Share

BAB 2 OTORITER

“bisa saja dia bukan laki-laki yang baik” ucap Pak Manager sambil menarik tuas rem

“ pak manager tau dari mana? Dia teman saya pak! Bapak tidak boleh seenaknya seperti ini” kesal

“jika dia laki-laki yang baik, dia tidak akan membiarkan kamu menunggu dijalan”

“tapi saya tidak merasa keberatan kok pak, kenapa ini jadi masalah untuk Bapak?”

“dia tidak seharusnya membiarkan wanita sendirian dijalan”

“Pak, Bapak tidak tau apapun dan saya tidak sedang dikantor. Tolong jangan atur-atur saya!”

Seketika suasana hening, aku melihat beliau memandangku sepintas dan melanjutkan perjalanan karena lampu merah sudah berganti. Aku memeriksa HP-ku untuk whatsapp Bagas dan meminta maaf, sungguh Pak Manager kali ini sangataneh dan menyebalkan. Untung saja Bagas mengerti dan tidak marah saat aku tinggal begitu saja karena ulah Pak Manager.

Aku lempar pandanganku ke jalan, iya ini arah jalan pulang sedangkan aku meninggalkan motorku diparkiran kantor. Apalagi ini?

“Pak kenapa Bapak antar saya pulang? Saya ninggalin motor saya sama pak Danu di kantor”

“saya tidak mau lihat kamu keluyuran dijalan”

“maksud Pak Manager gimana sih? Aneh” ucapku sarkas

“apa kamu masih tidak mengerti? Sangat tidak baik pergi dengan orang asing yang baru kamu kenal, banyak terjadi kasus perampokan, pembunuhan dan pemerkosaan, kalau dia culik kamu bagaimana?!”

 Aku melepas beltset yang melekat pada tubuhku dan beranjak ketika mobil warna hitam itu benar-benar berhenti didepan pagar rumahku.

“Seharusnya Bapak sadar, Pak Manager sendirilah yang telah menculik saya! Selamat sore!”

Aku membanting pintu mobil itu, beberapa langkah aku masuk ke rumah dan belum sampai memegang daun pintu aku mendengar langkah itu menyusulku.

“Kenapa kamu terdengar sangat tidak sopan seperti itu Fii?”

“hufft, maaf Pak, saya juga punya alasan melakukan semua itu. Pak Manager juga tidak sopan sudah ikut campur urusan saya. Sudah, saya masuk dulu Pak, terima kasih!”

****

Keesokan harinya aku berangkat ke kantor bersama Pay karena motorku yang masih ada dikantor sejak kemarin. Jika ini adalah sebuah film romantis, mungkin Pak Manager akan minta maaf dan menjemput aku berangkat kerja sebagai gantinya. Hah! Jangan terlalu halu Fii. Sosok dingin itu tidak akan mungkin mempunyai sikap manis seperti itu.

Jam menunjukan 7:35 terlalu pagi untukku yang datang jam 8 lebih dan selalu telat. Dari jauh aku melihat Pak Manager berjalan dari area parkiran kantor, aku pura-pura tidak melihat beliau, malas. Aku menyusuri lobi kantor dengan roti selai kacang ditanganku, aku memang terbiasa sarapan sambil berjalan karena aku hampir setiap hari telat jadi memang tidak ada waktu sarapan dengan santai-santai. Aku memeriksa Hp-ku saat sampai dimeja kantor dan aku dapat chat dari Bagas yang membuatku berhenti memakan rotiku sesaat. Aku sangat asik dengan ponselku sampai tidak menyadari Mbak Nik yang sudah menyodorkan beberapa map penjualan yang harus segera aku periksa.

“Fii, jangan lupa diperiksa lho, ditunggu pak Bos jam 10 buat meeting sama client”

 Aku hanya mengacungkan jempol pada Mbk Nik seraya ia berlalu, namun sebenarnya aku tidak benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan Mbak Nik padaku. Aku masih asik dengan chat dari Bagas yang sedang membahas film yang akan tayang dibioskop.

“Nanti malem mau nonton gak kak?”

