Share

Menemui Keluarga Kaivan

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-14 05:05:46

"Tidak jelas sekali. Revisi? Salahnya di mana coba? Cik."

Walau mengeluh begitu, Rachel tetap merevisi surat tersebut. Setelahnya dia kembali menemui Kaivan, agar bisa diizinkan keluar. Kali ini dia menemui pria itu di ruang tengah. Kaivan sedang bersantai di sana-- Televisi menyala tetapi pria itu malah fokus pada tablet mahal di tangannya.

Hah, karena terhalang topeng jadi Rachel tak bisa melihat bagaimana ekspresi Kaivan. Padahal dia penasaran!

"Pak." Rachel memanggil pelan. Ketika Kaivan menoleh padanya, Rachel langsung memberikan surat yang telah ia revisi tersebut pada Kaivan. "I--ini suratnya."

"Humm." Kaivan meraih surat tersebut, tetapi malah meletakkannya begitu saja di atas meja. Dia juga mematikan tablet mahalnya dan meletakkannya di atas surat tersebut--menutupi surat tersebut dari penglihatan siapapun. Setelah itu dia berdiri dan langsung menarik Rachel dari sana.

"Tuan--Pak … bagaimana dengan surat dan aku--aku ingin keluar dengan …-" Rachel terbata-bata, jalannya tersoek-soek akibat Kaivan menariknya.

Langkah kaki Kaivan panjang dan Rachel sulit mengimbanginya.

"Malam ini kau dan aku akan ke rumah Nenekku. Aku akan mengenalkan mu pada keluargaku," ucap Kaivan-- setelah dia dan istrinya berada dalam mobil.

Rachel menganga dengan wajah kaku serta syok, dia menoleh ke arah sopir-- menatap tangan kanan suaminya tersebut dengan berharap bantuan. Tapi sayang! Apa yang dia harapkan? Bahkan dia kebingungan saat ini, walau dominan takut.

"Santai saja, kau hanya perlu diam ketika bertemu dengan mereka."

Rachel masih melogo tak percaya. Bisa-bisanya Kaivan membawanya ke rumah keluarga pria ini dan tanpa memberi tahu Rachel. Argk! Setidaknya biarkan Rachel mempersiapkan diri atau minimal waktu untuk berpikir.

"Pak, aku …-"

Kaivan memotong cepat. Nadanya datar tetapi tatapannya begitu tajam. "Stop memanggilku Pak, Ichi. Tuan dan Pak itu sama saja. Tolong ganti!"

Rachel meneguk saliva secara susah payah. Sekarang apa? Ingin protes tetapi dia harus memikirkan panggilan apa yang harus dia sematkan pada pria bertopeng di sebelahnya ini. "Aku … harus panggil apa? Abang?"

"Ibumu memanggil Ayahmu dengan sebutan apa?"

Suara pria ini benar-benar dingin. Cik, AC mobil ini bahkan kalah dingin dengan suara Kaivan. Terlebih lagi aura mematikan yang menguar dari tubuh Kaivan, itu semakin membuat Rachel menggigil takut.

"Mama memanggil Ayah dengan sebutan … Ayahnya Rachel," jawab Rachel dengan ragu, "kita belum punya anak. Jadi aku harus memanggilmu dengan sebutan Ayahnya siapa?" lanjut Rachel yang mendapat sentilan maut di kening dari Kaivan.

"Bodoh!" dengkus Kaivan, sebenarnya antara gelik, merasa lucu dan gemas juga dengan Rachel. Dari kalimat imut Rachel tersebut bisa diartikan secara tidak langsung jika Rachel mendoakan pernikahan mereka ini berlanjut.

'Kita belum punya anak.' Cih, itu kalimat paling menggemaskan yang pernah Kaivan dengar. Namun walau begitu, Kaivan lebih memilih menampilkan raut muka yang flat--menyembunyikan rasa gemas yang menyelimuti dirinya pada Rachel di balik topeng dan wajah datar.

Walau dia akui dia telah jatuh cinta pandang pertama dengan gadis muda konyol ini, tetap saja Kaivan merasa takut akan suatu hal. Bagaimana jika Rachel sama saja dengan yang sebelumnya?

"Panggilan umum yang biasa seorang istri pakai pada suaminya."

"Oh." Rachel menggaruk pipi, dia kembali berpikir keras dengan air muka yang serius serta kening yang berlipat. Dia sangat serius, walau jatuhnya itu lucu di mata Kaivan.

"Bukan panggilan khusus yah?"

Kaivan seketika menatap dongkol pada makhluk menyebalkan di sebelahnya. Cik, ingin marah tapi wajah naif serta tampang polos Rachel begitu menggemaskan. "Panggil aku dengan sebutan Mas. Selesai!"

