Camelia yang berdiri di bantu oleh sang suami menatap tajam padanya.
"Elvan, aku harus menegaskan dominasi ku!" Geram Camelia melirik ke arah kamar Axelo."Gadis busuk itu, harus tau siapa yang sudah ia singgung." Sementara di ujung lorong, Russell yang juga menyaksikan dari awal sampai akhir mengulas senyum misterius. Rasa ketertarikan nya pada Lily meningkat tajam. Sementara di ruangan lain yang tampak gelap dan terpisah, seorang pria tua dengan bertumpu pada sebuah tongkat penopang menatap monitor yang menampilkan setiap sudut mansion. Termasuk lorong tempat dua wanita itu bersitegang, Sudut bibirnya terangkat ke atas. **** Lily menatap tubuh suaminya yang masih setia terbaring di ranjang kamar berukuran king size itu. "Hei, aku menjalani hal berat di rumah ini karena kamu." "Jadi, bagaimana caraku untuk menuntaskan rasa kesal ini?" Lily bergumam sendiri. Lily membungkukkan badannya menatap lebih dekat wajah tampan Axelo. "Hemm.... Kamu tampan, tapi, aku tak mungkin memperkosa mu saat barang mu saja tidak bisa berdiri." Hening sesaat, tapi Lily sama sekali tidak menjauhkan wajahnya dari Axelo. "Tapi, aku pikir, mungkin, aku bisa punya sedikit hiburan dari wajah ini..." Gumam Lily lagi, banyak ide bermunculan di otaknya. Senyum nakal itu terkembang, alis Lily bergerak naik turun seperti dimainkan angin. Beberapa saat kemudian. Wajah Lily tampak begitu serius. Jari jemarinya bergerak melukis wajah Axelo dengan sapuan make up. Lalu senyum terbit sempurna di wajah cantiknya. Lily berdiri menegakkan punggungnya memandang hasil karya yang begitu cantik dan indah di wajah Axelo. "AHa-ha-ha, kau cantik sekali suamiku....." Lily terpingkal sekaligus bangga dengan hasil karyanya merias wajah Axelo menjadi sangat cantik. "kamu membuat ku minder sebagai wanita. Cepatlah sadar jadi kita bisa berbagi make up. Ha-ha-ha." Lily memegangi perut nya yang terasa kram karena terlalu banyak tertawa. Lily menyentuh sudut matanya yang berair dengan jari manisnya. Lalu mengambil gawai, "Kita harus mengabadikan ini sayang." Kekeh Lily memasang kamera depan lalu mulai berselfi dengan Axelo. Beberapa kali Lily mengambil gambar mereka berdua. Dan Lily bergaya seperti ABG ABG yang baru saja mendapatkan ponsel pertamanya. "Yaahh, aku rasa ini cukup. Apa kau mau melihatnya suamiku? Aaahhh, kau bahkan tidak bisa membuka mata. Sayang sekali." Semua kalimat yang meluncur dari bibir penuh Lily hanya hinaan. Karena saat ini hanya itu yang ia bisa lakukan. Selama beberapa hari di mansion utama tuan Douglas, gerak Lily terbatas, ia tak di ijinkan keluar mansion, bahkan berbelanja atau sekedar jalan-jalan pun tak boleh apa lagi bekerja. Hal yang boleh Lily lakukan hanyalah terus berada di dalam mansion itu. Tidak boleh terlalu jauh dari suaminya, merawat dan membersihkan tubuh Axelo. Benar-benar membuat Lily merasa sangat terkekang. Satu-satunya hiburan baginya hanyalah menjahili Axelo dan terus menyindirnya dengan kata-kata yang sedikit tak enak di dengar. Meski begitu, Lily hanya melakukannya ketika mereka hanya berdua. Ia tak ingin mendapatkan masalah jika melakukan itu di depan anggota keluarga lain ataupun didepan asisten dan dokter pribadi Axelo, ber- nama Yu itu. **** "Bagaimana keadaan Axelo, Yu?" Tuan Douglas yang berdiri ujung ranjang menatap dokter muda yang sedang menyuntik lengan Axelo. Siang itu, adalah pemeriksaan rutin Axelo, semua keluarga berkumpul di