“... boleh lah, kebetulan aku belum ada rencana pergi”

“ oke, jam 7 malem aku bakal jemput kamu, aku lihat dulu jadwal film-nya...”

“...sip!”

            Kusantap kembali rotiku yang tersisa, minum dan ku lihat jam dinding besar warna hitam diseberang bilik mejaku. Pukul 9:48, what the ---- !!! aku melihat tiga map yang belum kusentuh sama sekali dan jam 10 aku harus berikan ke Pak Manager. Ya Allah!!! Bisa-bisanya gue!!! Aku mengutuk kebodohanku sendiri, sambil ku lirik ruang pak Manager dengan kaca besar disebrang sana. Sial aku benar-benar tidak bisa konsentrasi apalagi dalam keadaan panik, tanganku pasti langsung basah berkeringat. Gak! Gak mungkin kelar dalam waktu 10menit aja!!! Siall...!!!

“Fii, udah kelar belum? Kamu telat 5 menit lhoo”

“bentar Mbak”

“Fiani, bawa laporan penjualan ke ruangan saya sekarang” Pak Manager dari pintu ruangan

Tak ada jawaban dari aku.

“...Fiani?”

f*ck! Gak bisa. Aku menutup wajahku, tanganku berkeringat. Aku bangkit dari kursiku dan memeluk map yang belum selesai aku kerjakan. Berjalan ke arah ruangan dengan pintu kaca buram, kubuntuti sosok tinggi berkemeja putih dengan lengan tersingsing itu, wangi parfum beliau yang strong sama sekali tidak memecah ketakutanku. Saat masuk ke ruangan beliau, suhu rungan benar-benar lebih dingin dari Indomart. Beliau duduk dan meletakan kacamatanya, aku duduk disebrang meja kuserahkan map itu dengan tangan bergetar.

“how are you? kamu pagi ini berangkat kantor dengan siapa?”

“e...em dengan P-Pay dari divisi 1 Pak”

“baik, bukan masalah ya” mulai membuka map

“Maaf pak“

“iya?” memandangku

“t-tapi laporan itu belum selesai saya periksa”

            Damn! Kelarlah hidupmu Fii. Aku ingin kabur dari ruangan ini, selama satu tahun lebih aku bekerja belum pernah melakukan kesalahan separah ini. and here we go... Aku melihat map hijau itu dibuka secara acak oleh beliau, raut wajah beliau berubah menandakan kecewa. Bruakkkk... di lempar map hijau itu memecah keheningan, dengan kertas-kertas didalamnya berhamburan keluar sampai ke lantai.

“FIANI! PAGI INI SAYA MINTA APA SAMA KAMU...?!”

“... laporan penjualan yang sudah diperiksa Pak” cicitku

“MANA?!... apa yang kamu lakukan pagi ini?!! saya tidak suka karyawan yang tidak disiplin seperti ini!!”

“maaf Pak” aku ambil kertas-kertas yang berhamburan itu.

“siang ini laporan itu saya butuhkan untuk meeting harusnya sudah selesai!! Tapi mana??”

            “m-maaf Pak saya mohon berikan saya 1 jam lagi untuk periksa laporan ini, saya minta maaf” Aku tidak berani mengangkat kepalaku

“ck! jam 11 harus sudah ada dimeja saya, dan segera kamu keluar dari ruangan saya”

            Aku membungkuk dan segera keluar dari ruangan tersebut dengan hati ingin meledak, aku berjalan menuju mejaku dengan diiringi pandangan Mbak Nik, dan Pay yang memasang wajah kasihan padaku. Suara Pak Manager galak itu pasti terdengar sangat jelas dari luar ruangan. Aku memberikan senyum datar pada mereka, aku duduk dan mulai membuka kembali laporan yang beberapa bagian sudah kusut. Aku bernafas dengan berat, tenggorakan tercekat, mataku sangat panas dan air mataku jatuh. Pak Manager galak sekali, dalam hatiku. Sambil terus berusaha konsentrasi dengan tenggang waktu yang sangat sedikit. Jika belum selesai aku akan skip makan siang untuk menyelesaikan laporan ini.