"Tapi Mas' itu sama dengan Abang." Rachel bercelutuk, mendongak ke arah Kaivan dengan air muka tanpa dosa serta polos. "Abang Kaivan. Uuughh … lucunya," ucapnya lagi yang mendapat pelototan horor dari Kaivan.

Apalagi Kaivan mengenakan topeng, walau hanya setengah, tetap saja itu menguat orang fokus ke mata Kaivan dan itu membuat tatapan Kaivan semakin terlihat tajam serta mengerikan.

"Pa--Pak …." Rachel menoleh ke arah supir; di mana supir tersebut adalah tangan kanan suaminya ini, William Raynald. "Abang Ka--Kaivan lucu kan?" tanyanya ragu-ragu, hanya agar Kaivan berhenti melototinya saja.

"Iya, Nyonya. Panggilannya manis. Cocok untuk Tuan Kaivan."

Seketika itu juga Rachel menyengir dan cengengesan juga. "Ehehehe … Abang Kaivan."

Kaivan memilih diam saja selanjutnya. Ketika mereka sampai, Kaivan lebih dulu turun dari mobil. Kemudian disusul oleh Rachel dan juga William.

Mereka bertiga masuk ke dalam rumah-- di sambut hangat oleh seorang perempuan tua dan juga anggota keluarga Kaivan lainnya. Namun, ketika perempuan tua itu menatap ke arah Rachel, seketika senyumannya langsung luntur. Wajah hangat dan penuh riang tersebut langsung berganti dengan wajah tak suka dan sinis.

"Wanita kucel ini … siapa, Kaivan?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Kaivan kmu bw k salon itu istrimu dn.kmu bliin baju2 brended tuk Rachel biar dia g kucel lagi dn juga biar dia keliatan lebih cantik.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Tamat

    Setelah mengusir orang tuanya dari kamar, Adera hanya diam murung di sana. Hingga tiba-tiba saja …-Ceklek' Pintu kamar Adera terbuka, memperlihatkan seorang pria menjulang tinggi di ambang pintu. Adera menghela napas pelan, berdecak kesal kemudian menatap sinis pada pria tersebut. "Ngapain Papa kemari?" sinisnya, membuang jauh pandangan lalu pura-pura fokus pada HP. Kebetulan HP Adera berada tak jauh darinya saat itu. "Hah." Hembusan napas berat terdengar keluar dari bibir Kaivan. Dia menatap putri bungsunya lamat, kemudian berjalan masuk untuk mendekat. "Papa ingin bicara padamu."Adera melirik sejenak, memilih cuek dengan bermain ponsel. Sayangnya, itu pengalihan karena pada kenyataannya Adera hanya men-scroll galeri ponsel. "Begini sikapmu jika berbicara dengan orang tua?" Saat itu juga Adera meletakkan HP ke atas meja. "Cik." Dia berdecak malas. "Tumben-tumbenan Papa ke sini menemuiku, pake acara sok sokan berbicara denganku lagi. Biasanya juga malas. Berpapasan denganku s

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Kekecewaan Adera

    "Aku tidak punya uang. Minta," jawab Adera, mengulurkan tangan ke arah Davin tetapi dengan menatap lurus ke arah depan– enggan menatap pada pria dingin dan berbahaya tersebut. Davin menaikkan sebelah alis, menatap intens ke arah wajah jutek Adera. Cih, apa perempuan ini pikir dia menakutkan seperti itu? Tidak! She's so cute. Bahkan karena sangat menggemaskannya perempuan ini di mata Davin, rasanya Davin ingin sekali mencium Adera sampai perempuan ini kehabisan napas. Yah, ingin rasanya Davin mencuri napas perempuan yang duduk di sebelahnya ini. Davin mengeluarkan dompetnya lalu menaruhnya di atas telapak tangan Adera. Perempuan menggemaskan itu seketika menoleh ke arah Davin, menatap tak percaya pada Davin. Adera sedikit menganga, tercengang karena Davin memberikan dompet padanya. 'Eih, dikasih sumbernya langsung. Beneran ini?' batin Adera, menatap ragu pada dompet hitam berbahan kulit tersebut. "Beli apapun yang kau inginkan, Era," ucap Davin, menatap wajah cengang Kanza yang sa

