Share

8. AKU BUKAN PELACUR!

Seperti biasa, hari ini Arsen kembali mengawasi aktifitas yang dilakukan Mitha dari kejauhan.

Seolah menjadi kegiatan rutin bagi seorang Arsen ketika dirinya memiliki waktu senggang di tengah kesibukannya sebagai seorang tentara militer. Membuntuti kemana Mitha pergi untuk kemudian mencari cara agar dirinya dan Mitha memiliki timing yang pas untuk bicara.

Entah kenapa, semakin hari, daya tarik Mitha membuat Arsen semakin sulit melupakan wanita itu. Seolah ada sebuah magnet yang begitu kuat hingga mengalihkan seluruh pikiran dan perhatiannya hanya untuk Mitha.

Aktifitas yang dilaluinya tak pernah lepas dari bayang-bayang Mitha.

Bahkan hebatnya, Arsen kerap dilanda mimpi basah jika sebelum tidur dirinya terus saja memikirkan Mitha.

Hari ini dilihatnya Mitha pergi bersama seorang wanita yang usianya mungkin tak berbeda jauh dari Mitha. Mereka terlihat akrab.

Keduanya pergi menuju sebuah salon kecantikan di pusat Jakarta.

Arsen menunggu kegiatan dua wanita itu hingga mereka selesai di sore hari.

Entah, apa saja yang dilakukan para wanita di dalam sana, rasanya Arsen hampir mati bosan menunggu.

Hari sudah gelap, Arsen berpikir keduanya hendak pulang, namun ternyata tidak.

Mitha pergi menuju sebuah mall elit dikawasan Pondok Indah masih bersama orang yang sama.

Arsen masih terus membuntuti mereka.

Berjalan santai dengan menjaga jarak aman di belakang kedua wanita itu.

Ternyata Mitha bersama rekannya itu memasuki sebuah toko underwear khusus wanita, Arsen memilih untuk menunggu di luar.

Dia sempat menerima beberapa panggilan masuk dari Bagas, namun Arsen merijectnya karena tak mau lengah hingga harus kehilangan mangsa yang dia incar.

Setelah menunggu hampir satu jam, Mitha dan teman wanitanya itu terlihat keluar dengan menenteng dua kantong besar belanjaan.

Mereka memborong dalaman?

Sebanyak itu?

Pikir Arsen terheran-heran.

Hingga setelahnya, Arsen pun teringat akan profesi Mitha sebagai seorang pelacur, pastinya Mitha memang harus memiliki banyak koleksi dalamankan?

*****

"Aduh Mitha, maafkan Tante ya? Tante tidak bisa mengantarmu pulang. Tidak apa-apakan kamu pulang sendirian?" Ucap Tante Rina pada sang keponakan.

Kekasih Tante Rina yang selama ini bekerja di luar negeri baru saja mengabarkan bahwa dirinya sudah sampai di Indonesia.

Bodohnya Tante Rina, saking bersemangatnya mengantar Mitha ke Spa, dia sampai lupa kalau dia seharusnya menjemput sang kekasih di Bandara.

"Tidak apa-apa Tante, Mitha bisa pulang sendiri," ucap Mitha dengan senyuman manisnya.

"Ya sudah kalau begitu, kita berpisah di sini saja ya?"

"Apa perlu Mitha antar Tante ke Bandara?"

"Oh jangan! Ini sudah malam, kamu pulang saja. Nanti bisa-bisa Kakakku memarahiku lagi karena membuatmu pulang terlambat," tolak Tante Rina yang bahkan sudah sangat kenyang menjadi korban kemarahan sang Kakak lelakinya yang merupakan Ayah Mitha. "Aku naik taksi saja, Bye Mitha, jaga dirimu baik-baik dear..."

"Iya Tante juga,"

Setelah cipika-cipiki, keduanya berpisah di depan lift.

Mitha melanjutkan langkahnya menuju basement tempat dia memparkirkan kendaraannya.

