Home / Romansa / TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA / Part 4. Pria Arogan di Kelas Mereka

Share

Part 4. Pria Arogan di Kelas Mereka

Author: Ida Raihan
last update Last Updated: 2023-08-28 20:12:19

Part 4, Pria Arogan Di Kelasnya

Begitu memasuki ruangan, Ayara langsung mencari tempat untuk duduk. Dia langsung tersenyum ketika mendapati Gistara, sahabatnya, memberi isyarat dengan jarinya agar ia datang kepadanya. Ayara langsung menuju tempat yang ditunjuk Gistara.

“Apa yang terjadi?” bisik Ayara ketika ia telah duduk di belakang Gistara. Tumben, biasanya Gistara akan memberinya tempat di depan dia atau di sampingnya agar memudahkan mereka mengobrol di sela-sela materi.

“Belum terjadi apa-apa, tetapi dia tadi sempat bertanya, apakah ada yang terlambat datang,” jawab Gistara.

“Lalu?”

“Gimana lagi, semua serentak menyebut namamu.”

“Oke.”

“Ayara awas!” tiba-tiba Gistara berseru. Dengan tangkas Ayara menggerakkan tubuhnya ke belakang. Sementara tangan kanannya menyambar benda yang barusan melayang menujunya. Lalu, dengan satu gerakan yang sangat cepat, Ayara kembali melempar benda tersebut kepada orang yang melemparnya.

"Wow …" gumam sebagian orang yang ada di ruangan.

Ayara menatap tajam pria di ujung sana. Berdiri di samping meja seraya tersenyum sinis kepadanya. Tangan kanannya terangkat di depan wajahnya, dengan siku bertopang pada tangan satunya, yang bersedekap di bawah dada. Di antara jemari tengah dan telunjuknya terdapat sejengkal kayu. Benda itu yang tadi melayang hampir menyambar tubuh Ayara.

"Keluar!" usir pria tersebut. Suaranya pelan, tetapi penuh tekanan. Ayara mendesah berat. Lihat saja, keluar dari sini, mati kamu!

Ayara berdiri. Lalu melangkah ke depan.

"Kuperingatkan kepadamu, saat jadwal latihan denganku, tidak ada satu pun peserta yang boleh terlambat. Jika ada satu saja yang terlambat, maka semua yang ada di kelompok ini, akan menerima hukuman. Paham?" Pria itu menatap Ayara dengan sinis.

"Ya, Sir!" sahut Ayara tegas, dengan tetap mengangkat dagu.

"Hari ini aku memaklumi, tetapi bukan berarti kamu bebas dari hukuman. Keluar dan berdiri di depan pintu!"

"Yes, Sir!" Ayara langsung melangkah menuju pintu keluar.

***

Dihyan dan Gayatri sangat gelisah. Mereka berkali-kali melongok ke luar, demi ingin melihat Ayara berjalan menuju rumah mereka. Namun, sudah lima jam sejak mereka bangun, Ayara belum juga terlihat. Nomor ponselnya juga tidak diangkat. Sedangkan Dihyan sudah berjanji kepada pihak Nawang Nehan, akan membawa gadis pesanannya tepat pukul tiga sore. Satu jam lagi.

"Ayara tidak minggat kan, Pak?" tanya Gayatri cemas.

"Semoga tidak, Bu," balas Dihyan, "dia anak yang selalu bertanggung jawab pada ucapannya."

Semalam Ayara sudah sepakat, untuk pergi ke rumah Nawang Nehan pagi-pagi. Namun, sebelum tidur, dia peroleh informasi mendadak, bahwa di pusat pelatihan bela diri tempatnya menimba ilmu, akan kedatangan pelatih baru, dan semua murid wajib hadir. Satu saja yang tidak hadir, maka semua peserta akan meroleh imbasnya. Ayara tidak mau teman-temannya menjadi korban. Sebab itu dia menulis surat kepada Dihyan, untuk mengundur jam pertemuan dengan keluarga Nawang Nehan.

