Share

9. Resign

Penulis: El Baarish
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-10 15:12:20

“Masih kerja di sana?” Arjuna bertanya di sela menyantap sarapannya.

Pagi ini, Jelita memasak nasi goreng telur ceplok, sarapan simpel yang bisa dengan mudah ia masak. Sepasang suami istri itu makan bersama, di meja yang sama. Namun, beberapa menit berlalu, hanya denting suara sendok yang beradu dengan piring yang terdengar. Tak ada yang berbicara. Jelita masih tetap dengan sikap dinginnya. Sikap yang masih tak menerima Arjuna dalam hidupnya.

Meskipun Jelita tak menerima Arjuna sepenuhnya, tapi gadis itu melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang istri, kecuali menyerahkan hati dan dirinya untuk suami dadakan yang menikahinya beberapa waktu lalu. Itu komitmen Jelita dengan dirinya sendiri.

“Aku resign.” Singkat. Sejak menikah dengan Arjuna, Jelita seolah banyak kehilangan kata. Gadis itu sangat irit bicara, atau memang hanya malas bicara dengan Arjuna.

Arjuna mengangguk mengerti. Ada sedikit kelegaan dalam hatinya, karena dengan resign, itu artinya Jelita tak lagi bertemu dengan Kevin. Itu bukan hanya menyakiti hati Arjuna, tapi juga hari-hari Jelita selanjutnya. Bayangkan setiap hari melihat wajah yang melukis luka di hati, itu manyakitkan.

“Biar aku yang kerja, kamu di rumah aja.” Arjuna mencoba berkata dengan hati-hati. Ia meletakkan piringnya ke samping, tanda ia telah selesai sarapan.

Arjuna berkata seperti itu bukan hanya sekadar imajinasi atau omong kosong. Lelaki itu bisa menjamin hidup Jelita bahkan jika mereka mempunyai anak. Gaji Arjuna cukup untuk membiayai keluarga kecil mereka. Jadi, apa salahnya jika Arjuna meminta Jelita untuk tinggal di rumah saja?

Mendengar kalimat yang seolah perintah itu, Jelita mencebik tak suka.

“Aku akan tetap bekerja.” Jelita menatap tajam ke arah suaminya. Tak ingin Arjuna mengatur hidupnya. Mengatur pilihan yang akan ia ambil untuk masa depannya.

“Kau hadir kembali di hidupku saja membuatku ingin gila. Jadi, jangan menambah beban dengan mengatur hidupku.” Jelita bangkit dari duduknya. Ia mengangkat piring kotor sekaligus dengan milik Arjuna, lalu dibawanya ke dapur.

Arjuna terdiam sesaat, mencoba menikmati sakit yang perlahan mengalir di hatinya. Mengapa hati Jelita terlalu keras untuk menerimanya. Lelaki itu menengadah ke atas karena ada yang terasa hangat di matanya. Dalam hatinya yang terluka, Arjuna menghajatkan pinta agar pemilik segala hati melembutkan hati sang istri.

Dari awal, Arjuna telah salah di mata Jelita. Ia akan bertambah salah setiap kali berbicara dan sedikit memberi aturan untuknya. Mungkin dunia sedang menertawakannya sekarang, menertawakan lelaki lemah yang tak bisa menaklukkan perempuan. 

Arjuna merasa hatinya teriris berkali-kali. Sialnya itu di tempat yang sama, tempat yang menyimpan nama Jelita, tapi gadis itu malah membuangnya.

Setelah menghela napas kasar, Arjuna mengambil tas dan jas dokter yang tersampir di kursi meja makan. Lelaki itu melangkahkan kakinya ke luar, lalu pergi ke rumah sakit. Di sana ia bisa sedikit menghibur diri sendiri. Kadang dengan senyuman para pesakit yang merasa tubuhnya lebih sehat, kadang dari anak-anak kecil yang kembali tertawa riang saat kondisinya berangsur membaik.

*

Sejak hari itu, seluruh kantor heboh dengan berita Jelita yang gagal menikah dengan Kevin. Namun, mereka tak memperkeruh suasana hati Jelita yang sedang sedih dan kecewa. Mereka yang awalnya dekat dengan Kevin, sangat menyayangkan sikap pengecut lelaki itu.

“Kalau tau gini, biar aku aja dulu yang ngelamar kamu, Lita.” Salah satu dari rekan kantor mencoba mencairkan suasana dengan candaan receh itu.