kamar cucu kesayangan Kakek Douglas. Elvan, Camelia, anak lelaki mereka Russell dan bahkan Angelica kekasih Axelo pun ada di sana. Berdiri tepat di samping Russell. Dokter Yu menyimpan semua peralatan medisnya. Lalu berbalik menatap setiap wajah yang juga berpusat padanya. Terkecuali Lily, yang sibuk dengan kuku-kuku jarinya. "Masih belum menunjukkan perkembangan yang signifikan." Wajah tuan Douglas tampak sangat kecewa. "Apa yang kau lakukan selama ini di sampingnya, sampai keponakan ku masih tak menunjukan perkembangan apapun?" Pertanyaan Yang terlontar dari mulut sadis Camelia tertuju pada Lily. Sementara Lily hanya menanggapinya dengan malas. Bukan Lily namanya jika hanya diam ketika dirinya di tindas. Lily memutar matanya malas, sangat aneh bukan? Camelia yang memintanya untuk menikah dengan Axelo, tapi lucunya, wanita itu justru terus mencoba menyerang dan menekannya. Seolah ia istri yang tak berguna dan kehadirannya tak di inginkan. "Tante... Tante... Dokter Yu yang bersertifikat dan sudah berada di dekatnya dan merawat suami ku selama ini tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi ini. Bagaimana bisa kau mengharapkan ku yang hanya seorang istri ini membawa perubahan padanya?" Dokter Yu dan Raize menutup wajahnya seolah sedang menahan senyum agar tak terlihat. Sedangkan, Camelia sudah merah padam oleh amarahnya, karena mulut Lily yang seolah mengatakan dirinya bodoh secara tidak langsung. "Aku ini hanya,, yeeeaaahhh,,, merawatnya saja." Sambung Lily enteng, "..... Hal-hal sepele seperti mengantikan dia baju dan menemaninya saja." Mulut Camellia terbuka, bersiap untuk menyerang Lily lagi, namun,, "Kalian semua keluar!" Tiba-tiba tuan Douglas bersuara lantang dan tegas. "Aku ingin bicara hanya berdua dengan cucuku." Dalam suasana yang sangat canggung dan hampir panas itu, perlahan Russel dan Angelica yang berdiri di dekat pintu melangkah keluar lebih dulu, di susul Elvan dan Camellia yang menatap sinis pada Lily. Namun, gadis itu acuh seolah tak melihat. Ia bergeming di tempatnya. "Ayo nona, kita keluar. Tuan Douglas hanya ingin bersama dengan tuan muda Axelo." Raize mempersilahkan dengan tangannya. Walau merasa aneh, Lily menurut juga. Sesekali ia menoleh kebelakang melihat Suaminya yang terbaring dan tuan Douglas yang mulai berpindah dan duduk di kursi samping Axelo terbaring. Setelahnya, pintu itu tertutup. Membawa segudang tanya di hati Lily. Gadis itu menahan lengan Raize yang mulai melangkah menjauhi kamar tuannya. Raize menoleh sembari menatap tanya sang nona muda baru. "Ummm... Apa mereka sering melakukan ini?" Raize bergeming. "Bukankah sangat aneh jika tuan Douglas berbicara dengan Axelo yang bahkan tidak sadarkan diri itu?" Raize mengulas senyum mendapat pertanyaan dari Lily. "Nona Lily, meski tuan Axelo tak bisa bergerak atau pun tidak sadar diri. Namun, di hati tuan besar Douglas, tuan Axelo bisa mendengar dan merasakan. Berbicara dan berinteraksi dangan tuan Axelo bisa merangsang otak, dan memungkinkan proses kesadaran tuan Axelo. Seperti, yang bisa anda lakukan..." Pungkas Raize yang seketika membungkam Lily. Lalu pria itu undur diri, melangkah jauh meninggalkan Lily yang mematung di tempatnya. "Dia... Apa dia tau apa yang kulakukan Selama ini di dalam sana?" Gumam Lily pias. *** Karena merasa bosan, Lily memutuskan untuk berjalan-jalan saja keliling mansion. Karena dulu ia belum sempat melakukan nya