#Testpack62Bagaimana Kalau Kita Menikah?“Masyaa Allah, Aksa!”Sontak anak-anak menghentikan aktivitas menatapku lalu beralih pada apa yang kulihat.“Om Aksa …!”“Om Aksa …”Sefina dan Hanifa berlari menghambur, dan Aksa langsung memposisikan diri berjongkok siap menyambut anak-anak dalam pelukan.“Om, kapan datangnya?”“Om kemana aja, sich?”“Om, aku kangen, Om. Kenapa Om jarang menelepon?”“Om sudah berhasil usir dinosaurusnya, ya, makanay bisa ke sini?”“Om, aku punya mainan baru nanti kita buka bareng, ya.”Dan lelaki bertubuh kekar itu mengangkat kedua anak ini dengan tangannya yang kokoh di sisi kiri kanan pinggangnya.“Asyik kita digendong, Om lagi.” Mereka cekikikan bahagia sekali.“Apa kabar Sefina dan Hanifa? Om kangen juga sama kalian. Kangen super pake banget banget malah.” Matanya menatapi kedua bocah ini bergantian.Lalu mereka memeluk bahu Aksa berbarengan, Aksa mengelus punggung-punggung kecil dalam dekapannya itu. tatapannya sempat bertemu dengan tatapanku sesaat. Aks
#Testpack (63)Test Pack ART-ku -Tiga Hari Lagi Kita Ke KUA-Menikah?Aku diam tak menjawab, tapi berusaha mencerna ajakannya itu. Jadi maksudnya menikah dadakan minggu ini?“Maksudnya, Sa?”“Iya, nggak ada salahnya ‘kan, kita menikah siri dulu?”“Iya, itu nggak salah ….” Suaraku tertahan.Aku terhenyak. Nggak sebenarnya nggak ada salahnya. Bahkan aku bahagia dengan tawaranmu ini meskipun tiba-tiba. Tapi aku sedikit kaget. Harus siap dalam waktu seminggu ini. Apa bisa?“Rin?”“Enggak. Nggak ada salahnya, Sa. Tapi …. Sudahlah, nanti saja, Sa. Anak-anak belum tidur,” bisikku. Aku pergi ke kamarku. Entah kenapa aku ingin merenung sejenak. Aku tahu pernikahanku dengan Aksa memang sudah direncanakan, jika sesuai jadwal, dua bulan lagi. Tapi sekarang? Keadaannya berbeda. Rencana pda tanggal yang telah ditentukan dibatalkan. Keputusan keluarga pada waktu itu akhirnya menunggu Aksa pulang tugasnya selama dua tahun. Keluarga aksa pun sepakat. Tapi ajakan Aksa barusan, membuatku sedikit shock.
#Testpack (64)Test Pack ART-ku-Kita Pasti Menikah-“Sa, jangan membuat keputusan dalam keadaan emosi. duduklah sebentar, kita bicarakan baik-baik. Aku sayang kamu. Maaf, ini tak pantas aku ucapkan, apalagi oleh seorang wanita muslim. Tapi aku hanya ingin menunjukkan bahwa aku benar-benar serius denganmu. Tolong jangan begini, aku sakit.”Dia tetap melangkah menuju garasi.“Sa, please. Jangan pergi dulu, aku butuh berbincang denganmu. aku rindu.”Aksa menghentikan langkahnya. Memandangku. Aku tahu dia juga rindu. Bahkan mungkin ia sama sepertiku, ingin berbincang lama, sayangnya karena moment pertemuan tadi yang kurang pas, jadi seperti ini. Ya, siapa mengira pertemuan tadi harus ada Bang Saga.“Sini, duduk dulu, sebentar saja. Aku tahu ini sudah malam.”Aku mengambil posisi duduk pada ayunan putih di teras ini.Aksa duduk pada kursi teras di dekat kaca jendela kamarku.“Kita pasti akan menikah, Sa.”Hening. Hanya ada suara air mancur pada kolam di dekat kami. Juga kecil suara radio
#Testpack (65)Test Pack ART-ku ”Kita Menikah Sekarang,” Ucap Karin(65)“Terserah kamu saja. Aku nggak pernah berhubungan secara Berlebihan dengan mereka.”Sekali lagi ada panggilan video dari Mas Hangga.Benar saja, Aksa menarik ke atas tombol hijau panggilan video itu, lalu diarahkan ke kepadaku.“Sorry, Rin. Telepon malam-malam. Zayyan demam, pertolongan pertama yang harus dilakukan apa, ya?”Zayyan demam? Nampak seorang anak dibelakang Mas Hangga sedang tergolek lemah. Kenapa dia tidak menghubungi Refi saja. Refi ‘kan Dokter dan kekasihnya. Entah apa rasa hatiku, sebel tapi kasihan juga melihat wajah anak kecil itu.“Zayyan demam? Ada stock bye-bye fever nggak? Mbaknya Zayyan mana?”“Mbaknya lagi pulang kampung, besok pagi baru datang.”“Refi?”“Refi itu bukan istriku, masak iya jam dua belas malam ada di sini.” Nada suara Mas Hangga agak emosi. Ya Allah, sabar. Mungkin karena dia lagi stress saja Zayyan sakit.“Bawa ke UGD rumah sakit aja gimana?”“Maunya begitu, tapi siapa yang