Langkah Mitha terhenti seketika saat dia melihat seorang lelaki berpakaian casual tengah bersandar nyaman di atas kap mobil depannya.

Tatapan keduanya beradu beberapa detik, hingga setelahnya Mitha menoleh kesekeliling basement yang memang sangat sepi.

Hanya ada dirinya dengan lelaki itu saja di sana.

Mitha menelan salivanya yang terasa pahit.

Rasa takut mulai kembali menjalari benaknya.

Lelaki itu tersenyum, dia mulai melangkah mendekat ke arah Mitha.

"Berhenti! Jangan mendekat!" Teriak Mitha spontan. Kakinya mundur beberapa langkah.

Arsen pun langsung menghentikan langkahnya. Menatap bingung ke arah Mitha yang seperti melihat hantu.

"Hei, aku ini manusia. Bukan hantu. Apa aku terlihat begitu menyeramkan di matamu?" Ucap Arsen seraya tertawa pelan. "Aku juga tidak berniat jahat padamu. Aku hanya ingin kita bicara sebentar..."

"Aku tidak mengenalmu! Jadi kupikir tidak ada yang perlu kita bicarakan!" Potong Mitha cepat. Dengan segenap keberanian Mitha melangkah tergesa melewati Arsen hendak menuju mobilnya, namun langkahnya sudah lebih dulu dihadang Arsen, bahkan lelaki itu terlihat menarik lengan Mitha dan membawa Mitha ke balik dinding basement dengan lokasi yang cukup tersembunyi karena diapit dua dinding.

"Lepaskan aku!" Mitha terus meronta namun tubuh mungil dan tenaganya jelas tak sebanding dengan Arsen. Dua kantong belanjaan yang dibawanya terjatuh entah di mana.

Arsen mengunci tubuh Mitha ke dinding.

Menatap lekat wajah Mitha dengan tatapan haus.

"Kudengar, dua hari lagi adalah hari pernikahanmu dengan Handaru? Benar begitu?" Tanya Arsen kemudian.

"Itu bukan urusanmu! Biarkan aku pergi! Aku harus pulang!" Mitha kembali meronta namun Arsen malah meraih tengkuk Mitha dan mencium bibir wanita itu tanpa permisi.

Mitha memukul dada Arsen berusaha melepaskan diri.

Hingga akhirnya sebuah tamparan keras mendarat di pipi Arsen begitu lelaki itu selesai dengan kegiatannya.

"BRENGSEK!" maki Mitha menumpahkan amarahnya.

Arsen masih tetap mengunci tubuh Mitha dan sama sekali tak memberikan secuil pun akses untuk Mitha bisa berkutik.

"Ternyata, kau tidak hanya cantik, tapi ternyata pintar. Aku kenal Handaru, dia adalah seorang lelaki baik-baik dari keluarga terhormat. Dia kakak kelasku sewaktu aku di SMA dulu. Seandainya dia tahu siapa kamu sebenarnya, aku pikir semua rencana jahatmu pasti akan hancur. Untuk itu, aku menawarkan sesuatu yang lebih menggiurkan daripada kau harus berpura-pura menjadi wanita baik-baik dihadapan banyak orang," ungkap Arsen to the point.

Arsen tak ingin membuang-buang waktu lagi.

Sejatinya Arsen cemburu melihat Mitha bersama Handaru, hanya saja dia tak mau menjadi bodoh seperti Handaru. Arsen hanya ingin menyelediki lebih jauh seberapa liciknya wanita bernama Mitha itu yang mampu sedemikian rupa menutupi profesi hitamnya dari Handaru.

Bahkan yang membuat Arsen tak habis pikir, bagaimana bisa seorang anak yang terlahir dari keluarga terpandang dan terhormat macam Mitha justru memilih menggeluti profesi menjadi seorang pelacur?

"Jadilah milikku, aku bisa memberikan semua hal yang Handaru berikan tanpa kau harus berpura-pura karena aku sudah tau siapa kau sebenarnya," ucap Arsen memperjelas maksudnya.

