Share

Menyebar Rumor

Esok harinya, Kayla harus tetap bekerja seperti bagaimana biasanya. Ia harus mencari uang untuk bisa ia kumpulkan kedepannya. Siapa lagi yang akan menafkahi dirinya kalau bukan dirinya sendiri?

Sambil menunggu lift sampai di bawah, Kayla masih merasa biasa saja. Namun, ketika ia keluar dari dalam gedung, Kayla melihat bahwa Kenzo sudah berdiri di luar sana sambil menatap ke arah jalanan.

“Kenzo?” Kayla menyapa.

“Oh, sudah turun? Pagi juga kamu berangkatnya,” ucap dari Kenzo.

Kayla tidak paham. “Maksudnya? Memang kenapa?” Bingung dirinya.

“Ayo, aku antarkan kamu ke tempat kerjamu,” ucap Kenzo.

Langsung gemetar rasa kaki Kayla saat mendengarnya. Entah kenapa tawaran dari Kenzo tidak membuatnya merasa senang atau pun merasa aman. Namun, di sisi lain dia sangat bingung harus menerimanya atau menolaknya.

Sedari awal Kenzo memperhatikannya, ia bisa melihat dengan jelas bahwa Kayla begitu kikuk. Dari arah matanya yang tidak mau memandanginya menunjukkan dengan jelas bagaimana dia kala tersebut.

“T- Tidak usah, lagian, memangnya kamu tidak bekerja?” Kayla berusaha mencari alasan untuk bisa menolaknya.

“Oh, aku? Tidak apa. Aku bisa mengantarkanmu lebih dulu,” Kenzo masih dengan baik hati menawarkan dirinya sebuah tumpangan.

Namun, entah bagaimana pemikirannya berusaha menolak apa yang tengah ditawarkan. “A.. Ah, tidak usah. Aku akan berangkat naik bus kok. Kamu duluan saja ya, bye,” Kayla segera meninggalkan Kenzo sambil berlari menuju ke halte.

Kenzo yang tidak sempat menahan atau membujuk tersebut pun tidak bisa memaksa Kayla. Ia sendiri merasakan dengan jelas bahwa orang tersebut berusaha menghindari dirinya. Mungkin saja Kayla masih belum terbiasa berada di dekatnya.

Menuju ke tempat kerjanya, Kayla merasakan degup jantungnya sangat amat ribut sekali. Seperti sesuatu yang akan berdisko tanpa ampun pada saat itu. Tetapi ia segera menenangkan diri, ia harus fokus saat bekerja nanti.

Masuk ke dalam perusahaan, Kayla merasa aneh. Semua mata terasa tertuju kepadanya, seolah ia melakukan kesalahan besar dan juga sangat fatal sekali.

‘Ada apa ini? Kenapa semuanya memandangku?’ batinnya merasa tidak enak.

Bahkan selama ia naik ke ruangannya, dan menuju kursinya, semua orang seperti dengan sengaja memperhatikan gerak-geriknya, dan tidak memberikan ampun sama sekali. Saat ia duduk, mendadak saja salah satu rekan kerjanya mendatangi mejanya.

“Hei Kayla. Aku dengar kamu akan menikah,” Langsung saja ia ke intinya dan tidak berbasa-basi sama sekali kepada dirinya ini.

“Ha?” Kayla terkejut.

Bukan karena itu tidak benar. Melainkan darimana dia bisa mengetahuinya? Kayla selama ini tidak pernah menceritakan perihal tersebut kepada siapa pun dan juga hanya memendamnya kepada dirinya seorang.

“Kakakmu benar-benar aneh. Padahal aku tidak pernah mengenalnya. Tapi dia dengan pd-nya mengatakan saat aku bekerja di satu perusahaan denganmu,” Jala merasa kesal sambil menyilangkan tangannya.

Memang benar-benar oranf gila. Ia tidak tahu kalau kakaknya akan menjadi orang segila itu dalam menyebutkan apa yang sudah terjadi pada dirinya.

“Tapi, memangnya benar?” tanya Jala kembali.

Sudah tidak bisa disembunyikan lagi, tetapi, ia ingin memastikan terlebih dahulu, apa saja yang sudah dikatakan oleh Reva kepada rekan kerjanya tersebut.

