Merasa tidak ada gunanya lagi menutup-nutupi jati dirinya, Yu Shi segera membalas, sembari memaksakan senyum sinis penuh kemarahan, "Sungguh suatu kegembiraan besar bagi saya dapat bertemu kembali dengan Yang Mulia Raja, dalam peperangan seperti ini Saya pun jadi bisa menggunakan kesempatan ini untuk membalas dendam atas semua kekejaman yang telah kalian lakukan padaku dan saudara-saudaraku!"
"Kalau kau sebut itu kekejaman, lantas apa yang kakekmu perbuat pada kami?! Dia memporak-porandakan negeri kami, membantai seluruh penduduk Rumair, melacurkan gadis-gadis terhormat, serta membunuhi orang-orang yang tidak bersalah! Apa yang kuperbuat pada kalian itu tidak ada seperseratus kekejamannya terhadap kami terhadap Tukhestan, dan juga terhadap seluruh dunia ini!"
"Kenapa kalian selalu saja menjelekkan kakekku?! Kau selalu melebih-lebihkan keadaan! Kakekku tidak seperti yang kaukatakan itu!" Memang hati kecil Yu Shi selalu merasa he
Sengatan air dingin bagai hunjaman batu es itulah yang membuat Yu Shi kembali tersadar. Gemetaran, ia mendongak, memandang para pembesar Liang yang tengah berdiri di atasnya serta memperhatikannya dengan tajam. Dan tepat di hadapannya, Kaisar Liang berdiri, disertai Yong Quan yang berujar, "Keparat ini sudah sadar, Baginda. Anda bisa mengajukan pertanyaan kepadaya," "Pantas saja aku rasanya pernah melihat wajahnya... Benar juga, dia sangat mirip dengan mantan Kaisar Han... Dan kini, dia kembali untuk merebut kembali takhta..." Mendadak sang kaisar berseru, "Tidak ada yang perlu ditanyakan lagi! Pengawal, cepat seret dia dan hukum mati!" Yu Shi menunduk pasrah. Jadi akhirnya, segala jerih payahnya, perjuangannya selama belasan tahun ini pun harus berakhir sekarang... dengan begini mengenaskan??? Ia sungguh tidak rela... Betapapun, apakah ia mampu mengubah keputusan kaisar yang begitu gamblang? Dapatkah ia melarikan diri dari ribua
"Aku sudah berpikir matang-matang dan dengan penuh pertimbangan" suara Kaisar bergetar karena marah, "Dan keputusanku tetap! Keturunan darah sesat ini harus dijatuhi hukuman mati!" "Ayahanda Kaisar!!!" Seisi ruangan ganti memandang orang yang barusan berseru tadi, yang ternyata adalah Xiu Lan. Terbirit-birit berlari masuk ke dalam ruangan, Puteri cilik itu berseru, "Ayahanda! Xiu Lan mohon jangan hukum mati Panglima Li! Panglima Li bukan darah sesat, dia orang yang sangat baik!" Kaisar kembali terperangah. "Xiu Lan! Kau jangan bilang kau juga!..." "Panglima Li orang yang sangat baik, Ayahanda! Dia bersedia menolong orang yang memerlukan bantuan! Dia bahkan telah menyelamatkan saya dari kaum pemberontak dan menyembuhkan saya!..." "Oh. Lihai benar darah sesat yang satu ini, memikat adik ketiga" Ying Lan bercelutuk. Xiu Lan memelototi kakakn
"Hal ini sungguh di luar dugaanku. Tak kusangka Darah Sesat itu telah bergerak lebih dulu dengan memikat Feng Lan dan Xiu Lan!" Kaisar mendesah jengkel. Salah seorang pejabat Liang berkata, "Ternyata bukan cuma rupa bocah itu yang mirip dengan Kaisar Han Ming Shi, daya pikat jerat dan akal liciknya pun juga persis. Baginda... Anda benar-benar harus berhati-hati padanya. Karena ini bukan hanya menyangkut kelangsungan Liang, tapi juga hidup kedua Tuan Puteri. Akan sangat buruk bila dia memanfaatkan kedua puteri untuk merebut takhta... Dan yang biasanya kaisar sesat itu lakukan, dia selalu menyingkirkan korban pikatannya yang sudah tidak berguna lagi dengan membunuhnya." Kaisar merasakan bulu romanya berdiri. Ia berpaling ke arah perdana menteri. "Tuan Ma, biasanya Anda mempunyai saran-saran yang brilliant. Saya mengharapkan hal yang sama dapat Anda lakukan sekarang." "Ketika menghadapi akal bulus, kita harus men
Harapan kaisar tidak kesampaian, Feng Lan dan Xiu Lan bergerak lebih cepat. Mereka telah menguping di balik pintu, dan tepat saat Yu Shi melangkah keluar dari ruangan, mereka segera menariknya menuju tempat yang dirasa cukup aman untuk mengadakan percakapan rahasia. "Bisakah kau membuat alasan agar tak perlu pergi ke Chang? Aku merasakan sesuatu yang buruk dari tugas Ayahanda ini. Apalagi, kudengar hubungan diplomatik kita dengan Chang tengah kacau..." Feng Lan berkata khawatir. Xiu Lan ikut menambahkan, "Benar, Tuan Yu Shi. Jangan sampai Chang menyanderamu dan tidak mengizinkanmu pulang!" "Saya sangat berterima kasih atas perhatian dari kedua Yang Mulia Puteri. Tapi bagaimanapun juga, ini adalah titah kaisar. Siapapun tak berhak mengubahnya, apalagi orang dengan status seperti saya..." Melihat kedua gadis itu menatapnya khawatir, Yu Shi tersenyum menenangkan. "Tuan Puteri jangan khawatir. Saya tidak sendirian