***

Tiga puluh menit berdiri di depan pintu, Ayara merasakan semakin nyeri pada kedua kakinya. Begitu juga dengan punggung yang bekas pukulan tadi pagi. Ditambah, dia belum sempat konsumsi apa pun dari pagi. Kepala Ayara mulai berputar. Kedua matanya berkunang-kunang.

"Nona, kamu baik-baik saja?" Cashel yang baru datang dari luar, melihat keadaan Ayara. Gadis itu sudah tidak menjawab, tubuhnya limbung. Cashel langsung menangkapnya, serta mengangkat tubuh itu, kemudian membawanya pergi dari sana.

Pria itu membawa Ayara ke ruang pengobatan, dan membaringkan tubuh gadis itu di ranjang yang tersedia.

"Siapa kamu? Kenapa berkeliaran pagi-pagi, dan begitu berani.” gumam Cashel lirih. “Hmmm karena kamu tidak mau menyebutkan namamu, mari memanggilmu dengan sebutan, Kelinci Liar,"

Ayara bergeming. Hanya dadanya yang terlihat bergerak naik turun secara teratur. Cashel menyelimuti tubuh gadis di depannya.

"Nama Kelinci Liar cocok denganmu. Kulitmu putih, kamu cantik, dan lincah seperti kelinci."

"Gistara, ha us. Aa .. iir" Tiba-tiba terdengar suara. Cashel dengan cekatan mengambil segelas air dari galon.

"Bangun, Kelinci Liar," Cashel menepuk-nepuk pipi Ayara. Perlahan Ayara membuka mata. Mengerjap, dan terkejut mendapati pria yang ditabraknya dua kali ada di depannya. Ayara berusaha duduk.

"Kenapa kita ada di sini?"

"Kamu pingsan di depan pintu." Cashel menyodorkan segelas air kepada Ayara. Namun gadis itu tidak memedulikannya, ia berjalan ke arah dispenser, mengambil gelas baru, lalu menuang air sendiri. Setelah itu dia kembali keluar kamar.

"Tunggu!" panggil Cashel, Ayara menghentikan langkahnya, "setidaknya, kamu mengucapkan terima kasih kepadaku."

Ayara kembali memutar tubuhnya, menatap pria di depannya, "kenapa? Aku tidak pernah meminta bantuanmu."

Usai berkata begitu Ayara langsung membalik tubuhnya kembali dan berjalan menuju ruangannya. Cashel tersenyum, lalu menggeleng pelan. Dasar kelinci liar tidak punya adab, gerutunya.

***

Dihyan dan Gayatri semakin gelisah. Keduanya merasa putus asa karena hingga jam tiga sore, Ayara belum juga datang. Gayatri mulai menitikkan air mata satu persatu, membayangkan Kyra putri tunggalnya akan dikirim ke rumah Nawang Nehan. Mereka tidak bisa menolak, karena terikat janji sejak Sembilan belas tahun yang lalu.

Saat itu, Nawang tahu, Dihyan dan istrinya adalah orang-orang yang jujur dan bertanggung jawab. Maka ketika Dihyan datang kepadanya, bermaksud meminjam uang untuk biaya kelahiran, Nawang mengikatnya dengan janji, seumur hidup mereka, akan menjadi pembantu di rumahnya. Juga menuruti semua perintah Nawang Nehan.

Selama itu, Nawang memperlakukan mereka dengan baik, royal, dan menjamin kesejahteraan ekonomi keluarga Dihyan. Memberi tempat tinggal tidak jauh dari rumah mereka, Nawang juga tidak pernah menuntut macam-macam. Dia hanya meminta, Dihyan merawat rumahnya, dengan baik, dibantu beberapa tenaga lainnya. Sedangkan Gayatri, mengetuai urusan makanan keluarga mereka.

Hari ini, setelah sembilan belas tahun berlalu, Nawang, meminta Dihyan menyerahkan putri tunggalnya untuk menemani putra sulung mereka. Hati Gayatri terasa hancur.