“Istrinya mau dibawa ke mana?” sahut yang lain. Mereka duduk di meja kerja masing-masing. Saling melempar candaan untuk menghibur Jelita yang saat itu sedang membereskan beberapa barangnya.

“Masih satu. Sisa tiga lagi.” 

“Aish, rakus amat. Aku aja satu pun belum punya. Jangan diembat semua, entar aku gak kebagian.”

Jelita sedikit tersenyum mendengar ocehan teman-temannya.

Setelah puas menangis ditemani Sarah di taman dekat perkantoran, Jelita kembali masuk ke gedung perkantoran. Meskipun sebenarnya ia terlalu malu untuk masuk ke gedung bertingkat itu. Malu karena mungkin akan menjadi bahan tertawaan rekan-rekannya. Nyatanya tidak, mereka lebih suka memperlihatkan empati ketimbang menambah tekanan Jelita yang sedang berjuang dengan patah hati.

Jelita mengambil surat pengunduran diri dari dalam tasnya, ia akan memberikan untuk atasan. Gadis itu sudah sangat yakin untuk resign dari tempat kerjanya.

“Kamu yakin?” Sarah kembali bertanya. Pasalnya mencari pekerjaan di zaman sekarang sangat susah, dan Jelita pasti tahu itu. 

Jelita mengangguk pasti. “Sudah tak ada yang tersisa di sini. Setiap sudutnya hanya akan menambah luka. Bayangan Kevin ada di mana-mana, dan itu mengganggu.”

Jelita benci bahkan jika harus berhadapan dengan bayang Kevin, lelaki yang telah menginjak harga dirinya. Keadaan tak lagi sama. Dulu, Jelita membayangi wajah itu dalam rasa cinta yang penuh. Sekarang telah berbeda, yang ada hanya benci dan ingin menangis saja saat bayangan itu kembali memenuhi memorinya.

*

“Selama kamu gak masuk kerja, Kevin juga gak masuk. Gak ada yang bertanya sih, karena kalian emang ambil cuti untuk menikah.” Sarah bercerita saat kemarin duduk di taman bersama Jelita.

“Tolong kasih tau aku kalau Kevin masuk ya,” pinta Jelita sebelum ia dan Sarah kembali ke gedung perkantoran.

Sarah mengangguk. Namun, hingga hari ini Jelita tak mendapat kabar apa pun tentang Kevin. Lelaki itu benar-benar hilang ditelan bumi entah di belahan mana. Saat itu, Jelita bahkan menyuruh Sarah untuk memeriksa akun sosial media Kevin, karena Jelita mengira mungkin hanya dirinya yang diblokir. Ternyata Kevin sudah menghapus semua akunnya.

Kevin seolah pergi dan menghilangkan jejak dari kehidupan Jelita, dan semua hal yang berkaitan dengan kantor. Tak ada yang tahu keberadaan Kevin. Menurut teman-teman kantor, terakhir mereka berkomunikasi saat Kevin mengundang ke acara pernikahannya.

Sialan!

Jelita turun dari taksi yang ditumpanginya. Kevin tak ada kabar di kantor, sebab itu Jelita mencoba mencari tahu di rumahnya. Rumah yang pernah Jelita datangi sekali, saat Kevin mengenalkannya pada sang ibu.

Kembali teringat wajah tak bersahabat ibu Kevin. Sikap tak acuh saat Jelita datang dan duduk diam sambil menunggu ibu Kevin bertanya atau berbasa-basi. 

Jelita menatap rumah mewah di depannya. Rumah yang terletak di salah satu perumahan elit Pondok Indah. Gadis itu mendekat, kini ia berdiri tepat di depan rumah Kevin. Di depan pagar tinggi berwarna hitam, yang memperlihatkan keadaan di sekeliling rumah itu.

Jelita melihat tak ada penjaga di pos satpam, tak seperti biasanya selalu ada satu orang penjaga yang siap membuka gerbang dan bertanya saat ada yang datang. Rumah dua tingkat yang dulunya tampak mewah itu kini terlihat tak terawat. Daun-daun berguguran berserakan bahkan hingga teras. Pintu rumah tertutup, tirai dan gorden di dalamnya juga. Tak ada tanda-tanda ada penghuni di sana. Padahal saat Jelita bertamu, rumah itu ramai dengan asisten, juga baby sitter keponakan Kevin yang memilih tinggal di Indonesia, ada ibu Kevin yang masih teringat jelas tatapannya untuk Jelita.