saat pertama kali datang ke dalam keluarga Douglas Alfaro. Lily berjalan tak tentu, sampai di suatu sudut mansion, Lily melihat Russell dan Angelica sedang bercumbu dengan mesra. Lily memutar matanya malas sekaligus jijik. "Iyuuhh, apa mereka tak bisa melakukannya di kamar? Astaga..." Lily bergumam lalu berbalik mencari jalan lain, malas melintas di sekitar orang yang sedang bercumbu tak tau tempat. "Uuugggghhhh, sayaaaannnggg.... Kamu sungguh menggairahkan.." Suara Angelica membuat Lily membuka mulutnya mau muntah. "Kamu sangat bisa memuaskanku, tak seperti Axelo. Dia hanya tergeletak di atas ranjang." Seketika langkah Lily terhenti. Lalu berbalik dan mengintip dari balik pilar. "Bukankah dia kekasihmu?" "Ayolah, kita sudah bersama sejak dua tahun yang lalu. Kenapa kau masih mengatakan itu." Tangan Angelica meraba perut lalu naik ke dada Russell dan memainkan kancing kemeja pria itu. "Bagaimana kalau kita cari tempat yang lebih private?" Cetus Angelica dengan nada manja dan genit. "Kamu selalu begitu, bahkan sebelum kecelakaan itu pun kamu selalu mendatangiku." Suara Russell tak kalah menggoda. Lily menutup mulutnya yang refleks membulat. "Astaga, jadi wanita itu awalnya kekasih Axelo. Tidak kusangka..." Bisik Lily bergumam sembari berdecak."Keluarga Nyonya Lilyana whites." Axelo segera berlari mendekat, dengan tatapan penuh harap untuk istrinya baik-baik saja. "Saya suaminya." "Pasien tidak mengalami luka dalam, Tuan. Beberapa luka luar pasien juga sudah ditangani. Kami juga melakukan pemeriksaan menyeluruh kepada pasien dan semua organ normal tanpa gangguan," terang dokter. "Syukurlah! Itu artinya, Istriku baik-baik saja, kan, dok?" Dokter mengangguk sembari mengulas senyum. "Benar, Tuan. Dan dari hasil pemeriksaan ... kami menemukan sesuatu," ungkap sang dokter. "M-menemukan apa?" "Ada janin di rahim pasien, Tuan. Pasien tengah mengandung," ujar dokter membuat Axelo terdiam seketika. "A-apa?" "Pasien hamil, Tuan!" axelo diam seribu bahasa. Ia benar-benar tak menyangka akan mendapatkan kabar mengejutkan ini setelah dibuat geger ole
"Apa mau mu, Russell?" Russell menyeringai, "Mau ku? Tembak kepalamu sendiri, Axelo!" Hening, Axelo masih menggeretakkan giginya saling beradu. Ia sangat tau Russell memang membencinya, sejak dulu Russell memang selalu berusaha mengambil apapun yang menjadi haknya. Bahkan, Angelica pun tak luput dari Russell. Sayangnya, Angelica memang wanita jallang yang mudah tergoda. Axelo tidak mempermasalahkan karena memang ia tak segila itu mempertahankan wanita yang dengan suka rela menyerahkan tubuhnya pada pria lain. Tapi, Lily berbeda, wanita yang satu ini berperan besar dalam mengumpulkan bukti kejahatan Camelia dan Elvan. Dia juga menjaga diri dari bujuk rayu Russell sampai mendapatkan pelecehan dari sepupunya. "Ayo! Kenapa ragu? Atau kau lebih suka melihat kepala wanitamu menyentuh aspal dengan keras?" Russell sedikit mengangkat kakinya yang berpijak pada tali yang menggantung tubuh Lily. Karena berat badan Lily, otomatis tubuh Lily yang meng