"Tidak ada pilihan, kita terpaksa mengirim, Kyra." bisik Dihyan.

"Sia-sia kita membesarkan Ayara di rumah ini, anak laknat itu tidak tahu diuntung!" umpat Gayatri. Awas kamu Ayara. Kamu akan membayar pengkhianatanmu ini. Aku akan membuatmu menderita seumur hidupmu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 44. Menjebak Putra Kedua

    Seorang pelayan yang sejak tadi menguping di depan pintu kamar Rhys Victor, langsung terperangah. Jadi benar kecurigaan, Among?Pria bodoh itu..., senyap. Hanya ada suara ketukan beberapa kali dari dalam kamar. Gadis pelayan itu menduga, itu pasti suara benturan gelas Rhys saat diletakkan di meja. Pelayan mematikan ponselnya. Kemudian memasukkan benda pipih itu ke dalam saku rahasianya, yang paling aman dari jangkuan.Pelayan itu mengetuk pintu.“Tuan, apakah Anda membuthkan bantuan?” Senyap, tidak ada jawaban. Pelayan itu tersenyum.Dasar penjahat! Kamu akan menuai buah perbuatanmu sendiri!Dua hari yang lalu, sebelum ia dikirim menjadi pelayan di penginapan ini, ia sedang kebingungan karena tidak memiliki tujuan jelas. Tidak memiliki uang dan tempat tinggal.Tiba-tiba seseorang memanggil namanya dengan lembut. Saat dia menoleh, di depannya seseorang yang sangat dia kenali. Orang yang seketika membuatnya tersenyum bahagia, karena mengira akan memiliki harapan untuk bertemu dengan sos

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 43. Kematian Arlo Raynar

    Menyaksikan sahabatnya hanya diam dalam keadaan tertuduh, Yudha merasa heran. Segera didekatinya Cashel dengan penuh tanya, “Kamu tidak ingin mencegahnya, Cashel?”Cashel tidak menjawab, sebagai gantinya, pria itu justru berbalik arah dan masuk ke rumah Yudha. Lalu duduk di kursi, dan meminta Yudha menjauh darinya. Cashel ingin sendirian. Hatinya terlalu sakit, untuk mencerna kenyataan.***Di dalam hutan, Ayara tidak berhasil menemukan jejak Arlo. Dia hanya menemukan, semak yang berantakan, dan patah di mana-mana. Ia bisa menyimpulkan, itu bekas perkelahian. Ada darah di mana-mana.Tidak bisa menemukan Arlo di dalam hutan, Ayara keluar dari sana. Dia sampai di sebuah pedesaan yang ramai dengan banyak orang yang melakukan aktivitas.Seperti kehidupan di pedesaan umumnya, ada yang pergi ke pasar untuk menjual hasil panen mereka. Ada juga yang membawa peralatan bercocok tanam di ladang.Ayara melangkah dengan kecepatan di atas rata-rata. Sesekali bertanya, di mana ada penginapan. Banyak

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 42. Balas Dendam Cashel

    "Aku juga membutuhkanmu, Ayara. Sangat."Ayara bergeming. Andai saja bisa, dia ingin membagi tubuhnya, untuk Arlo dan Cashel.***Arlo menerima telepon dari Among saat sedang berdua dengan Ayara. Walaupun sangat ingin bisa lebih lama bersama dengan gadis yang lama ia cari, dan baru dipertemukan itu, ia terpaksa pamit untuk pergi. Ada hal penting yang harus mereka lakukan."Jangan ke mana-mana, aku akan menjemputmu setelah ini," pinta Arlo kepada Ayara. Ayara tidak menjawab, karena hatinya tahu sekali, dia harus bersama Cashel, meskipun sangat ingin kembali bersama Arlo.Cashel tidak memiliki siapa siapa lagi selain dia. Sedangkan Arlo, masih memiliki ayah yang sangat menyayanginya. Memiliki banyak anak buah, dan teman. Meskipun Ayara tidak pernah melihat Arlo bersama temannya, selain Among. Arlo juga masih memiliki semua kemewahan hidupnya. Bahkan pelayan kamar yang baru, jika pria itu menginginkan. Sedangkan Cashel, bahkan kartu ATMnya pun dibekukan. Ke depannya Cashel harus berjuang

