Tubuh Sherley bergetar hebat. Dia tak bisa berkata-kata lagi. Saat Ivy semakin melucuti pakaian tidur yang masih menempel di tubuhnya. Hingga menyisakan pakaian dalam, yang menutupi organ intim.
"Apa maksud kalian seperti ini?" teriak Sherley.
"Agar kamu juga merasakan nikmatnya bercinta dengan kita bertiga. Kamu lihat bagaimana William tak berdaya dengan kondisi seperti ini! Apa kamu benar-benar tak menginginkannya, Sherley?" ucap Beatrix sengaja menggoda.
Di atas ranjang, Ivy terus beraksi. Dia membuat William mengerang penuh kenikmatan. Sembari meracau dan memanggil nama Sherley.
"Kemarilah Sherley!" ajak William.
Namun Sherley bergeming. Dia hanya melihat cara Ivy memperlakukannya.
"Sungguh kamu tak ingin?" Kembali Beatrix menggoda Sherley. "Karena yang aku lihat kamu juga tergoda dengannya. Iya 'kan? Ngaku!"
Ivy yang sedari tadi hanya memperhatikan Sherley. Menghampiri dan menarik tangan Sherley agar mengikuti langkahnya.
Beatrix menatap tajam Aston yang terlihat bicara serius. "Cinta baru?" "Iya!" "Untuk aku?" Kembali Aston mengangguk. "Dari siapa cinta itu akan datang?" "Kalau dari aku bagaimana?" "Kamu? Mencintai aku?" Aston mengangkat kedua pundaknya. "Kenapa tidak Floy? Apa karena aku tak sekaya William." "Bu-bukan itu? Karena aku hanya wanita biasa saja. Bagaimana bisa kamu jatuh cinta sama aku?" "Buktinya? Aku jatuh cinta sejak melihat kamu pertama kalai di tangga itu. Kamu sangat cantik dan menawan. Heran saja, kalau sampai William tak begitu menganggap dirimu." Beatrix Floy menggeser dudunya. Lalu meletakkan kepalanya di bahu kanan Aston. "Aku tak pernah tau, kalau dia akan begitu sama aku, Aston. Menurutku dia akan memperlakukan diriku jadi wanita pilihan satu-satunya. Selain Jill Anne." "Mana bisa William seperti itu. Apa benar di kastil itu sudah ada lima orang wanita, selain Jill
"Satu hal yang perlu kamu tau tentang William. Dia sangat tak menyukai jika ada wanitanya yang digoda oleh lelaki lain." "Aneh! Sangat egois. Memangnya apa yang akan dilakukan William?" "Dia bisa melakukan segalanya. Termasuk membunuh siapa pun lelaki itu, Sherley. Kamu mulai mengerti 'kan?" Sherley hanya bisa terbeliak dan terperangah saat mendengar penjelasan Jill Anne. Dia tak menyangka kepribadian William yang menakutkan. "Dan, mereka para wanita itu mengetahuinya, Jill?" Jill Anne menggeleng. "Hanya kamu yang aku beritahu. Makanya berhati-hatilah." Langkah Sherley mendekati Jill Anne, seraya berbisik, "Apakah kamu pernah ada keinginan melarikan diri darinya?" "Pernah ada rasa ingin itu, Sherley. Tapi, aku tak bisa. Aku pendam keinginan itu kuat-kuat. Kehidupanku seperti sudah dia renggut, Sherley. Seluruh harta dan aset yang aku punya, sudah pindah nama atas miliknya. Aku memang berhasil menumbuhkan s
Ivy kembali menggeleng. Jill Anne berjalan menghampiri Ivy yang duduk di kasur. Di sebelah Beatrix yang masih pingsan. "Asal kamu tahu. Ini mulai berbahaya bagi Beatrix dan seseorang yang dia temui itu, Ivy. Kamu harus segera cari tahu secepatnya. Siapa orang yang ditemui oleh Beatrix itu?!" "Kenapa harus begitu Jill?" Jill mendekatkan wajahnya pada Ivy. Kedua manik mata saling bertemu. Hingga embusan napas hangat Jill, terasa bagai menyapu kulit wajah Ivy. "Jika dirimu ingin Beatrix selamat. Ikuti apa kataku tadi!" Seketika Ivy merasa tubuhnya gemetaran. Apa yang tersirat di sinar mata Jill. Semua bukanlah sebuah kebohongan. Dan Ivy tahu itu. "Ba-baiklah. Besok pagi aku akan mencari tahu." "Bagus!" Segera Jill meninggalkan pergi kamar itu. Tak jauh darinya berjalan seorang pelayan berlari ke arahnya. "Nyonya Jill!" Neva sudah berdiri di hadapannya. "Ada apa, Neva?" "Ada dua orang wanita. Mereka
