Sungguh, tidak bisa dibiarkan. Joe pun mengepalkan tangan. Darahnya mendidih menggelora.
Melihat Joe semakin emosi, Black pun melakukan serangan lagi. Kali ini dia menggunakan teknik tendangan Flying Eagle yang menjadi andalan seni bela diri Taekwondo. Hanya saja Joe mudah menangkap kakinya, lalu menghantamkan siku di lutut Black.
BRUAK! BRUKK!
Dengan sekali pukulan keras kaki Black patah.
"Aaaaarghhh!" Teriak Black histeris kesakitan.
Joe mendekati Black yang terseok seok merangkak di tanah. Kemudian, dia mencengkram kerah baju Black.
"Sebaiknya kau jaga mulut sampahmu itu sebelum orang lain menyobek nyobeknya!" Kecam Joe serius. Black sampai gemetaran. Begitupun dengan rekannya dan juga Tere yang melongo mendapatkan Joe yang mengalahkan Black dengan sangat mudah tanpa keringat.
"What the hell? Siapa manusia sialan ini?" Ungkap Tere tercengan. Ponsel di tangannya pun terjatuh saking takjubnya
"Joe Hans."Baru saja sebuah nama terdengar sangar membelai telinga mereka. Walaupun mereka belum tau siapa Joe Hans ini. Yang hanya mereka ketahui, Joe Hans hanyalah sekurity rendahan yang bekerja di perusahaan istrinya.Namun karena seorang Joe Hans sudah membuat laki laki yang disegani di kampus ini patah kaki, jadi tidak bisa meremehkan Joe Hans sepenuhnya."Kau sudah salah besar berbuat seperti ini!" Ucap papa Tere penuh penekanan."Oh ya? Benarkah?" Sahut Joe santai. Sungguh, membuat papa Tere heran sekaligus kesal menghadapi Joe yang begitu tenang.Biasanya, jangankan menyahuti, menatap balas pandangan saja orang lain tidak akan mampu jika sudah berhadapan face to face dengan papa Tere. Tapi Joe bukan hanya menatapnya, justru Joe mampu membalas kata."Dia sudah kelewatan, pa. Papa harus memberinya pelajaran!" Seru Tere. Langsung saja papanya mengangkat tangan untuk menghentikan rengekan anakanya itu
Joe pun digiring paksa masuk ke dalam mobil. Yang kemudian diikuti juga oleh papa Tere. Sepertinya dia terpancing perkataan Joe.Tere dan yang lainnya tersenyum puas sambil mengibas tangan. Seolah mereka habis menyelesaikan sesuatu. Dia sudah yakin sekali kalau papanya akan membuat Joe tidak akan berani lagi menatap matanya secara langsung atau bahkan Joe akan merangkak di depannya.Haha! Rasakanlah kau pemuda kampung! umpat Tere dalam hati, sambil mengarahkan pandangan sinis ke mobil papanya. Kemudian, dia memalingkan pandangannya ke Salika dan juga Jilly yang wajahnya sudah semakin pucat lantaran terpojokan."Hei! Sini kau!"Tere menjambak rambut Salika dan menariknya lalu menghempaskannya sampai jatuh ke tanah. Semua orang tertawa tergelak. Sebagian yang lain terpingkal pingkal melihat badut mainan Tere."Super heromu sudah mati! Sekarang giliranmu!" Seru Tere menatap marah Salika.Jilly yang sedang menggendo
"Dasar gembel kaktus!"Sorot mata itu begitu menghina. Rosita Miller memperhatikan penampilan Joe dari atas sampai bawah, sambil mengipasi dirinya dengan kipas kecil. Dan kemudian, pandangannya beralih menatap Pevita."Oh, jadi sudah punya kekasih baru?" Rosita memandang sinis Pevita.Sementara Pevita yang tidak tahu apa apa, dia bingung sendiri."Siapa mereka Joe?" Bisik Pevita."Mantan keluarga istriku," sahut Joe pelan."Hei wanita! Sebaiknya kau berhati hati dengan laki laki busuk ini. Dia mantan napi!" Seru Salika. Dan kemudian anggota keluarga Miller menyeringai sinis."Bukan itu saja, Joe, dia ini mantan suami anakku, Jilly. Laki laki ini hanya ingin menumpang hidup dengan keluarga kami. Sebaiknya segera kau menjauh darinya dari pada kau akan menjadi korban selanjutnya," ujar Rosita tajam.Habis sudah Joe dibully keluarga Jilly. Hanya saja Joe berusaha sabar dan tidak mengh