#Testpack (66)Test Pack ART-ku -Ijinkan Saya Menikahi Anak Papa.-“Rin ...?”“Iya ….”“Ka-kamu, nggak salah bicara ….”“Enggak, Sa. Aku sempat memikirkannya dari rumah.”Ia diam. menatapku. “Ini bukan terpaksa. Aku sudah memikirkannya. Aku sudah bukan lagi perempuan muda. Sebaiknya lebih bisa menyesuaikan diri dengan keadaan apapun. Termasuk jika harus menikah dadakan.”“Emm, Bukan begitu, Rin. Ma-maksudku ….” Suara itu tertahan.“Sa, besok aku adalah istrimu ….” Aku tersenyum dan menaikkan dua alisku.“Rin, coba kamu pikirkan dulu lagi, saja. Jangan iba karena melihat aku sakit?” wajah itu gerimis. Sungguh tak tega aku melihatnya.“Enggak, Sa. Aku mengagumi keberanian dan niat tulusmu. Dari sejak kamu menyadari memiliki hati padaku, kamu sudah menunjukkan keseriusan itu.”“Tapi ….” Ia sedikit berbisik.“Nggak pakai tapi, Sa. Aku baru ingat nasehat salah satu Murobbi. Kalau ada seorang yang sudah siap secara mental, mempunyai pekerjaan tetap, seagama, apalagi soleh sepertimu, dan d
#Testpack (67)Test Pack ART-ku -SAH.-Aku mendengar ucapannya terbaca ketulusan, keihklasan, keberanian, dari seorang panglima perang yang sedang berusaha memenuhi setengah diennya dengan melamar seorang wanita.Seorang wanita yang sedang berusaha juga untuk meningkatkan Dien di hadapan-Nya. Wanita itu sangat beruntung, dilamar seorang perjaka yang belum pernah menikah tetapi sudah memiliki kecakapan dan kematangan dalam banyak hal. Terbayang bagaimana ia rela melawan lelaki-lelaki bertubuh kekar demi bisa menangkap mreka sampai kakinya harus sobek sedemikian parahnya. Itu sudah cukup pembuktian bahwa ia akan rela membelaku, juga anak-anak sampai titik darah penghabisan demi menjaga orang-orang yang dicintainya, dan itulah kstaria sesungguhnya. Mungkin kemarin aku sempat ragu, tapi setelah menyadari sesungguhnya setan itu sering membuat kita ragu-ragu. Tapi yang mau berpikir dengan kejernihan hati, Insya Allah dia akan menemukan jalan yang Allah sukai.“Aksa, Papa adalah laki-laki
#Testpack (68)Test Pack ART-ku -Aku Mencintaimu Sebelum Kamu Mengenalku.-Aku yang duduk di belakang bersama keluarga mendapat pelukan dan ciuman hangat dari berbagai sisi. Mbak meta, Kak Leti, Mas Hanif, Mas Karim, Mas Fatih, Mereka menangis berbarengan memelukku. “Selamat, Nak. Semoga samara rumah tangganya kali ini. Mama akan selalu doakan untuk keutuhan rumah tangga kalian, ya. Semoga ini rumah tangga surga untukmu, Nak. Rumah tangga yang akan bisa membawamu pergi ke syurga bersama suami dan anak-anak. amiin.”“Selamat Sayang, kamu sekarang anak Bunda. Mantu Bunda yang kali pertama melihatmu saja, bisa bikin Bunda langsung jatuh cinta. Semoga selamanya kamu akan jadi salah satu anak kesayangan Bunda. Samara dengan Aksa, ya. Bunda nitip Aksa sama kamu.” Dua orang ibu yang amat kusayangi ini memelukku dan menciumi pipiku sembari mengucapkan doa-doanya.Aku hanya mampu mengangguk-angguk sembari menciumi tangan mereka.Lalu, aku dituntun maju agar bisa bertemu dan bertatap dengan
#Testpack (69)Test Pack ART-ku -Saat SMA Ternyata Kita Saling Mengidolai Dalam Diam-“Dan ternyata sesuatu yang Mas kira nggak mungkin, itu mungkin, Dek. Makanya mungkin kamu agak aneh. Ketika pertama kali bilang bahwa kamu telah bercerai dari Mas Hangga, aku jadi terlihat begitu menggebu. Mendadak ingin jadi orang yang selalu melindungimu, masih ingat kan, ‘Dek?”“Emm, iya, sich. Kamu terlihat begitu emosi. aku pikir itu naluri seorang lelaki saja, yang nggak rela temannya tersakiti oleh lelaki lain. Aku nggak berani terlalu GR, Mas. Walau di hari itu, jujur ada rasa yang berbeda dalam hati, tapi mungkin itu juga karena aku menangkap perhatian yang berbeda darimu.”“Ya, Mas memang terlalu berlebihan waktu, itu. Karena Mas kayak menyadari sedang berada di situasi rawan, yang dalam hati bilang, “wah ini kesempatan emas, nggak boleh di sia-siakan, wanita ini nggak boleh jatuh ke pelukan lelaki lain. kali ini, harus termiliki olehku,’ nah dalam hati bilang gitu. Ya karena Mas pikir, ka