Share

TERPAKSA
TERPAKSA
Author: Hello Vey

BAB 1 FIRST MEETING

Hari senin selalu melelahkan. Aku banting tubuhku diatas ranjang dengan tubuh masih terbalut kemeja kerja putih yang sudah kusut. Ku lihat jam berwarna putih di dinding.

“... ahh setengah 8”

Aku duduk ditepi ranjang, masih mengumpulkan niat untuk berdiri. Sepintas ku lihat layar Hp-ku dengan notifikasi yang muncul disana. Ok! besok meeting lagi. Aku menyesal telah membuka notif itu. Aku tidak suka hari senin.

******

Keesokan harinya ketika jam menunjukan pukul 4 sore aku duduk diluar kantor dengan botol air mineral. Aku mendengar teman-teman yang bercanda yang sesekali aku seling. Sore ini mendung tapi tak hujan.

“lagi musim banget ya sepedaan, sampe semua orang sepedaan”

Pay menghisap rokoknya sambil mengarahkan kamera handphone nya pada sekumpulan orang yang mengayuh sepeda nya di sebrang jalan.

“asik lho sepedaan” sambil ku teguk air dalam botol

“lu punya sepeda Fii?”

“Enggak lah”

“hmmm, kirain lu punya, pake gaya-gayaan bilang asik”

Aku hanya memamerkan deretan gigiku pada partner kantorku itu. Tak lama kami berpisah untuk pulang. Aku menaiki motor matic-ku pelan, benar saja banyak sekali orang bersepeda disore hari, mungkin memang sedang musimnya. Tak begitu jauh dari kantor, aku berhenti disebuah toko buah, aku membeli beberapa buah jeruk. Aku melihat beberapa orang di depan sebuah distro, mereka duduk dibawah pohon dengan sepeda yang berjajar rapi disamping mereka, sesekali mereka berfoto. Mereka seperti tidak asing bagiku, jauh aku mengingat siapa dari beberapa orang disana. Tak sengaja satu dari mereka melihatku yang sibuk memandangi mereka, ia tersenyum dan langsung memamerkan giginya padaku. Seketika aku salah tingkah dan segera ke kasir buah untuk bayar dan pergi dari sana.

***

Namaku Fiani, aku seorang karyawan swasta umurku 25 tahun, aku seorang yang sedikit pendiam dan tidak banyak bergaul dengan orang banyak. Namun aku punya beberapa teman disekelilingku dan sangat perhatian padaku dan aku suka sekali warna biru.  

***

Ini jum’at malam, besok hari sabtu. Aku ingat tanggal 14 April adalah hari ulang tahun Manager kami, seperti tahun-tahun lalu kami pasti merayakannya. Dan tepat saja aku dapat undangan makan malam dengan semua teman-teman divisi-ku dikantor besok jam 7 malam. Gak lama aku dapat whatsapp dari teman kantor yang 1 divisi denganku.

Cindy :

Fii, lu dapet undangan Pak bos kan? Beli apa lu buat dia?

Me :

Aku juga baru dapat undangannya, gatau juga mau ngasih apa buat Pak bos

Cindy :

Tahun lalu lu ngasih sendal ya, tiap hari masih dipake kalo di luar kantor, keren banget lu, goki lsekali ngasih sendal jepit wkwkwk

Me :

Ahh udah lu diem, malu gw kalo inget itu L

            Seketika aku ingat waktu itu disebuah cafe yang cukup ramai terkenal, dihadapan teman-teman semua aku memberikan sepasang sandal untuk Manager berusia 32 tahun itu. Aku lupa kenapa memilih sandal jepit untuk hadiah seorang Manager, seisi ruangan itu tertawa saat Pak Manager  membuka kado dariku. Aku sangat malu sekali.

***

            Jam menunjukan pukul 2:15 siang, mendung sekali di luar. Aku cepat-cepat keluar dari parkiran kantor untuk pergi ke sebuah distro yang tidak jauh dari kantor. Karena hari sabtu kantor tutup jam 2 siang, aku punya waktu untuk pergi cari hadiah untuk Pak bos. Setiap aku mencari kado untuk Pak Bos, aku selalu bertanya-tanya, kenapa seorang Manager harus merayakan hari ulang tahunnya seperti anak kecil.