“Kakakku…., bilang apa saja ke kamu?”

“Dia? Wah, aku tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana karena dia kakakmu. Yang pasti, dia berkata bahwa dia merasa senang bahwa kamu akhirnya akan menikah. Dengan pria rendahan dan juga buangan masyarakat. Dia juga berkata bahwa kamu akan ikut menjadi sampah yang tidak layak di daur ulang,” Jala menjelaskan dengan nada yang kesal dalam mengekspresikannya.

“Apa? Ada seorang saudara yang berkata begitu pada saudaranya sendiri?” Rekan kerja yang lain yang mendengarnya cukup kaget.

“Iya, gila kan? Padahal kalau tidak mau turut bahagia, jangan banyak komentar. Aku yakin dia sengaja menjelekkannya karena alasan yang buruk,” Jala mengungkapkan rasa kesalnya.

Rasanya lega mendengarnya. Bukan merasa lega karena Reva dengan sengaja menjelekkan Kenzo. Melainkan karena semua yang dikatakan olehnya tidak berkaitan seperti kalimat yang ia sudah katakan kepada Kayla. Setidaknya jauh lebih aman daripada waktu itu.

Jala kembali melihat ke arah Kayla, berusaha mencari pernyataan yang sekiranya bisa menenangkan pikirannya akibat ungkapan dari Reva yang sengaja mencoba menghasut buruk rekan kerjanya.

“Memangnya benar?”

“Haha, tidak kok. Aku memang punya pacar, dan memang ada rencana menikah. Tapi tidak dalam waktu dekat. Kami masih harus mengenal satu sama lain.”

Rasanya geli sekali, harus mengucapkan bahwa Kenzo pacarnya padahal mereka berdua sama sekali tidak meresmikan hubungan tersebut. Ia tidak tahu harus menafsirkan bagaimana pendekatan yang sedang mereka lakukan. Jadi ia mengatakan dengan demikian saja.

“Wah, sepertinya Kayla yang pendiam dan pemalu sudah menemukan cinta sejatinya,” goda Jala pada saat itu.

“Haha, mana ada. Doakan saja bagaimana kedepannya,” Kayla sedikit tersipu malu mendengarnya.

Untung saja bukan sesuatu yang buruk yang disebarkan oleh orang tersebut kepada orang-orang di sekitarnya. Terlebih, tampaknya Reva sekarang ini sengaja berkata begitu untuk memperkeruh situasi yang sedang dialami oleh Kayla.

Apa maunya? Padahal Kayla sama sekali tidak pernah melakukan hal buruk atau meninggalkan kesan tidak enak kepadanya. Namun apa alasan kakaknya sampai berani melakukan hal tersebut kepada dirinya ini?

Pekerjaan berjalan seperti biasanya. Kayla masih tetap dengan imej-nya yang sangat pendiam dan berbicara seperlunya saja. Karena rasanya tidak baik kalau dirinya ini banyak bicara dan juga berkali-kali mencoba mencairkan suasana.

Di istirahat kantor, Kayla diajak oleh Jala untuk membeli segelas kopi. Mungkin dia perlu kafein untuk membangunkan matanya saat ini. Selesai membeli, mereka kembali ke dalam perusahaan,

LCD perusahaan yang menampilkan berita di lobi membuat beberapa orang memperhatikannya. Sebuah berita yang tampaknya bisa membuat orang-orang yang ada di sana melongo.

“Hari ini, perusahaan terbesar RTY Construction sedang mengevaluasi kinerja dari calon penerus mereka, apakah anak tertua mereka bernama Jeo, atau sang adik Kenzo mampu menunjukkan skill mereka? Hari ini……”

Berita itu membuat Kayla melongo. Kenzo penerus perusahaan itu?! Perusahaan sebesar itu?!! Aneh!

“Wah, gila, persaingan dua bersaudara itu dari perusahaan itu akhirnya diungkap,” Jala memberi komentar.

“Ha? Maksudnya?” Kayla tidak paham.