*****

            Jam menunjukan pukul 3:23 sore, perutku sangat lapar, aku meneguk air dari botol, aku berjalan ke dapur kantor, menyeduh energen untuk mengobati rasa laparku. Siang tadi aku melewatkan makan siang karena laporan yang harus aku koreksi memakan waktu lebih lama. Aku kembali ke mejaku, disana aku melihat Pak Manager berdiri disebelah mejaku, aku membawa mug panas dengan sedikit tergesa-gesa yang membuatnya isinya tumpah ke tanganku.

“aakhh”

“kamu jangan ceroboh, ada apa denganmu?!”

            Pak manager menarik beberapa lembar tisu untuk mengelap dan menutup tanganku yang terkena air panas. Sial, karena terlalu lapar membuatku oleng, membawa mug saja harus tumpah dan haruskah di depan Manager galak ini juga?

“revisi laporan kamu, harus selesai hari ini, kalau perlu kamu lembur”

            Whattt....?! dia berbicara seperti itu dan pergi begitu saja. Aku benar-benar mengutuk map hijau ini. Aaakkhhh.....!!!

*****

            Kantor sangat sepi, karena semua temanku sudah pulang jam 4 sore tadi, tersisa aku dan Pak Manager yang terdengar masih sibuk dengan zoom meetingnya. Jam menunjukan pukul 5:33 sore, aku tidak bisa menahan rasa laparku yang sudah mulai terasa menyakitkan. Aku lupa, mungkin aku bisa delivery order. Aku meneguk botol air mineralku dan tangan kiriku scrolling HP.

“Fiani ikut saya”

            Dari belakang ku Manager galak itu mengintruksi, hampir saja aku tersedak air. Ya Allah apalagi ini...? keluhku dalam hati. Aku mengikuti langkah beliau, ingin sekali aku mengeluarkan sumpah serapah pada manusia tinggi yang ada didepanku ini. Sampai di dapur kantor beliau terlihat berdiri sedang membuat teh disamping dispenser.

“biar saya saja pak”

“tidak usah kamu duduk saja”

            Didepanku sudah ada beberapa kotak makanan, tanganku reflek mengambil kotak tersebut dan membukanya. Astaga! Lupa...

“ayo dimakan, aku beli beberapa menu karena aku tidak tau kamu suka makanan apa, semua saya belikan buat kamu” menyodorkan teh hangat dengan tangan kanannya.

            Aku memandangi kotak makanan dengan ayam saus teriyaki favofitku, tidak kuat lagi aku harus makan. Aku segera mengambil sendok plastik itu dan memakan makanannya. Pak manager yang duduk disebrangku dengan perlahan meminum teh dan sesekali memandangku, untuk beberapa detik padangan kami bertemu tapi aku langsung membuang tatapanku. Pak manager mengeluarkan kotak warna putih dari balik lemari dapur disana.

“coba lihat tangan kamu yang terluka?” beliau mengeluarkan beberapa obat dan handuk kecil

“saya baik-baik saja pak”

            Pak Manager menatapku tajam dan seketika aku mengulurkan tangan kiriku yang terdapat luka melepuh disana. Beliau membersihkan tanganku sebentar dan mengoleskan salep entah apa itu yang awalnya sakit menjadi terasa dingin.

“maaf untuk hari ini, kamu harus skip makan siang. Maaf juga untuk respon saya yang berlebihan tadi siang”

            Tangaku masih dipegang Pak Manager, aku mencoba menariknya perlahan namun beliau menahannya. Beliau memandangku tanpa mengucapkan sepatah apapun, aku menghentikan makanku.

“pak, tangan saya”

“menurut kamu apa saya terlalu kaku jadi laki-laki?”

Hellowwww... Ya iyalah pak, Bapak itu galak sekali pemarah, dingin, bicaranya mengintimidasi dan sarkastik. Kenapa masih tanya..??!! aku mengomel dalam hati.

“... sedikit”

“sudah lama saya ingin mengobrol berdua sama kamu seperti ini Fii”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status