Share

Bab 06

Author: Dilan
last update Last Updated: 2022-09-13 13:20:26

Mereka pun kembali mencatat hasil wawancara pagi ini, tak berapa lama akhirnya sesi tanya jawab telah berakhir. Tiba-tiba, wanita paruh baya selaku istri dari Pak Sukri datang membawa nampan berisikan minuman hangat, yaitu kopi.

"Hayo ... kita minum dulu, jangan serius banget belajarnya," sambarnya, lalu dia meletakkan nampan berisikan gelas kosong itu ditambah kudapan di atas meja.

"Silakan diminum, Nak, kopinya," kata Pak Sukri.

Anissa pun mengisi beberapa gelas dengan minuman hangat itu, perlakuan dari empu pembimbing sangatlah baik, mereka mendapatkan sebuah nilai moral tersendiri dari masyarakat kampung. Lain halnya jika melaksanakan KKN di kota besar, mata hati mereka telah ditutupi benang merah, meskipun ramai tapi tak satu pun peduli.

Arloji berjalan hampir satu jam, tetapi Nando dan Andre tak kunjung datang. Karena pagi ini hanya membahas perihal tanya jawab, para mahasiswa ingin kembali ke vila untuk menjemput dua sahabat yang tak kunjung datang.

"Pak, kami permisi balik dulu. Kedua teman saya tak kunjung datang, takutnya mereka enggak tahu jalan menuju sini," titah Bima, lalu mereka pun berpamitan pergi dan menjabat tangan empu tersebut.

Setelah keluar dari pondok, mereka mendengar teriakan beberapa kali dari dalam vila.

"Tolong ...!"

"Tunggu-tunggu, kalian dengar suara itu enggak?" tanya Bisma seraya memberhentikan langkah.

"Iya, kami dengar. Jangan-jangan, Nando sama Andre—" Pikram menggantung ucapannya.

Mereka pun berlari memasuki vila sebagai tempat peristirahatan, sesampainya di dalam ruang tamu, sumber suara menghilang. Decak jantung gelenyar menafsirkan teriakan tadi, setibanya mereka dalam ruang sedikit temaram itu—tidak ada siapa pun.

"Nando ...."

"Andre ...," timpal Anissa.

"Mereka, kok, enggak ada?" tanya Tias.

Indah menoleh ke arah samping kanannya, dia mendapati sosok bertumbuh tinggi tengah berjalan kencang menuju kamar mandi.

"Siapa itu!?" pekik Indah, wanita berbandana merah sebagai pengikat rambutnya itu berjalan meninggalkan para sahabat.

"Indah ... tunggu kita ...." Anita dan Tias mengikuti dari arah belakang.

Setibanya di depan kamar mandi, ternyata ada sebuah ruangan yang sepertinya menghubungkan ke lantai dua gedung. Namun, tempat itu sama persis ketika beberapa hari lalu—hadir di mimpi Indah. Wanita berusia 21 tahun itu melangkah sedikit gontai. Setibanya di tengah ruangan, ternyata Nando telah meninggal dunia dengan mulut yang mengeluarkan darah segar.

"Tidak ...," teriak Indah.

Seluruh rekan-rekannya yang sedari tadi ada di dalam ruang tamu menghambur sejurus menuju sumber suara, tepat di depan ruangan—tempat penyimpanan benda-benda pusaka. Terdapat keris, gendang, dan lainnya berjajar rapi. Seperti alat untuk sebuah pertunjukan pentas seni, tetapi entah apa namanya.

"Indah, kau kenapa?" tanya Bisma dari ambang pintu, mereka tercengang ketika mendapati tubuh Nando telah terkapar di atas lantai.

"Nando!?" Anissa tertegun di posisinya.

Bisma pun mendeteksi denyut nadi di leher Nando, dia membuang ekspresi sangat kesal dengan apa yang terjadi hari ini.

"Innalillahi, wainnailahi, roziun ...." Bisma menutup kedua bola mata Fernando yang kala itu masih terbuka lebar.

