.

"Bos saya ingin menemui Anda. Jadi, bisakah Anda bersiap-siap untuk ikut dengan saya?"

"Apa? Ikut? Kamu bercanda? Jelas aku nggak mau."

"Hanya sebentar Clara, setelahnya kami akan mengantarkan Anda kembali ke rumah ini. Tentunya setelah permasalahan ini clear seratus persen."

"Kenapa bos kamu tiba-tiba mau ketemu aku? Bukannya udah cukup diwakilkan sama kamu? Aku ngerti apa yang kalian mau, kok. Jadi aku nggak usah ketemu bosmu lagi."

"Maaf, Clara ... tapi bos kami ingin bertemu dan berbicara langsung dengan Anda."

"Kalau begitu suruh dia ke sini, dong. Kenapa aku harus repot-repot pergi hanya karena bos kamu pengen ketemu?! Konyol," tegas Clara.

"Maaf, Clara—"

"Please, jangan minta maaf terus, kamu nggak salah karena aku tahu kamu cuma melaksanakan perintah. Dengar ya, aku nggak mau ikut dan aku nggak akan berubah pikiran, terlebih demi bertemu bosmu yang sok berkuasa itu. Di sini aku yang dibutuhin, kan? Jadi, kenapa aku mau nurutin kalian?"

Belum sempat Angga menjawab, Clara sudah kembali berbicara, "Sekarang nggak ada yang perlu dibicarakan lagi, kan? Silakan pergi sebelum aku panggil polisi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 6

    Delapan bulan kemudian….Suara tangis bayi menggema di salah satu ruangan bersalin di rumah sakit. Clara, yang baru saja berjuang mati-matian demi kehadiran buah cintanya bersama Revan, kini tersenyum lega melihat bayi mungil yang baru saja dilahirkannya secara normal. Lelah dan sakitnya seakan terbayar sudah saat mendengar suara tangis sang bayi.Revan, yang mendampingi Clara dan tidak mau sedikit pun beranjak. Ia terus menggenggam tangan Clara selama proses persalinan tadi. Sungguh, Revan jadi tahu betapa besar perjuangan seorang ibu. Setelah buah hati mereka benar-benar lahir, Revan tanpa ragu mencium kening Clara yang penuh dengan peluh.“Terima kasih, Sayang. Terima kasih sudah melahirkan anak kita.”Ini adalah anak pertama mereka dan berjenis kelamin laki-laki. Sempurna sudah kebahagiaan Clara dan Revan.Setelah bayi mungil itu selesai dibersihkan, perawat pun meletakkannya di samping Clara. Detik berikutnya, Mira dan Ita masuk. Dua wanita paruh baya itu juga tampak terharu, har

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 5

    Sebulan setelah Clara dan Revan berbulan madu, hari-hari kembali berjalan seperti biasa. Bedanya, sekarang Clara dan Revan tinggal sekamar. Catat, sekamar dan satu ranjang! Terkadang di kamar Revan, sesekali juga di kamar Clara, yang pasti mereka tidur berdua. Menikmati awal-awal pernikahan dengan selalu bermesraan dan melakukan hal ‘panas’ tanpa sedikit pun merasa bosan.Sisanya sama saja, Revan tetap bekerja seperti biasa dan tentunya Angga selalu setia menjadi asisten Revan.Saat Revan dan Angga sedang bekerja, Clara dan Lidya pun akan sibuk dengan berbagai aktivitas. Terkadang, Lidya mengajari Clara memasak. Ini bukan berarti Clara tidak bisa memasak. Clara bisa, sedikit, dan Lidya yang jauh lebih jago bersedia mengajarinya.Clara jadi berharap Lidya dan Angga tetap tinggal di rumah ini bahkan setelah mereka menikah. Jika tidak, Clara pasti akan merasa kesepian saat Revan sibuk bekerja.Mereka berempat kompak tidak takut jika harus tinggal bersama dalam satu atap. Bagaimana tidak,