            Sial sekali hujan turun ditengah jalan. Aku sampai di distro yang tidak jauh dari kantor, aku memarkir motorku asal-asalan dan masuk kedalam distro itu dengan cepat.

“selamat datang”

Sapa seorang penjaga distro itu, aku tersenyum sambil mengusap lenganku yang basah karena air hujan.

“sepatuku agak basah tidak apa-apa ya”  aku menghentak sepatuku ke karpet yang terdapat didepan pintu

“ohh gak apa-apa kak, diluar hujan lumayan deras ya”

Aku menangkap pandangan kepada cowok tinggi berkaos hitam dan  celana berwarna abu-abu se lutut dengan name tag “Bagas” . Ia tersenyum ramah semenjak aku masuk dari pintu depan store tersebut.

“ mau cari apa kak bisa aku bantu?”

“...emm, aku mau cari kaos”

“ mau brand apa kira-kira?” mengarahkan aku ke deretan kaos yang berjajar

“aku buat kado aja sih, kira-kira yang cocok brand apa ya”

“ini aja kak, kebetulan kita ada diskon 20% untuk minggu ini, jadi cocok lah”

“boleh bantu pilihkan?”

“ bisa, bisa banget kak”

            Cowok tinggi dengan rambut jatuh itu terlihat sibuk memilih beberapa lembar kaos, tak berapa lama ia kembali dan menghampiriku. Matanya sayu, hidungnya mancung, kulitnya bersih walau tidak seputih cowok-cowok korea dan senyum selalu ada dibibirnya.

“ini kak” memeperlihatkan beberapa kaos yang diambil

“aku lebih suka yang putih, ukuran L ada kan?”

“ada kak, jadi diambil ya”

“...ok”

“buat cowoknya ya kak?” Ia sambil merapikan beberapa kaos

            Aku tersenyum tipis dan menggeleng, aku melangkah ke arah kasir dan membayar kaos yang sudah aku pilih. Aku menenteng paper bag itu menuju pintu untuk keluar, langkah kaki-ku terhenti di luar teras store itu. Hujan deras, seperti tidak ada celah untuk menyela. Aku putuskan untuk menunggu. Pasti tidak akan lama, pikirku.

            Aku melihat jam menunjukan pukul 2:45 sore, masih ada banyak waktu untuk ke jam 7 malam. Kling, aku mendengar suara pintu store itu dibuka.

“kak masih hujan deras, ditunggu didalam aja gapapa ” Cowok ber-name tag Bagas itu keluar menghampiriku.

“gapapa, sebentar lagi juga reda”

“... emm, btw kakak itu yang tempo hari di toko buah sebelah itu gak sih”

            Aku memandang wajah cowok yang tidak jauh dari ku itu lekat-lekat, aku sedikit mengingat hari dimana aku membeli buah beberapa hari yang lalu. “... ohh, iya aku ingat”

“ heheh... aku yang senyum waktu itu, didepan sini sama temen waktu itu...”

“... ahh, iya-iya “ terenyum sambil sedikit mengingat

            Drrrttt ddrrrtt drrrtttt....

Belum sempat ia berucap lagi HP-ku bergetar, aku langsung menjawab telpon yang masuk itu. Anisa temanku menelpon minta dijemput karena ada masalah, tanpa berpamitan aku langsung menerobos hujan untuk menghampiri temanku itu. Sekitar 10 menit aku sampai di store tempat temanku berkerja, ia menghampiriku dengan wajah murung dan minta aku untuk mengantarnya pulang. Benar saja ia ada banyak masalah dengan atasannya yang membuatku tertahan di kost-an nya untuk beberapa jam untuk menemaninya curhat seperti biasanya.

***

Aku melihat jam yang ada di tanganku, jam menunjukan pukul 8:45 malam. Aku sempat tertidur di kost-an Anisa, aku lupa dengan acara malam ini.

“Fii, tadi HP kamu bunyi terus. Gue mau bangunin lu sih, tapi lu tidurnya pules  banget”

“hufftt”

            Aku menyeka rambutku, dan aku buka chat itu satu per satu. Iya, dari Cindy, dari Pay, dari Mbak Nik juga banyak sekali riwayat panggilan tak terjawab dari mereka. Aku menemukan satu nama yang berbeda masuk, Pak Manager.