“Iya, selama ini perusahaan itu hanya mengedarkan bahwa perusahaan akan diturunkan kepada penerusnya. Tetapi lama sekali mereka merahasiakannya. Dan sekarang bahkan mereka menyebutkan namanya. Tckkkk, kira-kira seperti apa wajah para penerusnya,” ucap dari Jala sambil meneguk kopinya.

Hanya bisa membatu Kayla pada saat itu. Untung saja dia belum menyebutkan Kenzo pada saat itu. Jadi belum ada yang tahu nama dari calonnya. Aneh juga, Kayla belum pernah menanyakan apa pekerjaan Kenzo, dan sekarang dia malah tahunya dari media.

Melihat berita tersebut, Kayla bisa merasakan bahwa itu adalah perang saudara yang tampaknya akan memakan waktu lama dan membuat orang-orang membentuk kubunya sendiri.

Sebaiknya ia tetap merahasiakannya dahulu. Sebelum nantinya akan menjadi masalah kalau ada yang tahu perihal tersebut. Hari tersebut jadi hari paling menegangkan bagi dirinya.

Padahal Kayla tidak melakukan apa pun, tetapi ia merasa sangat ketakutan seperti akan ada sesuatu yang setelah ini menyerangnya.

Saat pulang ke apartemen, sekali lagi, Kayla berpapasan dengan Kenzo tepat sebelum masuk ke dalam gedung.

“Kamu sudah pulang?” Sapa Kenzo.

“Ya, kamu juga?” dirinya membalas.

Kenzo menganggukkan kepala untuk membalas pertanyaan yang diajukan oleh dirinya tersebut. Dan setelahnya suasana jadi sangat amat diam dan tidak ada yang memulai untuk berbicara terlebih dahulu.

Keringat dingin Kayla pada saat itu. Dia sama sekali tidak tahu harus memberikan respon bagaimana mengenai berita tadi. Ia ingin menanyakannya, namun di sisi lain, ia bingung harus bertanya seperti apa untuk bisa mendapatkan jawaban yang dirinya sangat inginkan tersebut.

“Bagaimana harimu?” tanya Kenzo selama mereka di dalam lift.

“Ya…, ya baik sih. Mmm, aku…, mau tanya…, boleh?” Akhirnya dengan segala keberanianya, Kayla mencoba menanyakannya.

“Apa?”

Diam sejenak, Kayla kembali mencoba merangkai kata-kata yang perlu ia keluarkan untuk bisa membuat Kenzo menjawab rasa penasaran yang dirinya miliki tersebut.

“Kamu… penerus RTY?” tanya Kayla dengan sedikit ragu.

“Ah, kamu sudah melihatnya? Huhh, padahal aku sudah bilang tidak mau dipublikasikan,” ujar dari Kenzo.

Dirinya menoleh sedikit, “Jadi itu benar?” tanyanya sambil mengerutkan dahi.

Pintu lift terbuka di lantai tempat Kenzo tinggal, “Kita bahas kalau ada waktu berdua, ya? Kalau dijelaskan sekarang takutnya kamu salah paham. Sampai bertemu Kayla,” Kenzo langsung keluar dan tidak memberikan sedikit pun petunjuk kepada dirinya.

Makin curiga Kayla pada Kenzo. Seperti ada sesuatu yang sengaja dicoba untuk ditutupi olehnya. Mungkin saja belum saatnya Kayla tahu, makanya Kenzo menutup diri. Kayla berusaha berpikir positif dan tidak mengambil pusing atas apa yang baru saja terjadi.

Ia masuk ke unitnya untuk beristirahat. Rasanya menyebalkan sekali kalau sampai harus kepikiran pada sesuatu yang tidak berkaitan dengannya.

Mendadak saja ponselnya berdering. Saat dirinya mengambil, ia melihat nama Reva tertera di sana. Astaga, apalagi maunya orang ini? Apa dia akan mengolok-olok lagi?!

“Apa?” Kasarnya menjawab.

(“Kayla…, apa kita bisa bertemu besok? Ada sesuatu yang mau aku katakan,”) ucapnya.

Kayla merasa heran, mendadak sekali. Pasti ada sesuatu yang mengusik saudarinya sampai akhirnya memilih menghubunginya. Munafik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status