Lily membuka matanya, ruang remang dan berbau pengap. Kepalanya terasa sangat pusing, Lily terus mencoba mengumpulkan kesadarannya. Melihat lebih jelas meski sulit untuk melihat dalam ruangan yang minim pencahayaan itu. Lily menyadari gerak tubuhnya terbatas, merasakan ikatan yang kuat di tangan dan tubuhnya. Rasa cemas dan gelisah menghinggapi nya seketika, saat ingatan akan pertemuan dengan Russel. Masih lekat dalam ingatannya, tentang pelecehan yang Russell lakukan padanya. Tubuh Lily menggigil seketika, matanya berkeliaran mencari pria yang sudah menculiknya kali ini. Lily takut, tapi, meski berteriak meminta tolong, tak akan ada yang datang karena ia yakin, Russel bukan pria bodoh yang menyekap tawanannya di tengah kota. Saat ini Lily hanya berharap, Axelo akan datang menolongnya. Segaris cahaya terlihat menyinari ruangan yang perlahan melebar sebesar pintu. Pertanda, seseorang memasuki ruang remang itu. Lily menajamkan penglihatan, sosok yang tamp
"Apa kamu bilang? Russell kabur?" Suara kakek Douglas menggema di seluruh ruangan. Ada gelisah yang tersisip amarah. Amarah untuk para penjaga yang teledor hingga Russell sampai lolos dari pulau pengasingan, dan rasa gelisah jika sampai Axelo tau, sudah pasti dia tak akan melepaskan Russell. Mengingat Axelo seorang pendendam. "Russell, jangan sampai kau mendkati Lily lagi. Kakek tak bisa melindungi mu jika kau sampai nekat." Gumam tuan Douglas. Mau semarah apapun tuan Douglas, dan seburuk apapun Russell, tetaplah cucu. Darah daging tuan Douglas juga. Ia tak akan Setega itu jika sampai Russel membuat ulah dan Axelo sampai melewati batasnya. Tuan Douglas memijit pelipisnya, sangat mudah menangani orang lain. Tinggal buang dan hancurkan, tapi Russell keluarga nya. Tak mungkin juga ia akan berlaku sama. "Temukan Russel sebelum Axelo mendengar kabar tentang bocah yang kabur itu." Perintah kakek Douglas tegas dengan sorot mata
Russel mengendap-endap keluar dari kamarnya. Melangkah di tengah malam yang pekat, pria itu memakai pakaian serba hitam, tak lupa memasang topi. Mata Russel menari kesana kemari, memastikan pergerakannya tak di sadari oleh penjaga dan pelayan di rumah itu. Russel terus berjalan dengan langkah berhati-hati tapi cepat. Russel menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan keadaan aman untuknya kabur. Rencana malam ini ia akan kabur dengan bersembunyi di dalam peti yang mengangkut sayur dan bahan makanan. Langkah Russel telah sampai di gudang tempat penyimpanan barang. Russell menyusuri tempat itu dan menunggu kapal yang biasa di gunakan untuk mengangkut bahan makanan. Selama beberapa hari Russell terus memperhatikan kapan kapal itu keluar masuk, siapa saja dan bagaimana. Sampai ia cukup yakin untuk menyelip bersama dan kabur. Russell mengendap mendekati kapal saat ia merasa keadaan cukup aman meski ada beberapa penjaga dan orang yang keluar masuk. Pria itu awal
Tubuh Bella menegang seketika. Amarah yang tadinya menggebu-gebu mendadak menguap begitu mendengar suara Axelo. Apalagi mendapat tatapan tajam mata elang Axelo yang langsung menghujam nyalinya. "Apa anda punya masalah sampai membuat keributan di kediaman ku, Nyonya Bella?" Bella mengatur detak jantungnya yang tak beraturan. Akan sangat memalukan jika dia sudah berniat melabrak Lily dan tiba-tiba menciut di depan Axelo. Setidaknya dia harus mencari pembenaran untuk tindakannya. "A-aku kemari karena putriku, tuan muda Axelo." "Oohh ya? Ada apa dengan putrimu?" "Clarissa dan Lily sedikit berseteru. Dan aku ingin mengkonfirmasi nya dengan Lily." "Benarkah? Aku lihat kau hanya meninggikan suara Sejak tadi. Aku pikir itu bukan konfirmasi, tapi makian." Wajah Bella makin menegang, keringat sebiji jagung turun dari wajahnya. Kalimat Axelo sekali lagi menusuk nyalinya. "I-i