“Anisa, gw balik dulu ya, entar WA aja kalo ada apa-apa”

“thanks ya Fii, lu tiati dijalan”

“... ok, bye”

            Aku menuju cafe tempat acara ulang tahun Manager itu diadakan. Aku masuk dan sempat aku tanya pada waiters disana, benar saja acaranya sudah selesai sekitar setengah jam yang lalu. Aku keluar dari cafe dengan pikiran buyar dan terduduk, malam ini dingin sekali dan sialnya jaketku juga basah karena hujan-hujanan tadi sore. Aku masih memegangi paper bag hadiah untuk Pak Manager yang beberapa bagiannya koyak karena air hujan, untung saja masih ada plastik didalamnya. Aku memeriksa Hp-ku, aku melihat Pak Manager itu baru saja mengunggah foto di whatsapps stories suasana meja kantornya.

Pak Manager ada dikantor sekarang.

Tanpa pikir panjang aku menaiki motorku ke arah kantor yang juga tidak jauh dari cafe tempat acara itu diadakan. Benar saja aku masih melihat mobil HRV hitam di parkiran kantor. Aku masuk ke kantor dan langsung saja aku menuju ruangan beliau, langkah kakiku terhenti, aku masih mendengar beliau berbicara via zoom, mungkin saja masih meeting dengan client dari luar negeri. Aku memutuskan untuk menunggu saja, duduk di sana beberapa lama. 10 menit, 20 menit, 30 menit sampai hampir satu jam aku mondar-mandir dan duduk tidak juga aku mendengar mereka berhenti bicara. Aku capek. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, tak terhitung berapa kali aku menguap. Tiba-tiba pimtu kaca dekatku duduk terbuka.

“Kamu tidak pulang?”

“.... eh?”

Aku menengok ke sebelah kiri tempat aku terduduk dilantai, didepan pintu ruangan beliau. Beliau tidak memintaku untuk bangun atau apa, beliau malah ikut duduk di sebelahku begitu saja.

“kamu sudah berapa lama disini?”

“hampir satu jam Pak”

“maaf saya masih ada meeting tadi, agak lama”

“iya gapapa. Pak, saya minta maaf tadi tidak hadir diacaranya. Selamat ulang tahun buat Bapak”

“gapapa, terima kasih. Kamu dari mana tadi?” Pak Manager melepas kaca mata dan memakainya lagi

“dari kost-an teman dan ketiduran hehe”

“saya tadi telpon kamu, tapi kamu tidak menjawab”

Aku terdiam, beliau mengarahkan Hp yang dipegang-nya dengan nama-ku didalam daftar riwayat panggilan itu. Aku tersenyum datar, mataku tertuju pada raut wajah laki-laki tepat hari ini berusia berusia 32 tahun itu. Wajahnya terlihat lelah, rambutnya berantakan, matanya sayu terbalut kacamata minus lessframe. Beliau memang menawan dan kharismatik, dibalik jam kerjanya yang begitu hectic, sifatnya yang perfectionist dan sangat dingin ke karyawan dibawahnya seperti  semua itu tidak aku temui saat ini, beliau berbicara sangat lembut dan menunjukan perhatiannya padaku. Ketika beliau meluruskan kakinya, aku lihat beliau memakai sandal jepit yang aku berikan satu tahun lalu dihari yang sama dengan hari ini.

“saya minta maaf Pak, tadi saya tertidur”

Tersenyum “... ohya kamu bawa apa itu?” menunjuk paperbag didekatku

“ohh, ini buat Bapak, maaf sedikit rusak karena air hujan”

            Aku melihat wajahnya sangat antusias saat aku memeberikan paperbag itu padanya seraya berucap terima kasih padaku.

***

            Minggu pagi, aku membuka mataku saat jam menunjukan pukul 8 pagi. Aku mengingat semalam aku pulang larut, dan aku ingat dimana aku berbicara banyak dengan Manager-ku itu, hal sangat jarang  dan seperti mustahil terjadi jika aku mengingat bagaimana beliau saat jam kerja. Aku tersenyum sambil sedikit mengucek mata-ku, berjalan ke kamar mandi sebentar untuk mencuci wajahku dan pergi ke dapur setelah itu kembali ke kamar dengan segelas air ditangan kiriku. Aku mengambil HP yang aku geletakkan di lantai bersama tas kerjaku semalam. Aku mendapat beberapa pesan, aku meneguk air dari gelas itu. Ada nama Pak Manager disana

Pak Manager :

Selamat pagi J

Saya suka sekali dengan hadiah dari kamu, langsung saya pakai jogging pagi ini. terima kasih ya..

