Share

Chapter 2

Author: Amelia Siauw
last update Last Updated: 2021-01-18 17:28:31

     Cuaca di keesokan harinya masih sama panasnya dengan kemarin. Yu Shi sama sekali tak menyukai hawa panas di Tukhestan yang derajat panasnya berkali-kali lipat dibanding hawa panas di An Chang, masih ditambah hembusan angin kering padang pasir. Memang kota barat seperti Yitmaiszk ini paling cocok menjadi tempat hukuman bagi orang-orang Han seperti dirinya dan Cao Xun.

    Namun di hari itu Raja Tukhestan Yerzhan, tiba-tiba saja muncul di penambangan disertai iring-iringannya yang megah. Hal ini cukup mengherankan Yu Shi, mengingat sang Raja biasanya hanya muncul saat musim yang sejuk dan menyegarkan, dan bukan di saat yang panas dan menyiksa seperti sekarang ini.

    Mandor Karkysbai datang terbungkuk-bungkuk ke hadapan sang Raja yang bertanya, "Apa yang menyebabkan kalian lama sekali  mengumpulkan permata yang diminta?"

    "Ampun Baginda, akhir-akhir ini para budak tidak mampu bekerja sesuai harapan," Karkysbai menjawab takzim.

    "Oh..." Raja Yerzhan memanglingkan wajahnya menatap Yu Shi yang segera menyibukkan diri menggali tanah. Semua orang di penambangan tahu sang Raja Tukhestan memiliki dendam pribadi terhadap Yu Shi, lebih disebabkan karena masalah kerajaan terutama leluhurnya. Pendahulu Yu Shi, Kaisar Han Ming Shi berhasil menaklukkan seluruh dunia pada zamannya, dan tentunya termasuk Tukhestan. Sang Kaisar menerapkan sistem pemerintahan yang sama sekali tidak disukai bangsa Tukhestan, namun pemberontakan-pemberontakan yang mereka lancarkan selalu berhasil ditumpas. Mereka baru berhasil memerdekakan diri saat pemerintahan Han di bawah Kaisar Han Cheng Shi melemah. Dan setelah Kekaisaran Han jatuh, kaisar baru yang mengetahui kebencian Raja Tukhestan terhadap mantan anggota istana Han tersebut lantas mengirimkan mereka semua ke Tukhestan sehingga dapat menjalin hubungan diplomatik yang lebih baik dengan mereka. Raja Tukhestan menerima mereka semua dengan senang hati. Karena dengan begitu ia bisa melampiaskan kejengkelan dan sentimennya terhadap keturunan Kaisar Han Ming Shi tersebut. Dan kini hanya tertinggal Yu Shi seorang, karenanya dialah yang selalu menjadi sasaran sang Raja.

    Raja Yerzhan melangkah perlahan mendekati Yu Shi. Mengikuti nalurinya sebetulnya pemuda itu ingin sekali berlari menghindar, namun ia tahu itu takkan ada gunanya, malah yang ada membuat masalah semakin runyam. Ia pun semakin memusatkan konsentrasi pada pekerjaannya, sementara sang Raja telah berdiri di sampingnya dan merutuk keras, "Kenapa selalu kau yang paling lambat? Penambang yang lain telah mengumpulkan enam puluh permata, kau bahkan belum mendapatkan sepertiga jumlah mereka!"

    Tapi itu memang benar. Walaupun Yu Shi tahu kenapa. Karkysbai telah mengatur supaya ia ditempatkan di area yang mengandung paling sedikit permata.

    "Jawab pertanyaanku!" Raja Yerzhan membentak. Namun alih-alih merasa gentar, Yu Shi tetap tak mengacuhkannya dan terus bekerja dalam diam.

    "Prajurit!" Raja Yerzhan yang kebetulan sedang tidak enak pikiran dan tengah membutuhkan pelampiasan, segera memerintahkan anak buahnya untuk menghukum Yu Shi. Para prajurit tidak perlu diberitahu secara terperinci, mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan. Begitu pula Yu Shi. Pemuda itu lantas memejamkan mata dengan pasrah saat para prajurit mengikat tangannya dan memukulnya keras-keras.

    Raja Yerzhan tak dapat menyembunyikan keterkejutannya saat melihat Yu Shi sama sekali tidak mengeluarkan teriakan walaupun prajuritnya memukul dengan sangat keras. "Lebih keras lagi!" teriaknya.

    Yu Shi mengatupkan bibir keras-keras. Pukulan-pukulan yang bertubi-tubi menderanya ini benar-benar menyakitkan. Ia sudah tak kuat lagi, ia harus mengeluarkan jeritan kesakitan...

    Tapi dengan begitu, ia akan memberikan apa yang diinginkan sang Raja Tukhestan. Dan ia tidak rela melihat sang raja bergembira atas penyiksaan terhadap dirinya.

    Karena itulah, ia kembali menelan semua jerit kesakitan itu ke dalam dirinya. Sampai seorang prajurit dengan tergopoh-gopoh mendatanginya. "Lapor Yang Mulia... Yang Mulia Putri sakit keras!"

    "Apa?!" Raja Yerzhan menggelegar. "Bukankah tadi ia masih baik-baik saja?!"

    "Laporan ini baru saja datang, dikirimkan oleh burung merpati barusan..."

    Raja Yerzhan mendesah keras. Ia sangat menyayangi putrinya, dan kini sang putri sakit keras. "Perintahkan pasukan untuk kembali ke Istana!" Ia berbalik menatap Yu Shi. "Anggap saja kali ini kau beruntung. Tapi akan kupastikan lain kali kau tidak seberuntung hari ini!" Ia bergegas pergi.

    Yu Shi memperhatikan rombongan bangsawan Tukhestan beranjak menjauh, kemudian mengalihkan pandangannya ke tembok di belakangnya. Seketika itu juga ia mengetahui, bukanlah karena keberuntungannya semata Raja Yerzhan bisa meninggalkannya begitu saja. Semuanya ditentukan oleh sepasang mata yang berkilat menatapnya, yang seakan tengah memberinya sebuah tanda.

    Tanda itu sangat jelas maknanya. Orang asing itu ingin ia menemuinya.

    Tapi yang pasti tentunya bukan sekarang. Terlalu banyak prajurit. Setidaknya di malam hari setelah mereka semua tertidur, itu jauh lebih aman, batin Yu Shi.

    Sepasang bola mata itu berkedip seolah dapat membaca apa yang dipikirkan Yu Shi, sebelum ia menghilang dari pandangan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 105

    Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 104

    "Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 103

    Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 102

    Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 101

    Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 100

    "Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status