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Minta Uang Pada Calon Suami

    "Kau masih yakin ingin memperistrinya?" Davin menganggukkan kepala, tersenyum penuh keyakinan pada Kaivan. "Semakin yakin, Uncle," jawabnya tanpa ragu. "Ah, yah. Aku sudah menghubungi Daddy-ku, mengatakan jika nanti aku pulang dengan membawa menantu untuknya. Dan Daddy setuju." "Hell." Kaivan mengumpat pelan, semakin frustasi karena mendengar penuturan calon menantunya, "tidak secepat itu juga. Cik, lagipula Adera-ku belum tentu menerimamu, Nak." Kaivan menyunggingkan smirk tipis. "Kau lihat sendiri, dia tidak peduli keberadaanmu," ejek Kaivan selanjutnya, mendapat tawa dukungan dari William dan Hansel. "Adera hanya malu-malu, Uncle," jawab Davin, menyunggingkan smirk tipis di bibirnya. "Ah terserah. Asal kau tidak memaksa putriku dan-- pernikahan itu hanya terjadi jika Adera setuju," ucap Kaivan tegas. Dalam hati dia sangat yakin jika putrinya tidak akan mau menerima Davin. Bukan tidak setuju Davin menjadi menantunya, malah dia merasa senang karena dia tahu Davin siapa dan menge

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Masih Yakin Heh?

    "Siap--" Ucapan Adera terhenti ketika melihat siapa orang yang berada di depan kamarnya– Davin Sbastian Lucas, pria yang ia takuti melebihi rasa takutnya pada Papanya sendiri. Davin mendorong pintu kamar Adera, masuk begitu saja dalam kamar perempuan yang telah sah menjadi calon istrinya tersebut. Langkah Davin berhenti tepat di depan sebuah cincin yang tergeletak mengenaskan di lantai. Davin mengambil cincin tersebut, kemudian menghampiri Adera yang masih berada di depan pintu. "Kau melempar cincin pertunangan kita?" ucapnya dengan mendekati perempuan itu, menutup pintu karena dia tahu Adera berniat kabur. 'Ah, sialan. Dia menutup pintu kamar ku. Yang benar saja dia mengurungku dalam kamarku sendiri,' batin Adera, terdiam dengan posisi tetap membelakangi Davin. Dia tidak mau menghadap pria ini karena dia takut– malu tak ada muka jika harus bersitatap dengan Davin. Bayang-bayang kejadian itu menghantui Adera. "Jawab, Era," ucap Davin pelan, nadanya rendah dan berat. Terkesan seks

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Adera Bertunangan

    "Ahahaha … tidak begitu, Tuan Kaivan. Anda salah paham. Niat kami kemari untuk membicarakan hubungan antara Gisella dan Danial ke jenjang yang lebih serius, agar … Danial bisa lebih memprioritaskan putriku dan putri-putri anda tidak mengganggu hubungan mereka lagi."Kaivan menaikkan sebelah alis, lagi-lagi menyunggingkan smirk tipis sembari menatap dingin ke arah Bagaskara. "Danial, kau masih ingin melanjutkan hubunganmu dengan putri dari Pak Bagaskara?" tanya Kaivan, tanpa menoleh ke arah putranya dan tetap menatap dingin ke arah Bagaskara. "Tidak, Pah," jawab Danial datar. "Apa-apaan kau ini?!" Tak terima mendengar jawaban kekasihnya, Gisella berdiri dan dengan marah langsung melempar tasnya ke arah Danial. Namun, dengan mudah Danial menangkisnya. "Aku serius padamu, tetapi kau …-!""Ini putrimu?!" Kaivan berdecis remeh. Bagaskara dan istrinya sontak saling bersitatap, sama-sama panik dan malu akibat ulah putri mereka. Dengan kesal Bagaskara menarik pergelangan tangan putrinya da

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Lamaran untuk Danial?

    "Ada ribut apa ini?" tanya Kaivan yang tiba-tiba muncul di sana dengan Jake, William dan Hansel. Seketika itu juga mendadak ruangan itu terdiam. Tak ada suara sedikitpun di sana. "Diam?" Kaivan menatap bingung pada istri dan anak-anaknya. "Ah, tidak apa-apa, Mas. Hanya permasalahan anak-anak saja," jawab Rachel sembari tersenyum manis ke arah suaminya tersebut, "ouh iya, Mas ingin kopi kan? Tunggu, aku buatkan," tambah Rachel sembari berniat beranjak dari sana. Namun, langkahnya tiba-tiba tertahan. Tangannya dicekal oleh sang suami. "Ma--Mas," cicit Rachel pelan, menatap cekalan suaminya di pergelangan tangan kemudian beralih menatap Kaivan dengan air muka murung. "Kau tidak pandai berbohong, Ichi. Katakan, apa yang terjadi?!" tanya Kaivan pelan, berdesis dan berbisik pelan. Dia menatap penuh peringatan pada Rachel– tak suka jika istrinya ini menyembunyikan sesuatu darinya. "Jangan di sini," bisik Rachel pada Kaivan, kemudian dia melepas cekalan suaminya lalu beranjak dari sana.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status