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 41. Sebuah Nama Pemberian

    Ayara duduk di atas potongan pohon kelapa sawit tidak jauh dari rumah Yudha. Kedua matanya menatap kalung yang menggantung di tangannya. Benda yang selama belasan tahun menemani hidupnya. Sisa kenangan masa lalunya. Usianya baru empat tahun saat itu. Dia sedang bermain dengan teman-teman di dekat rumahnya, ketika sebuah mobil melintas dan hampir menabraknya. Mobil itu tidak tahu jika ada anak kecil yang sedang menyeberang di jalurnya. Untungnya, ada tangan kecil lainnya yang menarik tubuh anak itu, sehingga anak itupun selamat. "Anak kecil kenapa kamu mainan di jalan sendirian," tanya penolongnya, yang tidak lain adalah anak lelaki, berusia sekitar sepuluh tahunan. "Tadi aku sama teman-teman, Kak. Tapi mereka larinya cepat sekali," jawab anak itu lugu. "Ah gitu…, ayo Kakak antar, di mana rumahmu?" "Tidak. Ibu bilang aku tidak boleh ikut orang asing," "Hahaha, kakak bukan orang asing, tetapi kakak adalah penolongmu." jawab anak lelaki itu. Anak kecil itu menatapnya. "Apakah Kaka

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 40. Tekepung, Puanglah Hyuna Sada

    "Aku harus pergi," ucap Birdella seraya membalikkan tubuhnya, lalu meninggalkan Arlo yang menatapnya tanpa ekspresi. Arlo sangat paham, gadis itu berusaha menghindari pertanyaannya. Tingkahnya memang seperti itu dari dulu. Lucu dan menggemaskan. Namun Arlo tidak pernah tertarik untuk menggodanya. Seperti yang dilakukan Cashel dan banyak orang terdekatnya.Arlo melanjutkan langkah. Mengabaikan Among yang tersenyum menyaksikan tingkah Birdella."Gadis itu benar-benar polos," gumam Among."Tidak. Dia menyimpan rahasia," balas Arlo."Maksud, Tuan?""Mari kita lihat nanti, apa yang sudah dilakukan gadis yang katamu polos itu." Among tidak menjawab apa-apa lagi. Ia dengan sigap mengikuti langkah Arlo menuju kediamannya."Jadi bagaimana rencana kita selanjutnya, Tuan?""Kirimkan dua intel terbaik kepadaku, setelah itu kita pergi mencari Hyuna Sada.""Apa? Bukankah Hyuna sudah meninggal, Tuan?""Tidak, yang meninggal adalah Gistara, sahabat Hyuna Sada." Arlo menjawab dengan mantap. Langkahnya

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 39. Undangan Tanasiri

    Among mulai gelisah. Sudah satu jam Arlo mengunci diri di dalam kamar Ayara. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan bossnya sejak dia mengabdi kepadanya, selama hampir dua puluh tahun. Among dapat merasakan, Arlo seperti merasa kehilangan atas kepergian Ayara. Kali ini Among yakin sekali, perasaan Arlo bukan lagi sekadar antara majikan dan pelayannya. Namun dia masih tetap menahan diri untuk memastikan itu. Ragu, tangan Among mengawang, hendak mengetuk pintu, tetapi takut mengganggu.Di dalam kamar Ayara, tangan dan tubuh Arlo bergetar hebat. Pandangannya membulat demi melihat apa yang dia temukan di bawah bantal Ayara. Tadinya dia hanya penasaran dengan pisau kecil yang dilihatnya di samping bantal. Arlo ingin memastikan, benda yang selalu terselip di rambut Ayara itu sekuat apa. Selama ini Arlo bukan tidak tahu, Ayara selalu membawa senjata tersebut ke mana-mana. Bahkan ketika masuk rumah dan kamarnya. Tetapi Arlo tidak melarang, dan tidak pernah menyinggung hal itu. Bagi dia, itu buka

