Share

Seharga 2,5 M

Kayla yang mendengarnya langsung merah merona. Wajahnya seperti tomat dan merasa kepanasan setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Kenzo. Kayla merasa malu, seolah mendapatkan pujian atas apa yang telah ia lakukan kepada Kenzo.

Saat melirik ke arah pria yang ada di depannya, Kayla mendapati Kenzo sedang tersenyum tipis kepadanya. Dia tampak sangat bahagia menunjukkan dirinya yang sangat mempesona. Pria ini benar-benar pandai memikat seorang wanita.

Tetapi, Kayla dengan segera mencoba menghilangkan perasaannya yang berdebar serta terus mengusap wajahnya agar bisa mereda dari panas membara akan perasaannya yang terasa menggebu tersebut. Sudah tidak etis baginya merasakan perasaan seperti itu di saat seperti ini.

‘Tapi…, kenapa Kenzo bisa berkata begitu dengan mudahnya?’ batinnya merasa penasaran.

“Saat kamu bertemu Reva, apa kamu tertarik padanya?” tanya Kayla.

Kalimatnya seperti mencoba memancing keributan dengan Kenzo. Terlebih lagi, secara tidak langsung kalau sampai Kenzo salah menjawab, mungkin Kayla akan mengambekinya dengan berbagai alasan. Dasar wanita, sukanya memang cari penyakit hati.

“Entah lah. Dari awal bertemu dia tampak tidak menyukaiku. Jadi aku awalnya hendak menolaknya, tapi dia yang ternyata menolakku lebih dulu,” jawabnya singkat.

Yah, tidak bisa dipungkiri juga. Reva yang terkenal dengan segala eksisbilitasnya tersebut pasti merasa malu karena dia mengira pria yang ia nikahi adalah seorang kriminal. Ditambah, tampaknya memang dari awal Reva hanya mau uangnya saja.

Kalau dipikir-pikir lagi, rasanya sakit juga, hanya menjadi orang yang melunasi pinalti hutang dari orang tua yang menganggapnya sebagai barang pertukaran saja. Terlebih, mereka bukan orang tua kandungnya, pantas saja mereka membuang Kayla dengan sangat mudah.

“Aku penasaran…, berapa hutang ayahku sampai bisa meminta putrinya untuk menjadi pinaltinya? Ditambah, mereka yang meminta uang kompensasi sebesar itu, pasti bukan jumlah yang sedikit, ya?” tanyanya.

Kayla tidak pernah menanyakan perihal hutang tersebut semenjak ia tahu. Dirinya terlalu merasa sakit hati karena tahu ia adalah anak kandung, dan dijadikan pembayaran atas pinalti hutang. Kayla terlalu fokus memikirkan perjanjian supaya kedepannya dirinya tidak ada hubungan lagi dengan mereka.

Dan sekarang, ia akan menanyakan perihal tersebut untuk tahu lebih jelas soal berapa sebenarnya hutang yang dimiliki oleh ayahnya itu. Kenzo sudah menatapnya dengan sangat serius. Kayla sudah langsung menelan ludah, melihat bagaimana ekspresi dari Kenzo yang terbilang sangat serius tersebut.

Ia menarik napas, lalu menyebutkan nominal hutangnya, “15,6 milyar. Belum termasuk bunga 1 persen dan denda karena terlambat membayar. Ayahmu sudah melewati 6 kali masa pembayaran gagal, makanya dikenakan pinalti sebesar 2 milyar,” jelasnya.

Ternganga Kayla mendengarnya. Jadi pinalti hutangnya sebesar 2 milyar, dan keluarganya mendapatkan kompensasi sebesar 500 juta. Jadi dirinya dihargai sebesar 2,5 milyar oleh keluarganya sendiri?!!! Benar-benar menyebalkan!

Kayla nyaris kalap dengan mengeluarkan emosinya tersebut. Namun ia segera merasa lega. Perjanjiannya telah ditandatangani oleh ayahnya, jadi, Kayla sudah tidak ada sangkutan lagi dengan mereka kalau mereka merasa tidak sanggup membayar kedepannya hutang tersebut.

“Tapi apa itu tidak berlebihan?” tanya Kayla.

Kenzo menggelengkan kepala, “Ayahmu menyetujuinya saat peminjaman. Ada pernjanjian di atas materainya juga,” jawabnya.

Rasanya Kayla jadi tidak habis pikir dengan keluarganya tersebut. Memang ayah menjalankan perusahaan yang sekarang dengan lancar-lancarnya. Tapi, ia tidak tahu kalau ternyata mereka mengalami masalah dalam finansial sampai bisa membuat Kayla jadi pembayarannya.

