Share

Normal, tapi Terasa Asing

Kenzo yang dari awal hanya diam dan menatap ke arah buku yang dia pegang membuat Kayla merasa sedikit risih. Ia tidak tahu harus membicarakan apa, dan juga tidak mengerti harus melakukan apa.

Tidak ingat kapan terakhir kalinya ia berinteraksi dengan seorang pria, membuat Kayla jadi wanita yang sangat kaku dan membuat sesiapa akan menjadi tahu bahwa ia sangatlah aneh untuk saat ini.

Kakinya tak bisa tenang, tatapan matanya melihat ke segala arah, mencoba mencari kesibukan. Berkali-kali ia mencoba untuk bisa membuka obrolan, namun tidak ada satu pun topik pembicaraan yang dirinya miliki di dalam dirinya tersebut.

“Ada apa? Daritadi kuperhatikan kamu seperti sedang gelisah,” tanya Kenzo, yang langsung menutup bukunya.

“O- Oh, masa? Haha, aku- aku, itu makanannya sudah datang,” Ia merasa sangat gugup.

Untung saja makanan yang mereka pesan sudah tiba, jadi Kayla masih bisa sedikit mengalihkan perhatian yang tidak nyaman tersebut. Namun, bukannya makin terasa, suasana malah jadi makin tidak enak untuk dirinya tersebut.

“Sebenarnya aku ingin perlahan mengenalmu terlebih dahulu, tapi rasanya terlalu mengulur waktu,” Kenzo meletakkan kedua alat makannya, dan melihat ke arah Kayla, “menurutmu, bagaimana kalau kita tinggal bersama? Setelahnya kita bisa mengenal satu sama lain terlebih dulu, oke?”

Terbelalak kedua mata Kayla mendengar apa yang dikatakannya. Bahkan makanan yang tengah ia kunyah nyaris tersedak di dalam tenggorokannya. Segera Kayla menegak air terlebih dahulu, sebelum menjawab ucapan gila yang dikata olehnya.

“Maaf saja nih, bukan bermaksud menolak permintaanmu. Tetapi, bukannya aneh kalau kita tinggal bersama, padahal belum menikah?” Kayla mencoba menghindar.

“Menurutku tidak sama sekali. Karena, apabila kamu merasa tidak cocok, kamu bisa pergi. Jadi sebelum kita terikat dengan pernikahan, kita harus tahu satu sama lain dulu kan? Baru bisa kita serius setelahnya,” jelasnya kembali.

Makin heran Kayla mendengarnya. “Memangnya aku bisa menolak menikah denganmu? Padahal jelas aku sudah diperjualkan,” ketusnya yang kembali mengingat kenapa ia akhirnya bersama dengan Kenzo.

Namun, ucapan Kayla yang barusan tanpa sadar malah secara tidak langsung telah menyinggung pria yang tengah duduk di depannya. Kayla baru sadar saat dia terasa mendengar ucapannya yang menggema di dalam kepalanya tersebut.

Ketika melihat ke arah Kenzo, ia sudah mendapati pria tersebut memandang dingin dengan tatapan yang sangat tertegun dengan apa yang telah dikatakan oleh Kayla barusan.

“M- Maksudku bukan begitu, aku, ak-“

“Setelah ini kita ke rumah orang tuaku sebentar,” sela Kenzo.

Wah, habis sudah riwayat Kayla. Dia sudah salah bicara, dan bisa saja setelah ini nasibnya akan kembali ke rumah yang bahkan tidak bisa menerimanya dengan baik. Apa dia akan bisa tenang setelah ini?

Benar saja, Kenzo sama sekali tidak banyak bicara dan terus mendiami dirinya tanpa melirik sedikit pun. Aura yang mencengkam seolah muncul dari dirinya, dan membuat Kayla seperti terpenjara di dalam mobil tersebut.

Tiba di kediaman dari Kenzo, Kayla melihat betapa besar rumah tersebut, dan juga mengamati dengan baik bagaimana keindahan rumah tersebut menyelimuti.

“Ayah ibu,” Kenzo menyapa kedua orang tuanya yang sedang berada di taman, mengurusi bunga yang kembang.

“Lho? Kenapa kalian ke sini? Kenapa tidak pergi jalan-jalan?” tanya Ibu kepada Kenzo.

“Haha, namanya juga pdkt. Jadi harus tahu rumah orangtua dulu, kan?” Kenzo sedikit bergurau.

Dirinya disambut dengan sangat baik pada saat itu. Kayla tidak mengerti. Padahal tadi raut wajah dari Kenzo begitu marah dan juga galak. Tetapi sekarang dia bersikap seolah tidak pernah terjadi apa pun sebelumnya, dan juga kelihatan seperti orang yang baik-baik saja.