Jill sudah berdiri di depan meja William dengan melipat kedua tangan di bawah dada. Pandangannya tajam mengarah pada sang suami. Melihat kedatangan Jill, William mendongak ke arahnya. "Ada apa kamu ke sini?" Raut wajah William tanpa ekspresi. Terlihat dingin dan seolah tak peduli. "Mau sampai kapan kamu mengkoleksi wanita? Jawab aku William!" sentak Jill berang. "Itu urusan aku, Jill. Lagian ini kastil milik aku. Jadi, sesuka hatiku!" "Kalau begitu keluarkan harta aku. Biar aku segera pergi dari kastil kebanggan kamu ini!" William hanya tersungging sinis. Lalu, meniupkan asap cerutu ke arah Jill, yang alergi oleh baunya. "Benar-benar sialan kau William!" "Kenapa Jill? Bilang saja kamu tak bisa pergi dari sini, karena terlalu mencintai aku." Dengan menggeram penuh amarah. Jill berjalan mendekat. Menghampiri meja William dan menundukkan kepalanya. Napas Jill Anne yang menderu sampai terdengar oleh William. D
"Apa ... William sanggup berbuat sekejam itu, Nyonya?""Sangat bisa Sofia. Dia bisa melakukan apa yang tak pernah terpikirkan oleh kita!" tegas Jill.Kemudian, Sherley berbisik,"Apa kamu sudah siap bila itu terjadi?" Sherley menatap tajam pada Jill Anne."Maksud kamu bila itu menimpa aku?""Iya lah, Jill. Aku yakin William melakukan ini karena kamu.""Karena aku? Bagaimana bisa?""Entahlah? Aku tak bisa menjabarkannya."Terdengar suara derap langkah dari lantai tiga. Tampak Ester menuruni anak tangga, Yang diikuti oleh Brianna. Menuju ruang pribadi William."Permisi Nyonya Jill, Nyonya Sherley, dan Nyonya Sofia.""Hemmm," sahut Jill hanya berdehem. Tanpa ingin berucap sesuatu. Brianna hanya melirik ke arah mereka berteiga tanpa berkata-kata."Mari, Nyonya Brianna. Di dalam Tuan William sudah menunggu anda.""Terima kasih Ester."Ester pun mendorong pintu perlahan. Dan mempersilaka
Brianna berjalan cepat menuju dapur. Salah seorang pelayan mulai membantunya. Brianna membawa sebuah keranjang, yang berisi dedaunan kering serta beberapa biji-bijan obat herbal.Wanita cantik itu, mulai meramu obat untuk Beatrix. Sesuai dengan pesanan yang diminta oleh William. Membuat Beatrix keguguran.Tanpa banyak bicara, Brianna terlihat sangat tenang saat mencampur beberapa jenis dedaunan. Dan biji-bjian kering. Dia mmeberikan porsi lebih banyak dari takaran semestinya."Siapa nama kamu?""Neva, Nyonya.""Berikan ramuan herbal ini untuk menguatkan kandungan Nyonya Beatrix Floy.""Baik, Nyonya Brianna."Langkah Neva bergerak perlan. Sampai Brianna kembali memanggilnya."Neva!"Gadis mudah berkulit coklat itu, menghentikan langkahnya. Lalu menoleh pada Brianna."Ada apa Nyonya?"Brianna pun berjalan mendekat."Jangan biarkan Chloe menyentuh gelas ini. Apalagi dia sampai menciumnya. Mengerti
"Biarkan aku saja yang berikan!" sahut Brianna. Tak ada seorang pun, yang bermaksud untuk membantunya. Namun, bagi Brianna hal ini merupakan sebuah kesempatan emas. Agar mereka bungkam. Dan tak banyak tanya lagi. "Minumlah Nyonya Floy!" tegas Brianna. "Iya, sini biar aku minum!" Suara Beatrix terdengar benar- benar lemah. "Kenapa Nyonya Brianna diam?" tanya Neva. Melihat Briannna yang terpaku oleh gelas yang hendak diberikannya pada Beatrix. Seketika pertanyaan Neva membuat Brianna tersadar. Buru-buru dia memberikan pada Beatrix. Dan menuntun untuk segera meminumnya. Tiba-tiba suara berat khas William mengejutkan mereka semua. Tak terkecuali Jill Anne. Tampak William sudah berdiri di ambang pintru mengarah pada Beatrix yang menghabiskan ramuannya. "Ehemmm! Kamu hamil Floy?" Pertanyaan yang langsung menohok. Membuat yang lainnya terdiam. Para wanita itu pun memberikan jalan bagi William untuk mendekati Beat
Di pagi buta Ivy meninggalkan kastil tanpa sepengetahuan William. Sengaja dia berjalan tanpa menaiki kuda atau pun kereta. "Setelah keluar dari kawasan ini, aku akan mencari kereta." Cukup jauh dia harus berjalan di pagi yang masih gelap. Sampai menuju sebuah desa yang berada bersebelahan dengan desanya. Mentari pagi mulai menunjukkan sinarnjya yang ceria. Ivy pun bergerak sangat cepat mencari kereta untuk bisa sampai di desa rumah Beatrix semula. "Pak adakah seseorang yang memiliki kereta? Aku ingin menyewanya." Tanpa menjawab sama sekali. Bahkan untuk menoleh pun lelaki ini tidak. Dai hanya menunjuk ke sebuah rumah. Tanpa berkata-kata lagi. Ivy langsung berjalan menuju rumah yang dimaksud lelaki itu. "Hmmm, sepertinya pemilik rumah ini masih juga belum bangun. Mungkin aku harus tarik lonceng rumahnya lebih kencang," bisik Ivy. Teng teng! Terdengar suara seorang wanita yang berteriak padanya. "Hei! Kalau kau mencari Br