Ia jadi resah. Kalau sekarang saja ayahnya tidak bisa membayarnya, lalu bagaimana kedepannya? Apa mungkin keluarga Kenzo akan meminta Reva juga sebagai bentuk pembayaran? Atau mereka akan melakukan hal lain dengan menyeret Kayla kembali.

Kayla merasa takut, apabila kedepannya akan makin tidak terkendali karena masalah hutang ini yang pastinya akan menyeret dirinya kedepannya. Itu pasti akan membuat Kayla merasa makin tidak bisa berkata-kata lagi.

“Ayahmu pasti buruk dalam mengelola keuangan. Padahal dia yang meminta akan membayar dengan mencicil sebesar 50 juta saja. Tetapi, tidak ada itikad baik untuk meminta pengunduran waktu meski tak bisa membayar. Pantas dia memilih meminjam pada perusahaan lain ketimbang bank,” gerutu dari Kenzo.

Mendengarnya membuat Kayla merasa malu. Sebenarnya ia sudah tahu kalau ayahnya sangat buruk soal finansial. Ditambah ibu dan saudaranya itu bukan orang yang bisa hidup sederhana. Selama ada banyak uang, mereka akan menggunakannya untuk kesenangannya semata.

Tetapi, sekali lagi Kayla merasa lega. Setidaknya ia sudah mengisi di bagian perjanjian bahwa mereka tidak bisa meminta apa pun kepada Kayla. Dan ada dendanya juga, jadi seharusnya mereka tidak berani macam-macam dengan melakukan yang mereka mau tanpa melihat batas.

Kayla kembali lanjut memakan masakan Kenzo. Rasanya memang tidak kalah dengan beberapa restoran yang pernah dirinya coba. Dan ditambah, sepertinya Kayla familiar dengan rasanya. Seperti pernah mencoba, tapi lupa. Kayla melahap sambil mencoba mengingat-ingat, dimana dirinya pernah memakan masakan tersebut.

Rasanya benar-benar mengganjal karena Kayla masih belum mengingat tempatnya. Ia benar-benar merasa pernah merasakannya, tapi dimana? Ia terus merasa kebingungan dan juga kesal kepada dirinya sendiri.

“Ada apa? Apa makanannya tidak enak?” Kenzo langsung menegur.

“Oh, tidak…, aku…, aku hanya merasa seperti pernah merasakan masakan ini sebelumnya,” ucapnya.

Kenzo malah terkekeh setelah mendengarnya, dia sepertinya sudah tahu dimana dirinya pernah merasakan masakan ini, hanya saja dia memilih untuk diam saja dahulu sebelum akhirnya akan ditanyai oleh Kayla karena merasa penasaran sekali.

“Kamu mau mendatanginya? Siapa tahu dengan begitu kamu akan langsung ingat,” ajaknya.

Benar juga. Kayla langsung menyetujui. Setelah mereka selesai menghabiskannya, mereka pergi menuju tempat tersebut menggunakan mobil milik Kenzo. Tak jauh dari sana, mungkin melewati beberapa blok, mereka tiba di sebuah gedung berwarna putih bercampur warna krem.

Dirinya ingat pernah datang ke sana. Tapi apa benar di sini tempatnya? Rasanya masih terasa sedikit ragu sekali. Masuk lah Kayla dan Kenzo ke dalam sana. Dengan sangat sopan, mereka berdua disapa oleh para pekerja yang dimana di dalam sana belum ada banyak pelanggan.

“Selamat sore Bos!”

Kaget Kayla menerima sapaan tersebut, dia langsung melihat ke arah Kenzo yang masih tersenyum tipis dengan sangat tulu sekali. Tangannya langsung merangkul Kayla dengan lancang, dan memperkenalkan dirinya.

“Sore. Hari ini, aku ingin kalian melayani calon istriku dengan baik. Dia bilang dia seperti ingat akan rasa suatu makanan yang aku buatkan, jadi, siapkan semua menu yang ada,” perintahnya.

“T- Tunggu! Kamu.. Kamu-“

“Tenang, ini restoranku, kamu bebas makan di sini,” sela dari Kenzo sebelum Kayla selesai berbicara.

Makin syok dirinya mendengar apa yang dikatakan olehnya. Kenzo masih bisa cengengesan setelah mengatakannya, tetapi, Kayla merasa kikuk dan juga bingung sekali.

Bukan itu yang membuat Kayla merasa tidak nyaman. Melainkan…, disebut sebagai ‘Calon Istri’ olehnya membuat Kayla merasa seperti terbang, namun dengan debaran hati yang berbunga-bunga sekali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status