Beberapa menit setelahnya, terdengar suara lagi dari dalam kamar mandi. Setelah sebelumnya sunyi, teriakan terdengar memasuki indra pendengaran ketujuh mahasiswa yang menggerompok di sebuah gudang.

"Tolong ...."

"Sepertinya itu suara Andre, kalian dengar enggak?" tanya Tias spontan.

"Iya, dia seperti ada di dalam kamar mandi," jawab Indah sekenanya.

Bisma dan Pikram menghambur keluar ruangan, mereka mendekati sumber suara yang tadinya terdengar.

"Andre, kau di dalam?" tanya Bisma.

Akan tetapi, tiba-tiba suara tersebut terdiam sesaat.

"Dobrak aja, Bis," ujar Anissa bersama dengan isak tangis yang tak tertahan.

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 23

    'Mereka kenapa, ya? Aneh banget, perasaan tadi masih baik-baik aja.' Selesai bersenandika, Indah menyentuh kening Anita sembari mengecek suhu badannya. Sebelum telapak tangan mendarat di kening wanita berdasi merah itu, lawan bicara pun menarik tangan kanan Indah dan memutarnya sangat erat.Karena kesakitan, wanita berusia 21 tahun itu melayangkan pukulan lewat kaki kanannya, kemudian dia terlempar sekitar satu meter dari depan ketiga sahabat. Tubuh mungil dan semampai itu seketika terbanting di atas lantai, ekspresi Indah juga berubah menjadi meringis kesakitan."Ach, mereka kenapa jadi seperti ini, sih? Padahal tadi baik-baik aja, atau mereka kerasukan hantu?" Ketiga dari sahabatnya itu berdiri dan masing-masing mengambil pisau di atas nakas. Mereka tertegun seraya berjalan gontai mememui Indah, tatapan kosong Anita dan yang lainnya juga sangat membuat gemetar. Karena sangat takut, Indah mundur dengan menggeser tubuhnya yang telah terjatuh."Anita, jangan lakuin ini. Tias, Anissa,

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 22

    Tepat di hari kelima belas para peserta KKN melaksanakan tugas mereka, setelah hilangnya nyawa ketiga sahabat secara dramatis, muncul kehadiran seseorang yang tak pernah terlihat sebelumnya.Seorang pemuda yang mengaku sebagai alumni itu datang secara tiba-tiba baik dalam mimpi maupun dunia nyata, akan tetapi hanya Indah yang menjadi orang satu-satunya sebagai target pemuda asing itu, sosok berwajah tampan yang hampir setiap hari datang dalam bunga tidur seakan telah menguasai dunia alam bawah sadar gadis berusia 21 tahun itu.Karena pagi ini ada proyek kegiatan meneliti seputar tanaman yang hidup di Desa Berastagi, keenam mahasiswa dan mahasiswi yang tersisa menggerompok ke pusat lokasi vila tersebut. Ruang tamu dengan ukuran lebih lebar dari lokasi lain adalah titik tumpu berkumpulnya para mahasiswa KKN. Dengan langkah kaki sedikit kencang, Indah melompat dari atas dipan setelah mendengar jam beker di atas nakas berdering sangat keras. Mimpi yang terjadi beberapa hari belakangan me

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 21

    'Dimas? Perasaan enggak ada siapa-siapa di sini. Kan, cuma ada aku dan dia aja?' tanya Bisma bersenandika."Kenalin, ini Dim ...."'Loh, Dimas pergi ke mana, ya? Cepat banget ngilangnya!' pekik Indah bermonolog.Tatapan pun menoleh ke kanan dan ke kiri. Pasalnya, pemuda yang sedari tadi dia ajak berbicara hilang secara spontan. Sementara Bisma mematung di posisi awal, sebelum akhirnya dia duduk di sebelah kanan lawan bicara.Tampak dari kedua bola matanya, Indah kebingungan dan mencari-cari pemuda tersebut. Namun, setelah kehadiran Bisma di depan, pemuda asing itu hilang seperti embusan angin. Semburat jingga arunika menyingsing dan menggandeng nuansa hitam putih, suara burung kedasik kembali terdengar."Indah, sudah sore. Yuk, kita kembali ke vila," ajak Bisma seraya menoleh sekilas wanita aneh di sampingnya.Tanpa membalas ucapan ketua tim, Indah pun mengikuti langkah Bisma dari belakang. Sementara dari balik pohon randu, Dimas memantau wanita yang dia sukai itu tengah berjalan bers

