Share

3. Menikah Tanpa Cinta

Tetanggaku Suamiku

Part 3

.

Pintu terbuka, saat Jelita sedang menyisir rambutnya di depan cermin. Ia melihat Arjuna muncul setelah pintu kembali ditutup. Spontan gadis itu mengambil handuk wajah yang baru saja diletakkan di meja rias. Gadis itu menutup kepalanya, sementara sebagian rambutnya terlihat dari bagian belakang.

Sejak memutuskan untuk berhijab, Jelita sudah tak biasa membuka auratnya di depan lelaki yang bukan mahram.

Arjuna melihat gadis itu semakin cantik di matanya, meski kini rambutnya hanya tinggal sebahu. Berbeda dengan dulu, gadis itu memiliki rambut paling panjang di kelasnya.

Arjuna yang melangkah mendekat ke arah Jelita tersenyum. “Aku bahkan tau berapa panjang rambutmu dulu.”

“Itu dulu!” ketus Jelita.

“Tapi, aku suamimu sekarang.” Ucapan Arjuna seolah menghempaskan Jelita ke dunia yang kini dihadapinya. Kehidupan pernikahan yang bahkan tak ada kemungkinan bahagia di dalamnya, menurut Jelita.

Jelita seolah lupa pada status yang baru disandangnya. Ia lupa bahwa kini lelaki di depannya, bahkan bisa melakukan hal yang lebih dari melihat rambutnya.

Arjuna semakin dekat dengan perasaan yang semakin berdebar.

Melihat wajah itu semakin dekat, Jelita merasa hatinya kembali perih atas takdir hidup yang terlalu menyisakan luka baginya. Gadis itu mundur, hingga tubuhnya rata di dinding dekat meja rias.

“Jangan sentuh aku.” Jelita berkata, menatap tajam ke arah Arjuna yang kini berdiri hampir tak berjarak dengannya. Bahkan ia bisa merasakan hangat napas lelaki itu menyapu wajahnya.

Jelita merasa jantungnya berpacu lebih cepat, marah bercampur entahlah. Ia tak ingin melakukan tugasnya sebagai seorang istri sekarang. Terlalu tiba-tiba dan sakit baginya untuk secara tergesa menerima takdir hidupnya yang seperti lelucon.

Perlahan Arjuna menarik handuk kecil yang menutup kepala istrinya, hingga handuk itu jatuh ke bahu gadis yang telah memakai piyama itu. Kembali ditatapnya Jelita yang terlihat sedikit ketakutan. Arjuna tersenyum melihat reaksi gadis itu yang menutup matanya dengan rapat.

“Aku tak akan menyentuhmu sekarang,” ucap Arjuna menatap Jelita yang melotot padanya.

“Aku udah wudu di bawah, kita salat isya sekarang.” Arjuna beranjak meninggalkan Jelita yang baru bisa bernapas lega di sisi dinding sana.

Lelaki yang mengenakan kaus itu mendekat ke arah ranjang, di mana sajadah terlipat di sana.

Dengan langkah menyentak, Jelita segera ke kamar mandi. Ditanggalkannya handuk yang tadi tersangkut di kepala. Ia berwudu dan mengambil mukena, lalu memakainya dengan segera.

Setelah memastikan istrinya siap, Arjuna memulai takbirnya, tangan itu melayang di sisi telinga, diikuti Jelita yang berdiri di belakangnya.

Usai salat, Arjuna melangitkan beberapa doa yang diaminkan oleh Jelita. Arjuna mendoakan agar rumah tangganya bahagia meskipun saat ini masih sulit melunakkan hati Jelita. Bukankah lucu mengaminkan doa yang tidak diinginkan, entahlah. Jelita merasa pernikahannya sudah salah dari awal.

*

Setelah makan malam, Arjuna menyempatkan diri untuk mengambil beberapa pakaian dan bertemu ibunya.

Lalu, saat ia kembali memasuki kamar, terlihat Jelita duduk di ranjang. Duduk seolah sedang menunggunya datang.

Arjuna menatap gadis itu, lalu pandangan beralih pada apa yang ditunjuk Jelita melalui matanya.

Di dekat sofa, terhampar sebuah hambal, juga bantal yang telah dipersiapkan Jelita. Tempat yang dipersiapkan Jelita untuk tempat tidur sang suami malam ini.

“Kita akan memulai hari yang sulit.”

Jelita turun dari ranjang dan meletakkan satu selimut untuk Arjuna.

“Kita akan membuat jadwal. Malam ini aku yang akan tidur di ranjang, besok kita akan bertukar.” Jelita berkata, lalu kembali merebahkan diri di kasur empuk miliknya. Tanpa peduli pada sang suami yang akan merasa kedinginan tidur di lantai.

Arjuna bergeming melihat gadis itu menarik selimutnya. Ia menarik napas dalam, lalu ikut merebahkan diri. Di tempat khusus untuknya. Lelaki itu masih bisa tersenyum, itu bukan masalah besar untuknya. Ia berjanji dalam hatinya untuk pelan-pelan meluluhkan hati Jelita.

*

“Arjuna!”

Alarm tubuh Jelita membangunkannya untuk menunaikan salat subuh. Dalam mata yang masih setengah terpejam dan belum sepenuhnya sadar, gadis itu merasa ada tangan yang memeluknya. Tangan yang terasa berat saat ia mengangkatnya. Jelita merasa ada dengkuran halus yang mendominasi telinga.