(picture)

Me :

Baik Pak, sama-sama J Have a nice Sunday...

            Si Pak Manager itu meng-capture dirinya yang sedang jogging dengan kaos yang aku berikan sebagai hadianya kemarin. Lagi aku membuka pesan dari akun Instagram-ku, aku mendapat DM dari akun yang tidak aku kenal. Namun namanya seperti tidak asing, benar itu dari cowok penjaga distro kemarin.

Direct Messages

id.bagas : Hallo kak, masih ingat aku ya J

sunfi.ni : Hallo... ya ingat, kamu yang ada distore kemarin ya..

id.bagas : yup, aku boleh follow ya kak J aku boleh panggil siapa nih?

sunfi.ni : panggil aja Fiani, atau Fii ajah... iya boleh nanti aku follback J

            Aku cukup asik chat dengan cowok yang aku temui di store kemarin itu via DM, kami sangat nyambung, dia juga baik dan ramah. Namanya Bagas, dia bekerja part time sebagai penjaga distro “Red Sun distro” dan ternyata dia baru berusia 20 tahun, jauh dari anggapanku yang aku kira dia sudah berusia 27 tahun. Haha, iya namun dia tetap ngeyel jika dia sangat bangga punya wajah yang terlihat dewasa dan cenderung tua walaupun dalam kenyataanya usia dia sedikit jauh dibawahku.

            Singkat cerita Bagas mengajakku untuk bergabung dengan teman-temannya untuk bersepeda, aku menolak karena tidak ada punya sepeda, namun dia bersikeras dan bilang akan menjemputku sore ini di dekat alun-alun kota.

****

            Jam menunjukan pukul 16:00 sore hari, aku duduk dikursi taman dekat jalan yang menghadap langsung ke alun-alun kota. Sore itu sangat ramai dan aku mungkin satu-satunya yang terlihat sendirian. Aku menunggu sekitar 10 menit ketika sebuah mobil berhenti  didepanku.

“Pak Manager?”

“Hay, kamu kenapa disini sendirian?” turun dari mobil

“s-saya tunggu teman Pak, dia udah dijalan menuju kemari”

“cowok?”

“... iya”

            Tak berapa lama Bagas datang dengan sepeda warna biru tua, memarkir sepedanya dibahu jalan dan langsung melambaikan tangan, dia berjalan setengah berlari ke arahku. Pak Manager terlihat memperhatikan Bagas yang berjalan mendekat dan melihatku secara bergantian. Tiba-tiba Pak Manager menatapku tajam yang membuat pandanganku padanya terhenti. Seketika Pak Manager memposisikan dirinya disebelahku.

“ Hallo...” sapa Pak Manager pada Bagas

Bagas terlihat bingung begitupun aku yang merasa aneh dengan kelakuan Managerku itu. Pak Manager manjabat tangan Bagas dan memperkenalkan diri. Percayalah, beliau terlihat seperti sedang menjabat tangan client secara resmi.

“Pak, ini Bagas teman saya..” aku coba memperkenalkan Bagas pada Pak Manager

”Hallo, saya rekan kerja Fiani. Terima kasih ya sudah datang” senyum Pak Manager terlihat kaku

“Bagas, teman aku Fiani..” Bagas tersenyum dengan ringan

“oh baik, kamu kesini untuk ajak Fiani pergi ya tapi saya disini mau jemput Fiani ada hal yang perlu diurus”

What...???

Aku melongo mendengarnya. Aku tidak merasa punya janji apapun ataupun mau mengurus sesuatu dengan beliau. Belum sampai aku membuka mulutku untuk bicara, beliau menarik tanganku dan berpamitan ke Bagas untuk pergi. Beliau membuka pintu mobilnya dan mengarahkan aku masuk, memakaikan beltset dan segera pergi dari sana.

“whatt?!!! maksud Pak Manager apa sih?!”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Charlotte Lee
menarik sih ceritanya.. mau follow akun sosmed nya dong kalo boleh?
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
kayaknya bakal menarik nih,btw author bakal update tiap berapa hari yah..? author ada sosmed engga?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status