Kemudian, Rayzen pun menyalami Pevita. "Apa kabar Pevita Larasati?" Sapa Rayzen menatap Pevita dingin.Tidak langsung Pevita membalas julurannya. Begitu Joe menganguk, barulah Pevita menerima juluran tangan Rayzen. Itu pun sampai gemetar dirinya."Tuan Rayzen kenal siapa wanita ini?" Tanya Rosita Miller penasaran."Tentu saja. Siapa yang tidak kenal dengan Pevita Larasati yang cantik dan juga anak konglomerat ternama di kota ini, putri kesayangan tuan Jeriko Putra Atmaja." Pada saat mengatakan ini, pria gendut dengan penampilan nyientrik ini membuka senyum lebar pada Pevita lalu mengedarkannya ke semua orang. "Bukan begitu, Pevita Larasati Atmaja?"JRENG!Sontak semua orang nanar, termasuk Joe, yang tidak mengetahui kalau ternyata Pevita merupakan anak dari seorang pengusaha yang saat ini meresmikan perusahaannya.Benarkah? Kenapa Caeasar tidak memberitahuku kalau Pevita putri Jeriko? Umm ... pantas saja d
"Pevita."Jeriko menghampiri putrinya yang telah lama pergi dengan mata berkaca kaca. Dia membelai rambut Pevita dengan penuh kasih sayang. Nampak sekali kalau Jeriko merupakan ayah yang peduli pada anaknya."Tiga bulan tanpa kabar, papa sampai mencarimu kemana mana. Apa yang terjadi sayang?" Tanya Jeriko penuh perhatian.Pevita melirik Rayzen, tipis. Hanya saja bibirnya berat untuk mengutarakan isi hati. Dia memilih memendamnya sendiri."Tidak ada pa. Aku hanya mencari ketenangan. Maafkan aku sudah membuat papa khawatir," sahutnya dengan memaksa senyum.Sangat dalam Jeriko memandangi wajah putrinya. "Kamu yakin baik baik saja? Tidak ada yang mengganggumu di luar sana?" Jeriko memastikan.Pevita pun tersenyum tipis. "Tidak ada pa. Papa jangan khawatirkan aku dengan berlebihan seperti itu."Hati Jeriko pun senang. Dan kemudian bola matanya memutar, mengarah pada Joe. "Siapa pemuda ini? Apa dia
Di sini Pevita diam. Memang benar. Dia baru beberapa hari mengenal Joe.Sementara Joe hanya diam saja. Tidak membantah atau membela dirinya satu katapun. Joe memang menunggu momen ini. Karena dengan begitu. Tentu saja selanjutnya papa Pevita akan menyuruh orang untuk mengusirnya. Lalu, Rayzen yang akan mengambil alih untuk membawa Joe. Itu memang rencananya. Walaupun bukan rencana awal yang sudah dia susun. Tapi, Joe memposisikannya sesuai keadaan. Alias, Joe melancarkan rencana B.Benar saja, tidak lama kemudian Jeriko menyuruh pengawal pribadi untuk membawa Joe pergi dari tempat ini."Sebentar tuan Jeriko. Bagaimana kalau pemuda ini aku yang urus," ujar Rayzen.Sepertinya ini akan menarik sekali, gumam Joe dalam hati. Apa yang dia inginkan terjadi."Oh, jangan tuan Rayzen. Aku tidak mau anda mengotori tangan anda untuk pemuda busuk ini. Biar anak buahku saja yang mengurusnya," balas Jeriko.Rayzen pun te
"Aku memang tidak kenal siapa kau, tapi, aku cukup mengagumi ketenanganmu. Sepertinya kau tidak takut mati, anak muda."Rayzen berbicara seolah dia sedang berceramah. Dia sangat cocok menjadi motivator sepertinya, pikir Joe."Aku baru melihatmu di kota ini, apa kau pendatang baru?" Tanya Rayzen."Pentingkah itu untukmu," balas Joe santai.Sungguh, membuat Rayzen keki. Kemudian, dia memberikan satu instruksi pada anak buahnya yang bediri di sebelah kanan Joe.Akibatnya, satu pukulan mendarat di wajah Joe."Auhh! Sakit. Pasti itu sangat menyakitkan," ejek Rayzen."Cuih!" Joe meludah. Air liurnya sudah bercampur darah."Lemah sekali pukulanmu. Apa tidak bisakah kau memukulku lebih keras," tantang Joe. Sungguh, membuat pria bermata coklat itu naik pitam."Keparat!"BUK!BUK!BAK!"Hentikan!" Teriak Rayzen s
"Aku tidak tahu." Rayzen mencoba munutupi sesuatu dari Joe. Nampak sekali dari wajahnya yang terlihat gugup. "Bohong!" Bentak Joe keras. "Lihat sekali lagi! Atau kau lebih suka lehermu terpisah dari tubuhmu yang gendut ini, hah!" Nampaknya keributan tadi mengundang banyak anak buah Rayzen yang berada di luar ruangan sana penasaran ingin tahu apa yang terjadi pada bosnya ini. "Tuan Rayzen apa anda baik baik saja?" Seru salah seorang dari mereka. Joe pun memberi intruksi agar Rayzen menyahutinya. Tentu saja sesuai dengan arahan Joe. "Tenanglah. Aku hanya lagi bersenang senang dengan dia," sahut Rayzen dengan suara santai. Dengan begitu, mereka yang di luar sana pun tenang. Dan mereka kembali ke pos masing masing. "Waktumu tidak banyak! Jangan bermain main denganku! Katakan, siapa yang sudah membunuh gadis ini?" Tanya Joe dengan penekanan kuat sekaligus klimaks untuk tidak ada lagi pertentangan. "Sungguh, aku tidak mengenal gadis yang ada di poto itu. Tapi, kalau mengenai be