"Aku tidak mengerti semua perkataanmu! Lepaskan aku kalau tidak aku akan berteriak!" Ancam Mitha saat tubuhnya semakin dihimpit ke dinding oleh Arsen.

Arsen tertawa. "Tidak usah berpura-pura polos, kau bahkan sudah berhasil membuatku tidak bisa melupakanmu setelah kejadian malam itu. Aku membutuhkanmu. Jadilah milikku," pinta Arsen lagi. Persetan dengan harga dirinya, Arsen sudah terlalu tergila-gila akan pesona Mitha hingga dia rela mengemis pada seorang pelacur.

"Brengsek! Siapa kau berani-beraninya berkata begitu padaku? Kau tidak tahu apa-apa tentang aku, jadi jangan sok tahu!"

Arsen merenggangkan cekalan tubuhnya pada tubuh Mitha dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Mitha hendak kabur namun sebuah video yang diperlihatkan Arsen pada Mitha membuat Mitha sontak mengurungkan niatnya untuk pergi.

"Lihatlah, betapa liarnya dirimu di ranjang, sayang..." Bisik Arsen tepat di telinga Mitha.

Kelopak mata Mitha memanas saat dia melihat adegan demi adegan tak senonoh yang terputar dalam video itu.

Hebatnya, adegan demi adegan itu justru memperlihatkan dirinya yang sedang melayani Arsen dengan begitu bernafsu dan agresif.

Mitha benar-benar tidak menyangka. Dia sungguh syok mendapati dirinya yang bagaikan seorang jalang menjijikan dalam video itu.

Lelehan air matanya tak mampu lagi dia tahan.

Melihat mangsanya tak berdaya, Arsen menyeringai senang.

"Bagaimana, cantik? Maukan menjadi milikku? Katakan, berapa harga yang harus aku bayar untuk menyewamu seumur hidup?"

PLAK!

Bukannya mendapat jawaban yang dia inginkan Arsen justru mendapatkan kembali satu buah tamparan keras dari Mitha.

Arsen pun tak tinggal diam.

Dia kembali mencium bibir Mitha dengan paksa.

"Lepas! Jangan kurang ajar! Sekali lagi kau bersikap kurang ajar padaku, aku tak akan segan-segan melaporkanmu ke polisi," ancam Mitha yang dengan cepat menyeka bibirnya yang basah akibat perbuatan Arsen.

"Atas tuduhan?" Balas Arsen cepat. Wajahnya terlihat begitu santai.

"Karena kau telah memperkosaku malam itu!"

Arsen tertawa.

Tawa yang terdengar sangat geli.

"Apa dalam video ini aku terlihat seperti sedang memperkosamu? Come on, Mitha. Tidak perlulah kau terus berakting dihadapanku. Karena aku sudah tau siapa kau sebenarnya. Untuk itu, sekali lagi aku minta, jadilah milikku. Aku akan memberikan segalanya untukmu. Harta, uang, popularitas, kekuasaan? Apalagi yang kau inginkan? Coba sebutkan!"

Mitha menatap nyalang ke arah Arsen. "Dengarkan ucapanku baik baik! Sampai mati pun, aku tidak akan pernah Sudi menjalin hubungan dengan lelaki sepertimu!" Ungkapnya disertai satu titik air matanya yang kembali menetes. Mitha benar-benar frustasi ketika dia harus kembali teringat akan adegan dalam video yang diperlihatkan Arsen kepadanya. Bagaimana bisa dia menjadi serendah itu? Apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya malam itu?

Lagi dan lagi Mitha hanya bisa bertanya-tanya sendiri.

"Cepat atau lambat Handaru akan tau siapa dirimu sebenarnya!" Arsen kembali mengancam Mitha.

"Aku tidak takut dengan ancamanmu!" Balas Mitha lantang.

"Oh, benar begitu? Jadi kau menantangku? Kalau sampai Handaru tau siapa dirimu, aku tidak yakin dia akan tetap menerimamu apa adanya,"

"Mas Handaru lelaki baik-baik. Dia mencintaiku dan aku pun mencintainya! Tidak ada secuil pun celah untukmu di antara kami!" Tegas Mitha lagi.