Kini rumah tampak kosong. Tak ada siapa pun di sana untuk Jelita bertanya mereka ke mana. 

Kevin tak ada.

Di depan rumah itu, Jelita berpikir keras tentang ke mana perginya Kevin dan sekeluarga. Mereka bahkan tak meninggalkan jejak agar Jelita bisa mencarinya. Ya, rencana yang mungkin sudah diatur dengan sempurna. Kevin meninggalkannya di hari akad, lalu pergi entah ke mana. Kevin yang mengikuti kehendak keluarga, atau Kevin dalang dibalik semua kekacauan hati Jelita.

Jelita menggenggam besi pagar di hadapannya. Ia merasa dipecundangi Kevin berkali-kali. Tak lagi tinggal di rumah itu, tak lagi bekerja di kantor tanpa kabar. Kebencian dalam hati Jelita bertambah berkali lipat untuknya. 

Ah, Jelita baru ingat bahwa Kevin punya keluarga di Singapura, mungkin ia telah menetap di sana. Meninggalkan Jelita dengan seribu tanda tanya.

Kenapa tidak jujur dari awal?

Kenapa harus menyiksanya dengan kekecewaan paling dalam?

Ke mana ia harus melampiaskan rasa kecewanya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TETANGGAKU SUAMIKU   32. Penyatuan Cinta

    Bab 32*Matahari pagi di kota Makassar terlihat begitu cerah. Jelita memicingkan mata saat ia terjaga karena sinar mentari yang menembus melalui kaca jendela. Ia berpikir, pasti Arjuna yang menyibak gordennya. Namun, saat Jelita membalikkan badan, gadis itu tak menemukan sang suami di sampingnya Setelah disidang oleh kedua orangtuanya, mereka tidur di rumah Jelita. “Kami diam, bukan berarti nggak tau apa yang terjadi dalam pernikahan kalian. Dingin bahkan mungkin beku dalam hatimu, Jelita. Papa harap, esok lusa jika badai itu datang lagi, tak ada yang diam, Arjuna. Juga tak ada yang berlari dari masalah. Papa harap kalian bisa saling menyelesaikan, bukan saling menghindar.” Raihan menatap Jelita dan Arjuna bergantian. Bukan hanya setelah menikah dengan Jelita, tapi sebelumnya Arjuna bahkan sudah menganggap Raihan seperti ayah kandungnya. Tepatnya setelah lelaki itu kehilangan seorang figur ayah dalam hidupnya. Keduanya hanya mengangguk. Lalu, mereka sama-sama mengusap air mata di

  • TETANGGAKU SUAMIKU   31. Pengawasan Tak Terduga

    Bab 31*Hari yang cerah setelah semalaman diguyur hujan. Makassar terlihat elegan dengan segala bangunan mewah. Perpaduan pantai, sunrise dan udara segar menjadi hal yang paling menyegarkan mata.Malam itu Arjuna dan Jelita beristirahat dengan tenang. Meskipun Arjuna sendiri tak tahu apa yang akan dibicarakan ibunya dan orangtua Jelita esok. Ia hanya merasa hubungan keduanya mulai membaik, tapi tetap saja ia tak sanggup membayangkan wajah terluka kedua orangtuanya.“Mama pasti kecewa banget ya.” Jelita berucap lirih. Wajahnya tertunduk tak sanggup menatap Arjuna saat ia mengatakan hari ini akan ke rumah ibunya.“Kita jelaskan semua, Lita. Kita hadapi sama-sama.” Arjuna menggenggam tangan sang istri, membelainya lembut lalu sejenak mengecupnya. Lelaki itu tersenyum saat melihat Jelita tak menolak seperti biasanya. Tak juga memperlihatkan raut wajah tak suka saat ia melakukan itu.Ah, Arjuna bahkan mendengar kemarin ia mengucapkan tentang cinta di telinganya. Arjuna sudah bangun dari l