Gadis itu membuka mata, dan menjerit setelah melihat Arjuna tidur dengan pulas di sampingnya. Tangan itu ia coba tepiskan agar tak lagi melekat di pinggang rampingnya.

Mata Jelita membelalak, lalu gadis itu memukul tubuh Arjuna yang masih tertidur.

Arjuna membuka mata, merasa ada tangan yang menyentuhnya. Ya, pukulan Jelita terasa seperti sentuhan bagi tubuh kekarnya.

“Kenapa? Ada tikus? Kecoa? Mana?” ucap Arjuna masih setengah sadar. Lelaki itu mengucek matanya agar mata itu terbuka sepenuhnya.

“Kamu tikusnya!” ketus Jelita.

“Siapa suruh tidur di sini?” tanya Jelita menatap Arjuna yang seolah tak merasa bersalah.

“Semalam aku gak bisa tidur, punggung sakit.” Arjuna melas.

“Dih, alasan. Terus ngapain pake meluk-meluk segala?”

“Lah, emang gak boleh?” Arjuna nyengir tanpa dosa. Dosa apa memeluk istri sendiri?

Jelita mendengkus pelan. Lalu, berjalan ke kamar mandi. Percuma berdebat dengan Arjuna, karena ia sendiri tahu bahwa kesalahan itu berasal darinya. Namun, hanya saja Jelita belum bisa menerima kenyataan.

Jelita membersihkan diri dan berwudu untuk menunaikan salat subuh. Saat ia keluar dari kamar mandi, dilihatnya Arjuna masih duduk di atas kasur dengan senyum yang menawan. Jelita mengakui, sedari SMA Arjuna termasuk salah satu dari cowok populer di sekolah.

“Kenapa?” tanya Jelita yang melihat Arjuna menatapnya masih dengan senyuman.

“Bibir kamu hangat juga.” Setelah mengatakan itu, Arjuna langsung melangkah ke kamar mandi. Mengunci pintu rapat-rapat.

Dari dalam sana, Arjuna bisa mendengar Jelita meneriakkan namanya. Lelaki itu tertawa kecil, mengingat tingkah Jelita yang menggemaskan. Ia mengerti kebencian dalam diri Jelita untuknya, tapi gadis itu juga tak seburuk itu terkadang.

*

Usai sarapan, Jelita beberes rumah karena beberapa tempat masih tersisa bekas pesta kemarin. Gadis itu ikut membantu Mbok Masni dan mamanya membersihkan rumah.

Setelah semuanya beres, Jelita naik ke atas. Ia memasuki kamar dan tak melihat Arjuna di sana.

‘Ke mana lelaki itu?’ tanya Jelita pada diri sendiri.

Seketika penyesalan hinggap di hatinya. Kembali terbayang sorot mata elang Arjuna yang terluka karena ucapan-ucapannya.

Jelita mendekat pada Arjuna usai salat subuh. Gadis itu mencium tangan suaminya. Lalu, dengan sorot memohon ia berkata.

“Kita sama-sama tahu sebab pernikahan ini. Jadi, jangan berharap terlalu banyak.” Jelita menatap Arjuna serius. Ia tak suka Arjuna melewati batas. Meskipun untuk saat ini belum ada nama lelaki lain di hatinya, tapi bukan berarti Arjuna bisa menempatinya dengan mudah.

Arjuna menatap lekat istrinya. Ia mencoba memberi pengertian tentang arti menikah yang sesungguhnya. Bahwa pernikahan yang tak didasari cinta, akan indah muaranya jika yang melakukan pernikahan sama-sama tahu peran masing-masing.

Arjuna masih menatap manik mata hitam Jelita. Ada sorot kesungguhan dari ucapan gadis itu barusan. Lalu, Arjuna memilih diam, menyesapi setiap sakit yang mengalir di hatinya. Lelaki itu bangkit setelah membelai kepala Jelita dengan lembut.

Meninggalkan Jelita dengan rasa yang entah di hatinya. Rasanya lebih baik mendengar Arjuna membalas ucapannya daripada melihat lelaki itu diam dengan sorot mata terluka.

Jelita mencoba mengetuk pintu kamar mandi, tapi tak ada suara dari dalam sana. Bahkan pintunya tak terkunci.

Jelita membuka gorden dan pintu menuju balkon. Siapa tahu Arjuna ada di sana. Tidak! Arjuna tidak ada di balkon.

Gadis yang masih mengenakan piyama dan kerudung instan itu sedikit gundah. Ia tak mengerti dengan hatinya sendiri. Saat ini, ada ketakutan yang tiba-tiba menguasai hatinya. Ketakutan jika saat ini ia akan ditinggal Arjuna. Jelita berhasil selamat dari pengantin yang ditinggal, tapi akankah menjanda setelah diselamatkan?

Jelita berdiri di balkon dengan pikiran yang berkecamuk. Ia mengedarkan pandangan ke bawah, lalu ke rumah Arjuna, di mana di depannya berhadap langsung dengan kamar lelaki itu.

Jelita memicingkan mata saat melihat ada yang bergerak-gerak di balik pagar balkon kamar Arjuna. Gadis itu memastikan. Terlihat Arjuna di sana, dengan gerakan sedang melatih tubuhnya.

Saat itu Jelita merasa ada hangat menyelinap ke hatinya. Lega. Arjuna tak pergi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status