Home / Fantasi / TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR / Bab 19: Tertawa tanpa beban.

Share

Bab 19: Tertawa tanpa beban.

Author: SURGAVERSE
last update Last Updated: 2025-08-21 09:38:06

Pukul enam pagi, cahaya matahari baru saja mengintip dari balik tirai tipis kamar Arga. Suara burung gereja terdengar di luar jendela, bercampur dengan aroma samar roti panggang—atau mungkin sesuatu yang sedikit… hangus. Arga terbangun dengan kepala masih agak berat, tapi hidungnya menangkap bau yang tidak biasa.

"Hmm… bau apa ini? Kok… agak gosong?" gumamnya sambil mengucek mata.

Ia melangkah keluar kamar dengan rambut masih berantakan, kaos longgar, dan celana pendek. Begitu sampai di ruang tamu, matanya langsung tertuju pada sosok Hina di dapur. Perempuan itu mengenakan celemek kuning, rambutnya diikat ke belakang, dan pipinya sedikit belepotan tepung. Tangannya memegang spatula, sementara oven kecil di meja tampak mengeluarkan asap tipis.

"Pagi, Arga!" sapa Hina ceria, meskipun di wajahnya ada sedikit kepanikan. "Jangan liat dulu! Ini… rahasia!"

Arga memiringkan kepala. "Rahasia apaan? Ini rumahku, Hina… atau… jangan-jangan kamu bakar dapur?"

"Bukan! Aku lagi bikin kue u
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 20: Dunia baru bagi sang pendatang, dan dunia baru bagi yang telah menetap dengan perasaan sedih.

    Cahaya matahari pagi menyusup masuk melalui celah tirai jendela ruang tamu, membentuk garis-garis tipis keemasan di lantai kayu. Udara pagi itu hangat namun segar, membawa aroma tanah basah sisa hujan semalam. Di luar, samar-samar terdengar suara motor dan mobil yang lewat di jalan utama. Di dalam rumah, suasana tenang hanya dipecahkan oleh suara TV yang menayangkan acara pagi dengan nada riang. Hina duduk bersila di karpet ruang tamu, laptop terbuka di depannya, buku catatan di samping, dan sebuah pensil terselip di telinga kirinya. Tangannya memegang remote TV sambil sesekali menekan tombol untuk mengganti saluran. Di meja kopi di depannya ada cangkir teh hangat yang uapnya masih mengepul. "Arga," panggil Hina tanpa mengalihkan pandangan dari layar TV. "Apa gunanya remote ini kalau semua salurannya menayangkan orang bicara saja pagi-pagi begini?" Arga yang baru saja keluar dari dapur dengan piring berisi roti panggang menoleh sambil tertawa kecil. "Itu namanya berita pagi. Isi

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 19: Tertawa tanpa beban.

    Pukul enam pagi, cahaya matahari baru saja mengintip dari balik tirai tipis kamar Arga. Suara burung gereja terdengar di luar jendela, bercampur dengan aroma samar roti panggang—atau mungkin sesuatu yang sedikit… hangus. Arga terbangun dengan kepala masih agak berat, tapi hidungnya menangkap bau yang tidak biasa. "Hmm… bau apa ini? Kok… agak gosong?" gumamnya sambil mengucek mata. Ia melangkah keluar kamar dengan rambut masih berantakan, kaos longgar, dan celana pendek. Begitu sampai di ruang tamu, matanya langsung tertuju pada sosok Hina di dapur. Perempuan itu mengenakan celemek kuning, rambutnya diikat ke belakang, dan pipinya sedikit belepotan tepung. Tangannya memegang spatula, sementara oven kecil di meja tampak mengeluarkan asap tipis. "Pagi, Arga!" sapa Hina ceria, meskipun di wajahnya ada sedikit kepanikan. "Jangan liat dulu! Ini… rahasia!" Arga memiringkan kepala. "Rahasia apaan? Ini rumahku, Hina… atau… jangan-jangan kamu bakar dapur?" "Bukan! Aku lagi bikin kue u

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 18: Sosok seorang ayah yang sebenarnya belum tentu sesuai apa yang kita lihat.