  • TETANGGAKU SUAMIKU   30. Jelita Pingsan

    Bab 30*“Mama?” Arjuna dan Jelita saling menatap saat melihat ibunya duduk di sofa menghadap jendela. Duduk seolah memang telah menunggu keduanya sejak tadi.“Mama kenapa di sini?” tanya Arjuna pada sang ibu yang masih duduk dengan wajah dinginnya.“Mama yang harusnya tanya, Juna. Kalian pulang nggak bilang-bilang? Terus ngapain hujan-hujanan kayak gini.”Melisa bangkit dari duduknya, meninggalkan pemandangan gerimis yang masih terlihat di luar sana. Perempuan itu berdiri menghadap anak dan menantunya. Perempuan paruh baya yang terlihat masih cantik itu menunjuk keadaan dua anaknya itu. Keadaan yang menyadarkan mereka bahwa saat ini mereka tak bisa berbohong. Tak bisa mengelak atas apa yang selama ini telah terjadi.Semua pekerja di hotel, Melisa tak bisa menjamin kepercayaannya. Namun, selama mereka bekerja, mereka tak pernah curang dana selalu mengikuti perintah dari perempuan itu.“Bu, saya mendengar dari resepsionis kalau Arjuna sedang di hotel. Mereka bilang, istrinya juga di s

  • TETANGGAKU SUAMIKU   29. Kedatangan Mama

    Bab 29*Jam di ponsel telah menunjukkan pukul sembilan malam. Arjuna menatap bubur yang telah dingin itu terletak di atas nakas. Bubur yang sama sekali tak ingin disentuhnya. Setelah Jelita pergi, Arjuna hanya duduk di pinggir ranjang, tepatnya setelah menunaikan shalat isya. Lelaki itu bangkit, mengitari seluruh ruangan, lalu duduk lagi di sisi ranjang. Ia merasa sedang tak baik-baik saja.Pikirannya terlalu kalut saat ini. Entah, ia pun tak menyangka melakukan itu pada Jelita. Dan, setelah gadis itu tak lagi di hadapannya, bukan kelegaan yang ia dapatkan, melainkan resah dan perasaan galau memenuhi hatinya.Arjuna mengusap wajahnya dengan kasar. Di luar hujan turun begitu lebatnya. Semesta yang tadi baik-baik saja dengan cerahnya senja, tiba-tiba menurunkan hujan yang membasahi bumi, mendung secara tiba-tiba menggelayut di atas langit.Arjuna menyerah pada egonya, pada kemarahannya. Ia tak bisa memperkirakan ke mana Jelita akan pergi setelah diusirnya. Lelaki itu coba menghubungi

  • TETANGGAKU SUAMIKU   28. Hati yang Terusir

    Bab 28*Sambil menunggu Arjuna siuman. Jelita membereskan apa saja yang berantakan di kamar itu. Perjalanan jauh sebenarnya membuat tubuh itu lelah dan ingin terbaring sebentar saja. Namun, ia tak ingin jika saat ia bangun nanti Arjuna pergi lagi darinya. Ia tak ingin lelaki itu menghindarinya lagi. Jelita harus menuntaskan semua kesalahannya sekarang.Jam telah menunjukkan pukul lima sore. Jelita melangkahkan kakinya menuju sisi jendela. Ia menyibak gorden jendela kaca besar itu agar bisa menikmati keindahan dan seni alam yang dipuja setiap orang. Gadis itu duduk di sofa kecil di dekat jendela itu. Ia tersenyum perih melihat warna merah jingga yang menyilaukan matanya. Indah. Namun, keindahan apa pun tak menghibur hatinya jika ia belum mendapatkan maaf dari Arjuna.Jelita tersenyum sinis seorang diri, mengingat kenangan yang pernah ia lalu bersama Arjuna dan Aldi di pantai itu. Terlalu banyak kenangan manis yang memaksanya untuk mengingat hal itu. Namun, apa pun itu, ia tetap tak bi

  • TETANGGAKU SUAMIKU   27. Kekacauan Arjuna

    Bab 27*Pukul delapan pagi, Jelita sudah tiba di Bandara Soekarno Hatta. Ia tak ingin ketinggalan pesawat yang akan mengudara ke Makassar. Sesuai dengan jadwal keberangkatan yang tertera, Jelita akan terbang pukul sembilan pagi. Satu jam sebelum itu, Jelita sudah ada di Bandara. Gadis itu benar-benar tak ingin ketinggalan. Andai saja semalam masih tersisa tiket yang akan berangkat ke sana, mungkin pagi ini Jelita sudah bertemu dengan Arjuna.Jelita memang tak tahu pasti di mana Arjuna sekarang. Namun, Jelita yakin Arjuna kemungkinan besar berada di Makassar. Tempat di mana ia selalu berlari jika pikirannya sedang kacau. Tempat lelaki itu menginap berhari-hari jika ia sedang tak suka pulang ke rumah karena ada ayahnya.Malam di mana Arjuna pergi dan tak menemani tidurnya, Jelita meringkuk sendirian dalam gelap. Meneguk rasa sakit dalam pekatnya malam tanpa cahaya, karena cahaya itu sendiri sebenarnya adalah Arjuna. Lelaki itu yang membuatnya nyaman dan tak merasa takut saat di samping