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 38. Luka Hati Anak Tiri

    "Kita mau ke mana, Cashel?" Ayara memeluk erat pinggang Cashel yang menyetir motor dengan kecepatan maksimal. Mereka sudah empat jam perjalanan, dan sudah jauh meninggalkan desa. Dua kota juga sudah mereka lintasi. Hanya berhenti sebentar untuk membeli makanan dan minuman."Kenapa? Kamu capek?""Tidak. Kamu yang seharusnya istirahat," balas Ayara."Aku masih sanggup," balas Cashel, "kita juga belum boleh berhenti, karena polisi pasti sudah menyebarkan informasi ke beberapa kota terdekat."Ayara mengangguk, dalam hati ia merasa sedih karena harus melibatkan Cashel dalam masalahnya. Sementara Cashel sendiri memiliki masalah yang lumayan berat berkaitan masa depan hidupnya.Malam semakin merayap. Ayara dan Cashel berhenti di sebuah rumah sederhana di pinggiran hutan. Tubuh keduanya sudah sangat letih, ketika seorang pria dengan perawakan tinggi besar menyambut keduanya. Itu adalah salah seorang sahabat Cashel yang dulu pernah peroleh bantuan darinya. Malam itu mereka menginap di rumah te

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 37. Buronan

    Cashel benar-benar merasa geram ketika melihat motor dan mobilnya telah dirantai dengan kuat di garasi miliknya. Dia tidak pernah menyangka Nawang Nehan ayahnya benar-benar tega melakukan ancamannya. Bahkan di saat duka kehilangan ibunya belum hilang dari hati Cashel.Ditariknya rantai itu dengan penuh kemarahan, namun benda itu sama sekali tidak bergerak."Siapa yang melakukan ini?" Teriaknya. Penjaga Gerbang Dalam tergopoh mendekati."Siapa yang melakukan ini?" ulang Cashel seraya meraih kerah baju penjaga yang mendekatinya."Saya sungguh tidak tahu, Tuan," jawab penjaga dengan napas tersengal."Bagaimana kamu tidak tahu, sedangkan kamu yang berjaga di sini?" Cashel melepaskan cengkeramannya dengan kasar. Penjaga terjatuh beberapa langkah ke belakang."Maafkan saya, Tuan, saya sungguh tidak tahu," gumamnya sekali lagi, seraya menggeleng pelan.Sama sekali tak terlintas di benak Cashel, ayahnya yang selama ini bersikap lembut kepadanya dan kepada semua anak-anaknya, kini bisa sejahat

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 36. Misteri Kematian Hyuna Sada

    PART 35. Misteri Kematian Hyuna Sada Ayara melepas tatapan penuh kebencian kepada Arlo. Hatinya sungguh terluka, pria itu sama sekali tidak pernah bisa menghargai perjuangannya, yang sudah berusaha totalitas melayaninya. Dia tidak pernah menyangka, ternyata selama ini Arlo hanya memandangnya tidak lebih dari seorang budak belian jaman dahulu kala. Yang tidak mengapa dimiliki dan dilepas kapanpun dia mau. Sekuat tenaga Ayara menahan air matanya, agar tidak menetes di depan pria, yang mulai detik itu, akan dia anggap sebagai musuh terbesarnya. Selamanya. Ayara berjalan mengikuti langkah polisi, yang membawanya dengan kedua tangan diborgol. Tak dipedulikannya bisik-bisik beberapa pelayan yang melihat kejadian tersebut. Saat mereka hampir keluar dari Gerbang Dalam, sebuah suara memanggil nama Ayara. Mereka berhenti sebentar, untuk memberi kesempatan sosok yang memanggil itu mendekat. “Apa yang terjadi?” Gemetar suara itu bertanya. Dia tidak percaya anak yang dulu dia rawat dan besarka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status