    Matahari sudah naik cukup tinggi, sinarnya menimpa jalanan trotoar yang mereka lalui. Udara terasa hangat, tapi suasana hati Arga masih dingin dan berat. Langkahnya pelan, tatapannya kosong menatap aspal, sementara di sampingnya, Hina berjalan sambil sesekali menatap wajahnya. "Masih kesal sama orang tadi?" tanya Hina, suaranya pelan tapi jelas. Arga tidak langsung menjawab. "Bukan cuma kesal. Aku cuma… ya, teringat lagi hal-hal yang harusnya nggak perlu kuingat." Hina menarik napas dalam, lalu berkata sambil menatap ke depan, "Ya sudah, pikirin yang enak-enak saja. Kan kita mau belanja bahan makanan buat masak bareng." Arga hanya mengangguk kecil. Dia tahu Hina sedang berusaha mengalihkan pikirannya, tapi bayangan masa lalu terlalu kuat untuk diusir begitu saja. Meski begitu, dia tetap melangkah di samping Hina, mencoba menyesuaikan irama langkah mereka. Sekitar sepuluh menit berjalan, mereka tiba di sebuah supermarket yang cukup besar. Pintu otomatisnya terbuka dengan suar

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 17: Bayangan masa lalu masih membayangi dan tak pernah pergi jika sudah membekas.

    Pagi itu matahari baru saja naik, sinarnya menyusup melalui celah tirai ruang tamu. Aroma kopi hangat memenuhi dapur kecil itu. Arga, dengan celemek putih tergantung di lehernya, sedang sibuk mengaduk telur di wajan dan menyiapkan teh. Sesekali ia melirik ke arah jam dinding. "Hina! Bangun! Sarapan sudah hampir siap nih!" teriak Arga dari dapur. Tak lama, suara langkah pelan terdengar dari arah koridor. Hina muncul dengan rambut yang masih berantakan, setengah menguap. "Arga… pagi banget sih? Kan masih libur," keluhnya sambil mengusap mata. "Justru karena libur, kita bisa sarapan santai. Nih, duduk," jawab Arga sambil meletakkan piring berisi roti panggang, telur, dan irisan tomat di meja. Hina duduk, menatap sarapan itu. "Wah, Arga ternyata bisa juga masak rapi begini. Biasanya kan cuma mie instan," candanya. "Kamu memuji ku atau mengkritik ku," jawab Arga dengan senyum tipis. Hina tertawa kecil sebentar, lalu mulai makan. "Jadi, habis ini kita mau ke mana?" tanyanya. "K

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 16: Saat waktu terhenti di suatu tempat yang ramai dengan tawa.

    Malam sudah mulai larut, namun kafe kecil di pojokan jalan itu masih penuh dengan tawa dan canda yang mengalun hangat. Lampu-lampu kuning lembut memancarkan sinar yang meredup namun cukup menerangi setiap sudut ruangan, menciptakan suasana yang begitu akrab dan nyaman. Aroma kopi yang baru diseduh bercampur dengan wangi kue segar memenuhi udara, menggoda siapa saja yang lewat untuk singgah dan menikmati suasana hangat yang sederhana ini. Arga sibuk membersihkan meja dengan lap kain, sesekali ia melirik ke pintu berharap teman-temannya datang. Hatinya sedikit lega saat akhirnya pintu kaca terbuka dan empat sosok familiar masuk satu per satu: Ardi, Putra, Agus, dan terakhir Pasha, si pria tampan yang selalu jadi pusat perhatian di kampus. "Kami datang!" seru Ardi penuh semangat sambil meletakkan tasnya di kursi. "Lama banget, nih. Sampai harus kita susul." Putra tertawa, "Arga, kamu serius ya kerja di sini? Kayak bos beneran lu." Arga mengangkat bahu sambil tersenyum, "Libur kul

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 15: Cobalah hal yang baru walaupun sulit, kamu akan terbiasa oleh itu.

    Sore itu, langit kota malam berwarna hitam cerah dengan bulan yang indah, hangat dan damai menyelimuti setiap sudut jalan. Di sebuah kafe mungil yang terletak di pojokan, aroma kopi, makanan, dan kue segar membaur menjadi keharuman yang menggoda indera penciuman. Arga duduk di kursi kayu dekat jendela, tangannya sibuk menyeka gelas yang baru selesai dicuci, sementara pikirannya melayang pada hari libur yang dia jalani kali ini. Libur kuliah tidak membuatnya bermalas-malasan. Justru sebaliknya, ia memutuskan untuk bekerja paruh waktu di kafe kecil itu agar tidak kehilangan ritme dan tentu saja menambah uang jajan. Meski pekerjaan ini sederhana, Arga menikmati suasana hangat yang tercipta antara para pelanggan, aroma kopi yang menguar, dan percakapan ringan yang terjadi di sana-sini. Pintu kaca kafe terbuka perlahan, dan Hina melangkah masuk dengan langkah hati-hati. Matanya langsung tertuju pada mesin kopi yang berdengung pelan di sudut ruangan. Ia teringat pada pengalaman pertaman

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status