  • TETANGGAKU SUAMIKU   26. Arjuna Pergi

    Bab 26*Jelita meninggalkan Kevin untuk memilih Arjuna. Berulang kali gadis itu mendengar Kevin memanggil namanya, tapi tak ia hiraukan. Jelita tak ingin membuat hatinya kembali ragu untuk pilihan yang salah. Jelita tak ingin salah untuk kedua kali.Jelita tak bisa membayangkan wajah kecewa orangtuanya jika ia memilih pergi bersama Kevin. Ia tak bisa lupa pada dosa atas perlakuannya pada Arjuna. Jelita tak bisa membayangkan akan menjadi perempuan seburuk apa jika ia berpaling dari itu semua.Kevin masih berdiri di depan cafe. Jelita bisa melihat tubuh itu dari balik spionnya. Gadis itu terus melaju hingga bayangan Kevin mengecil dan hilang saat ia berbelok menuju jalan raya.*Beberapa menit mengemudi, Jelita tiba di rumah. Ia membuka pintu dan tak melihat Arjuna berada di rumah. Padahal hari ini Minggu, dan saat Jelita keluar tadi, Arjuna masih di kamarnya. Jelita ingin berbicara dengan suaminya. Ia ingin mengatakan semua kesalahannya dan meminta maaf atas semua yang terjadi di bel

  • TETANGGAKU SUAMIKU   25. Kembali

    Bab 25*“Jelita, masih adakah kesempatan untuk kita?” Kevin kembali bertanya di setiap pertemuannya dengan Jelita.“Jika kau tak bahagia, apa yang bisa dipertahankan dari ikatan itu?”Jelita masih diam. Ia sungguh tak bisa memastikan keadaan hatinya. Ia tak mau Kevin pergi lagi dari hidupnya. Namun, di sisi lain, gadis itu merasa telah begitu jauh mengkhianati Arjuna, dan itu membuatnya sesak atas rasa bersalah. Jelita merasa telah menjadi gadis paling buruk untuk Arjuna, sementara hatinya ingin tetap bersama Kevin.“Jelita, kamu belum menjawab pertanyaanku.” Kevin berkata setelah beberapa saat menjeda.“Yang mana?” tanya Jelita tak mengerti. Ia tak mengerti karena begitu banyak pertanyaan yang diutarakan oleh Kevin dalam beberapa waktu ini.“Nyaman sama siapa? Aku atau suamimu?”Jelita menatap wajah Kevin yang penuh harapan itu. Benar, seperti yang lelaki itu katakan. Bahwa ia dan Arjuna tak mungkin bisa hidup layaknya pasangan lain. Bukan karena Arjuna tak mampu memberikan cinta ya

  • TETANGGAKU SUAMIKU   24. Kecurangan

    Bab 24*Pagi hari setelah sarapan bersama, Arjuna dan Jelita pergi ke tempat kerja masing-masing. Keduanya sibuk dengan pekerjaan yang begitu padat. Keduanya terlihat baik-baik saja, lebih tepatnya Jelita merasa bahwa Arjuna baik-baik saja, dan ia tak ambil pusing atas hubungannya dengan Kevin, karena Jelita pandai menyembunyikannya, dan Arjuna tak pernah menaruh curiga.Seringnya setelah pulang kerja, Jelita dan Kevin akan jalan bersama. Kadang hanya makan, atau duduk di bangku taman menikmati sore yang indah.Sejak pertemuan itu, keduanya semakin intens. Jelita sering menerima video call dari Kevin saat di rumah dan jauh dari pengawasan Arjuna. Bahkan senyum itu terkembang saat membalas chat demi chat Kevin sebelum gadis itu tertidur di kamar Arjuna. Seperti sore itu, keduanya kembali jalan bersama. Kevin seolah mengulang kembali kenangan pada tempat-tempat yang pernah didatanginya bersama Jelita dulu. Mereka memang tak punya banyak waktu, karena Kevin mengerti kapan Jelita harus

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status