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 4

    Baik Clara maupun Revan sekarang sama-sama merasa lega. Bagaimana tidak, mereka sudah melewati semua proses dari lamaran, pernikahan, resepsi pernikahan dan ngunduh mantu yang dirayakan secara mewah dan besar-besaran di kediaman orangtua Revan.Jujur, Clara tidak pernah berpikir akan menikah sebelum usia 30 tahun. Dulu, ia mengira akan menunggu Benny lebih lama lagi. Namun, siapa sangka jodohnya ternyata adalah Revan yang tidak perlu membuatnya menunggu sampai bertahun-tahun untuk mempersuntingnya.Sungguh, Clara tidak bisa memungkiri rasanya sangat membahagiakan. Apalagi jika mengingat Revan yang begitu mencintainya, lalu mertuanya juga sangat menyambut hangat kehadirannya.Sekarang, tersisa proses yang sangat dinanti-nantikan mereka berdua. Ah, mungkin bukan hanya mereka berdua, pasti setiap pasangan yang baru menikah sangat menantikan momen ini. Bulan madu.Clara dan Revan sepakat akan menghabiskan waktu bulan madu mereka di negeri ini, tepatnya di Pulau Sumba. Mereka akan tinggal

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 3

    Kembali ke kamar, Revan mendapati Clara masih tertidur lelap. Ia tersenyum lalu memutuskan bergabung di kasur seperti tadi. Dipeluknya Clara yang kini mulai menggeliat.Dengan penuh kasih sayang, Revan mengelus-elus rambut Clara, juga tak lupa mengecup keningnya. Ah, sepertinya ini akan menjadi aktivitas pagi yang menyenangkan dan akan dilakukannya setiap hari tanpa rasa bosan.Perlahan, Clara membuka matanya. Ia agak terkejut menyadari Revan sedang menatapnya intens sambil memeluknya."Astaga. Kamu ngagetin aja.""Selamat pagi, Istriku. Wanita cantik yang selalu ada di hatiku."Clara mengernyit. "Semakin hari kamu semakin menjadi-jadi. Apa jangan-jangan belakangan ini kamu kursus ngegombal.""Asal kamu tahu, perkataanku tulus. Ini karena aku sangat bahagia memilikimu, Sayang."Clara tersenyum. Ia lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Revan. Setelah mencium singkat bibir suaminya itu, Clara berkata, "Aku juga bahagia. Serius.""Sekarang, mau tidur lagi sambil dipeluk, sarapan atau mand

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 2

    Clara dan Revan memang tidur di kasur yang sama, meskipun mereka belum melakukan ritual malam pertama ala pengantin baru seperti pasangan yang baru menikah pada umumnya lantaran Clara belum selesai mengusir tamu bulanannya. Namun, mereka tetap mesra. Ya, mesra meskipun tanpa bercinta.Pagi ini saja, Revan terbangun dari tidurnya dalam keadaan memeluk erat Clara. Sangat erat. Terlebih Clara juga tampak nyaman saat dipeluk. Ah, rasanya sangat membahagiakan saat wanita yang dicintainya kini resmi menjadi istrinya.Clara masih tertidur lelap, sedangkan Revan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Rasanya ia ingin tidur lagi, tapi getaran ponsel tiba-tiba membuatnya terpaksa mengulurkan tangannya ke arah nakas untuk melihat siapa yang meneleponnya. Jika dirasa tidak penting, ia akan mengabaikannya saja lalu tidur lagi. Bila perlu ia akan menonaktifkan ponselnya.Melihat layar ponselnya yang menyala, Revan mengernyit. Rupanya Anggalah yang menelepon. Ia sebelumnya sudah mewan

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 1

    Setelah Revan secara resmi melamar Clara, seminggu kemudian dua keluarga bertemu untuk menentukan tanggal pernikahan. Clara pun sudah tidak tinggal di rumah Revan lagi. Tunangan? Ah, baik Revan maupun Clara dan seluruh keluarga memutuskan sekalian menikah saja. Maksudnya, tunangan hanya bertukar cincin dan sekadar dihadiri dua keluarga inti masing-masing, tidak sampai membuat acara besar.Setelah diputuskannya tanggal pernikahan, tentunya segala persiapan pun mulai dilakukan. Baik Clara maupun Revan tentu baru tahu ternyata segala persiapan menjelang pernikahan itu lumayan memusingkan dan menguras energi, terlebih keduanya memang menginginkan yang terbaik untuk acara yang hanya akan berlangsung seumur hidup sekali ini.Mereka benar-benar sibuk selama beberapa bulan terakhir ini. Dan sepertinya bukan Clara dan Revan saja yang merasa lelah, keluarga mereka masing-masing serta Angga dan Lidya pun turut sibuk mempersiapkan hari bahagia Clara dan Revan.Enam bulan berikutnya, Clara dan Rev

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status