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 20

    Siang itu tepat di desa yang penuh dengan berjuta pertanyaan, seraya merumuskan kejadian datang secara bertubi-tubi setiap harinya. Indah Saraspati adalah seorang gadis yang tertutup, untuk segala masalah dia tak mau menceritakan pada siapa pun.Sejak kehadirannya kembali di tengah-tengah para sahabat, kehidupan terasa sangat berbeda. Semenjak dinyatakan mati dan kembali hidup membuat Indah teropsesi pada kesendirian, dengan begitu dia bisa merasakan ketenangan. Semburat arunika menerpa jiwa lara, terpatri indah di dalam hati gadis berusia 21 tahun itu. Nestapa seakan ambil andil dalam bagiannya, kematian demi kematian yang terjadi terlontar akibat keberadaannya dalam satu tim KKN. Karena sangat kecewa, dia keluar dari Vila dan berjalan menuju pohon randu. Tepat di pinggir desa dengan pepohonan berukuran lumayan besar. Sambil mendengarkan musik menggunakan earphone, Indah bersenandung bersama tembang lagu-lagu nostalgia. Kecintaannya kepada musik gondang suku Batak sangat melekat,

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 19

    "Kau bisa menjamin kalau bukan dia yang membunuh?" sambar Anissa spontan bernada sedikit mendayu."Kalian lagi ngomongi siapa? Sepertinya serius sekali. Perihal membunuh, siapa yang dibunuh?" Indah hadir di tengah-tengah perseteruan yang terjadi, kedatangannya yang secara tiba-tiba membuat bungkam perbincangan."Eh, Indah, kita enggak ngomongi soal pembunuhan, kok. Kau salah dengar kali," titah Anissa meringis takut, dia menggigit bibir bawahnya seraya menoleh ke wajah para sahabat yang telah melotot."Oh, kirain lagi ngomongi apa. Soalnya, aku bukan pembunuh. Kalau kalian berpikir aneh tentang kejadian ini, suatu saat permainan ini akan terungkap." Indah kembali memutar badan dan berjalan menuju lantai dua.Setelah orang yang tengah mereka bahas pergi, napas pun kembali netral setelah sebelumnya terhenti sejenak. Pembahasan tak lagi terdengar, mereka lebih memilih meninggalkan ruang tamu.Anita dan Tias berjalan menemui sahabatnya yang sedang berada di dalam kamar tidur. Pintu kamar

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 18

    Hari berganti hari, minggu kedua telah mereka lewati bersama dengan kejadian yang tak pernah terpikirkan. Keenam mahasiswi Universitas Nusantara sedang diruntuk rasa bingung, pertanyaan datang tanpa jeda seolah otak tak mampu untuk merumuskan segalanya.Permadani terpampang jelas di luar vila, makam tanpa batu nisan menghabiskan ketiga mahasiwa yang tak mampu untuk mencekal takdir. Ironi itu memang hakiki, akan tetapi maut tak mau berdamai dengan mereka. Karena kematian itu terjadi sangat tidak wajar, kehadiran mereka dalam vila hanyalah bagai tawanan dalam penjara pesugihan."Aku mengajak kalian berkumpul di ruangan ini karena ingin membahas sesuatu," ucap Bisma yang sedari tadi memekik di atas kursi sofa.Kerlingan netra masing-masing mahasiswa menoleh kiri dan kanan, sepertinya Bisma memiliki pemikiran yang sama, lamat-lamat para mahasiswi tak percaya perihal makhluk gaib itu ada di sekitar vila."Berhubung kita sudah berkumpul di ruangan ini, apa yang ingin kalian bahas." Anissa m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status