Arsen masih saja tenang dengan gayanya yang super santai.

"Oke kalau begitu. Kita lihat saja nanti. Pegang ucapanku! Handaru pasti akan membuangmu layaknya sampah yang tak berharga, jika dia smpai tau bahwa kau adalah seorng pelacur!"

PLAK!

Untuk ketiga kalinya, Mitha kembali menampar Arsen. Bahkan kali ini, saking kuatnya tamparan itu, Arsen bisa mencecap asin darah di sudut bibirnya.

"AKU BUKAN PELACUR!"

"Tidak mungkin! Jelas-jelas servismu sangat mengagumkan sayang dan Agnes juga mengatakan bahwa kau adalah pelacur terbaiknya. Sudahlah tidak usah terus menerus mengelak dan berpura-pura layaknya kau wanita terhormat! Serendah-rendahnya seorang wanita adalah wanita yang rela menjual tubuhnya pada pria hidung belang! Dan aku akan memberikan berapa pun nilai yang kau inginkan! Bahkan aku akan memberikanmu seisi dunia, jika kau bersedia menjadi milikku Mitha!"

"Dasar lelaki gila! Kau tidak waras! Agnes? Siapa Agnes? Sepertinya kau memang perlu memeriksakan dirimu pada psikiater!"

"Brengsek! Berhenti memakiku jalang!" Arsen mulai kehabisan kesabaran.

"Aku sudah berusaha menggunakan cara lembut, tapi jika kau tetap bersihkeras mempertahankan harga dirimu, aku tak akan segan-segan untuk berbuat kasar terhadapmu! Agnes itu mucikarimu di dragon's Club, mana mungkin kau tidak mengenalnya?"

"Aku tidak kenal Agnes! Dan bahkan seumur hidupku, aku baru pertama kalinya menginjakkan kakiku di Club malam hari itu! Kau tau apa yang aku rasakan setelahnya? AKU MENYESAL! Lebih baik aku tidak tahu apapun tentang gemerlapnya dunia malam jika pada akhirnya aku tahu, aku akan berurusan dengan lelaki gila seperti dirimu!"

Dengan sekuat tenaga Mitha mendorong tubuh Arsen dan berlari pergi.

Arsen yang termangu saat mendengar kalimat terakhir Mitha hingga membuatnya kebingungan.

Saat kendaraan milik Mitha sudah pergi dari lokasi itu, ponsel Arsen kembali berdering.

Panggilan dari Bagas.

Arsen pun mengangkat panggilan itu setelah dirinya sudah berada di dalam mobil pribadinya.

"Halo, Gas? Ada apa?" Ucapnya dengan suara pelan.

"Kau kemana saja sih? Aku telpo daritadi tidak diangkat-angkat. Kau sudah baca pesanku belum?" Jawab Bagas diseberang.

"Belum," jawab Arsen lemah. Pikirannya masih kacau. Penuh oleh Mitha.

"Pantas kalau begitu!" Bagas terdengar mengesah.

"Memangnya ada apa?" Tanya Arsen lagi.

"Aku baru saja mengunjungi Dragon's Club dan bertemu langsung dengan gremo di sana. Ternyata, wanita bernama Agnes itu bukan gremo, bahkan Mami Grace tidak mengenal siapa itu Agnes. Benar apa yang dikatakan Tio, kalau Mitha sebenarnya bukan seorang pelacur! Karena dari keterangan yang aku dapatkan dari Mami Grace, dia tidak memiliki anak buah bernama Paramitha..."

Arsen tercenung.

Penjelasan Bagas selanjutnya terdengar bagaikan dengung samar yang menyakitkan baginya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
ladyanne jane
ceritanya baik sangat,buku nya ada dijual dimalaysia?
goodnovel comment avatar
Baby RJ
ini kenapa mau next kok gagal terus ya ...
goodnovel comment avatar
Nuun Toana
.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status