Sementara itu, di salah satu bagian Istana negeri Chang. Seorang dayang istana dengan tergesa-gesa berlari menuju Paviliun Yin Mei. Sesampainya di sana, ia berseru kepada kasim di dekatnya, "Panggilkan Yang Mulia Puteri sekarang juga! Aku punya laporan penting yang harus segera disampaikan padanya!" Sang Puteri yang dipanggil muncul tidak lama kemudian - seorang wanita berpakaian indah gemerlap berusia akhir tiga puluhan tahun, namun memiliki kecantikan yang tidak kalah dengan gadis usia dua puluhan tahun. Wanita itu menatap si dayang dengan penasaran. "Biasanya kau selalu tenang bahkan kaulah yang selalu menasihatiku untuk tidak sembrono dan mengikuti emosi, tapi kenapa kini kau begitu panik?" Si dayang celingukan kiri kanan. Mereka memang telah berada di ruang tertutup, namun bagaimanapun ia tetap harus waspada, sebab informasi yang akan disampaikannya selanjutnya amat menentukan nasib mereka. "Yang Mu
"Tapi mengapa Ayahanda harus menjodohkan saya dengan Putera Mahkota Chang?" Feng Lan benar-benar tidak bisa menerima keputusan ayahnya yang satu ini. "Kami berbeda dua puluh tahun lebih, Ayahanda! Kami tidak akan mungkin cocok!" Kaisar mencoba membujuk putrinya, "Kau pasti cocok dengannya, Feng Lan. Kau adalah gadis yang sangat pintar dan disukai oleh orang-orang dari berbagai usia. Lagipula, ia akan menjadikanmu isteri sahnya dan bukan gundiknya. Dan dia adalah putera pewaris takhta negeri Chang. Dengan kau menjadi permaisurinya, kau pasti bisa mengembalikan hubungan diplomatik Liang dan Chang. Kau akan menjadi pahlawan negara!" Feng Lan mengatupkan bibirnya erat-erat, sementara Xiu Lan ikut berseru, "Dan juga, Ayahanda mengapa harus menjodohkan Xiu Lan dengan putera Menteri Koordinator Pusat?! Xiu Lan kan baru berusia tiga belas tahun!" "Kau akan menyukai dia, Nak! Remaja itu gagah dan rupawan, seharusnya ka
Ck, ternyata dia masih lebih mengutamakan prestise daripada harta, batin Yu Shi jengkel. Terpaksa ia menghunus pedangnya, dan kini mereka berdua sibuk melawan para prajurit yang hendak menangkapnya. Sial sekali bagi Cao Xun. Di tengah pertarungan ia tersambar pedang salah seorang prajurit yang berlumuran racun. Dan karena racun yang melumuri pedang tersebut berkategori racun ganas, walaupun luka goresan di kulit Cao Xun tidak dalam, namun reaksi yang menimpanya jauh lebih parah dibanding tersambar pedang biasa. Ia jatuh terkapar ke tanah, dan kini tidak dapat bergerak sedikitpun, dengan seluruh tubuh gemetaran akibat gejala panas dingin yang amat hebat. "Kakak Xun!" Yu Shi segera menghampiri Cao Xun yang kini tidak mampu bangun banhkan sejengkalpun. Ia menatap teman sejawatnya itu dengan putus asa, kemudian mengalihkan pandangan melihat para prajurit yang mulai mendekatinya. Disandarkannya lengan Cao Xun ke bahunya, lalu melanjut
Desa Kenangan yang disebut si prajurit An Dao Dui dengan tidak baik itu merupakan sebuah desa yang berjarak tempuh kurang dari lima puluh meter. Yu Shi cukup terkejut melihat desa yang sangat besar sampai boleh disamakan dengan luasnya sebuah kota itu, karena keberadaannya tidak pernah disebutkan dalam peta geografis Chang dari Tuan Li. Hanya karena keadaannya yang miskin dan tak terlantar itulah yang menjadikan tempat ini masih lebih layak disebut desa. Dan entah mengapa, Yu Shi tidak menyukai sorot mata para penduduknya. Walaupun suku dan ras yang menghuni desa ini bermacam-macam, tapi sorot mata yang mereka pancarkan adalah sama. Sorot mata yang tampak lelah, putus asa, dan bahkan malas melanjutkan hidup di dunia ini. Pula, saat ia memasuki desa, beberapa dari penduduk desa - kebanyakan yang berusia lanjut - menatapnya dengan sorot mata lapar yang tampak aneh. Semakin ia melanjutkan langkahnya, semakin banyak orang-orang yang mengitarinya d