Entah kenapa, bagaimana keluarga Kenzo memperlakukannya terasa sangat asing baginya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Kayla merasa bahwa makanan yang ada di atas meja ditawarkan dengan baik kepada dirinya.

Untuk pertama kalinya, tidak ada gertakan atau ocehan tidak jelas di atas meja ketika mereka menyambut dirinya. Bahkan tidak ada tatapan sinis atau perasaan tidak enak yang terus menghantuinya. Rasanya benar-benar aneh.

“Kenapa kamu mendadak pergi?” Kenzo mengejar dirinya yang berjalan menuju pintu keluar.

Ia menghentikan langkahnya, dan berbalik badan melihat ke arah Kenzo, “Tidak…, ha- hanya rasanya aneh sekali berada di sini…,” Gemetar suara Kayla.

Rasanya seperti ia memasuki dunia kehidupan yang terlalu jauh dari apa yang biasa ia rasakan. Dibandingkan sedih, Kayla merasa begitu tersentuh melihat bagaimana perilaku dari keluarga Kenzo kepada dirinya.

“Aneh? Aneh kenapa? Apa keluargaku ada yang berkata buruk padamu?” Kenzo tampak khawatir.

Dirinya menggelengkan kepala.

“Aku- Aku merasa seperti melihat sesuatu yang terlalu berbeda dengan kehidupanku sebelumnya,” ucapnya.

Sambutan keluarga Kenzo memang membuatnya merasa sangat senang dan juga tersentuh. Namun, di sisi lain. Ia merasa seperti orang bodoh menerima perilaku yang terlalu baik tersebut.

Kenzo menyadari bahwa rasa terkejut Kayla muncul karena ia tidak bisa menerima dengan baik sambutan yang tidak pernah ia sangka tersebut.

“Tidak apa, kita balik saja ke apartemen kalau begitu, mau?” ajaknya.

Kayla menganggukkan kepala. Ia perlu menjernihkan kepalanya sebelum menerima semua yang ada di sini.

Namun, saat dirinya berbalik badan dan hendak keluar, mendadak saja ada seseorang yang muncul dan nyaris ia tabrak. Iya, nyaris. Karena Kenzo langsung muncul di depannya, seolah menghalangi orang tersebut untuk bertabrakan dengan dirinya.

“Wah…, wah…, siapa yang datang ini?” Orang tersebut tampak mencoba melihatnya, “oh? Ini? Wanita yang katanya akan menikah denganmu?” tanya orang tersebut.

“Bukan urusanmu!” tegas Kenzo.

“Kenapa? Dia akan menjadi adik iparku, jelas saja itu akan menjadi urusanmu,” kembali orang tersebut berkata.

Dengan sedikit keberanian, Kayla mengangkat kepalanya. Namun, ketika menatap matanya, Kayla seperti ingat akan sesuatu, namun ia tidak tahu, wajah dari orang tersebut tampak familiar.

“Siapa namamu? Kenalkan, aku Jeo, kakak Kenzo,” Orang tersebut mencoba memperkenalkan diri.

Namun, tampaknya Kenzo sama sekali tidak senang dengan kakaknya yang menyapa tersebut. Ia langsung menarik Kayla keluar dari rumah tersebut dan meninggalkan orang tadi tanpa sempat membalas.

Raut wajah Kenzo sekarang jauh lebih kesal daripada sebelumnya. Seolah memang dari awal Kenzo tidak senang dengan bagaimana orang tersebut menyapa dirinya. Tidak mau tanya-tanya, Kayla memilih untuk diam dan tidak banyak gerak.

Sampai di gedung apartemennya, Kenzo segera berjalan mendahului dengan Kayla yang mengikutinya dari belakang. Kelihatan jelas kalau memang hubungannya dengan kakaknya tidak baik sama sekali.

“Kamu ke unitmu dulu, ya? Kurasa sekarang aku perlu menenangkan diri,” ucap dari Kenzo.

Melihat bagaimana Kenzo yang sama sekali tidak menoleh ke arahnya, membuat Kayla makin yakin kalau pasti terjadi sesuatu di antara mereka berdua yang pastinya akan membuat masalah kedepannya.

Kenzo turun lebih dulu di lantai unitnya. Kayla tetap di dalam lift, lalu naik menuju ke tempatnya. Ia berjalan menuju unit dengan perasaan campur aduk. Pria tadi sepertinya pernah dirinya lihat, tapi ia tidak ingat sama sekali dimana pastinya.

‘Pasti ada yang disembunyikan oleh Kenzo. Tapi…, apa itu berkaitan dengan pria tadi? Rasa-rasanya aku mencium bau-bau masalah besar akan datang.’

Batin Kayla sudah merasa tidak enak. Bahkan detak jantungnya juga mengisyaratkan rasa tidak nyaman pada saat itu. Kali ini, ia yakin apa yang ia rasakan benar adanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status