“Apa yang terjadi dengan Ayahanda?!?”
Ying Lan disertai Yong Quan dan Xiu Lan memasuki kamar dengan terburu-buru. Mereka semua sangat terkejut melihat kehadiran Feng Lan. “Feng Lan!” Ying Lan berseru, ia menatap adiknya dengan marah. “Dasar anak tidak tahu diri! Bisa-bisanya kau kabur dari istana untuk menemui Darah Sesat itu, dan setelah semua kerunyaman ini, kau masih punya muka untuk kembali ke sini?!?” Feng Lan tidak membantah makian kakaknya, ia hanya menatap nanar sang Ayah yang kini terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Ying Lan berpaling ke arah Tabib Kepala, “Tabib, apa sebenarnya yang terjadi pada Ayahku? Tadi beliau masih baik-baik saja, walaupun ia memang tengah menghadapi kemelut dalam pemerintahan namun mestinya tidak akan mengakibatkannya seperti ini” “Kemunculan syndrome Angin dan Api Menutup Indera Jernih ini memangRaut wajah Feng Lan ketika membentaknya nampak begitu mengerikan, Xiu Lan yang ketakutan otomatis segera menutup mulutnya. Ia lantas merengut kesal, betapapun ia cukup pintar untuk menyadari bahwa ayahnya tidak bisa lagi datang membelanya, bahkan nyawanya sekarang tergantung pada kebijakan para bangsawan Chang termasuk Lu Hai. Jadi iapun hanya menundukkan kepalanya, menggertakkan gigi dengan putus asa. Untung bagi Xiu Lan, Lu Hai tidak begitu tertarik mempedulikannya. Ia bertanya pada salah seorang prajurit, “Bukankah seharusnya putri kaisar Liang ada tiga orang? Mana yang satu lagi, yang paling sulung?” “Maafkan kami Yang Mulia, namun Putri Pertama dengan kekasihnya Ma Yong Quan telah berhasil meloloskan diri.” “Bagaimana mungkin kalian bisa menyerah semudah itu? Cepat cari mereka lagi! Atau kau harus berurusan dengan Ayahanda Kaisar!” Si prajurit segera membungkuk
Begitu Lu Hai tiba di kediaman Putri Lin Shi, ia langsung berseru kasar pada dayang penjaga pintu. “Cepat beritahu majikanmu bahwa aku telah datang!” Si dayang yang ketakutan bergegas masuk ke dalam. Namun yang dipanggil tetap saja tidak keluar. Mungkin ada Lu Hai harus menunggu barang lima belas menit lamanya, sampai sang putera mahkota yang tidak tahan lagi pun berteriak pada dayang penjaga pintu yang lain. “Apa yang dilakukan temanmu di dalam sana?! Beraninya dia melawan perintahku, apa dia sudah bosan hidup?! Cepat susul dia, dan katakan bila dia tidak ingin mendapatkan sikdaan berat maka dia harus melaksanakan perintah dengan benar!” Si dayang baru akan membuka pintu ketika Lu Hai kembali membentak, “Dan kau, jangan berani-berani mengikuti jejak temanmu! Kalau sampai kau berani melakukannya, akan kupastikan kau mendapat hukuman sangat berat!” “Baik... Yang Mulia...” jawab si dayang. Tubuhny
Beberapa prajurit telah keluar, dan seperti yang Lin Shi yakini, mereka kembali dengan tangan hampa. “Maafkan kami Yang Mulia, namun kami tak berhasil menemukan Putri Feng Lan...” Mata Lu Hai membelalak tak percaya. “Tidak mungkin! Dia pasti ada di sini, kalian saja yang kurang teliti mencarinya! Cepat cari lagi, lebih teliti! Atau kalian akan merasakan akibatnya!” Para prajurit bergidik ketakutan. “Ta... tapi Yang Mulia... kami telah mencari ke seluruh penjuru, bahkan sampai ke ruang bawah tanah...” “Oh, jadi rupanya kau mencari Putri Feng Lan...” Lin Shi mengamati Lu Hai tajam-tajam, bola matanya bersinar penuh amarah. “Kau benar-benar keterlaluan, Putera Mahkota. Masa milikmu sendiri hilang kau lantas menyalahkan orang lain yang mengambilnya, pula sampai memerintahkan prajurit menggeledah kediamanku. Kautahu konsekuensi apa yang harus kautanggung dengan sembarangan menggeledah kediaman or
Tersentuh akan cinta kasih Madame Zhao yang begitu besar terhadap puteranya, Feng Lan pun berusaha keras untuk menceritakan segala yang ia ketahui mengenai Yu Shi sedetail mungkin. Madame Zhao memperhatikan Feng Lan dengan sungguh-sungguh, tanpa menyela sedikitpun. Dibutuhkan waktu bahkan lebih dari dua jam bagi Feng Lan untuk mengisahkan kehidupan Yu Shi. Bahkan ketika Lin Shi datang untuk menengok mereka, cerita Feng Lan masih hanya seperempatnya selesai. Lin Shi sendiri, memang sangat tertarik mengetahui perihal mengenai keponakannya, namun ia jauh lebih penasaran saat Feng Lan mengisahkan kejadian yang Yu Shi alami di Desa Kenangan. “Aku tak tahu ada kejadian seperti ini. Surat yang ia tuliskan terlalu pendek dan tidak menyebutkan bagian yang kauceritakan ini” Lin Shi menatap Feng Lan lekat-lekat, suaranya merendah menjadi sepelan bisikan, “Dan jujur saja, aku sama sekali tidak mengetahui perihal tentang ayahku ini sebelumnya”  
Bahkan ketika Feng Lan telah berjalan keluar dari kediaman Lin Shi, kata-kata sang mantan Putri Han itu masih terngiang jelas di telinganya. Ia tidak dapat memungkiri bahwa hal tersebut sangat mengganggu pikirnnya. Ia menengadahkan wajahnya, memandang langit biru yang tengah berganti rupa menjadi kuning kemerahan. “Tuan Putri Liang!” Feng Lan tidak segera tersadar dari lamunannya. A Huan, si dayang belia pelayan Madame Zhao harus memanggilnya berulang-ulang. “Yang Mulia Putri! Kabar buruk! Ayahanda Anda telah berpulang!” Kali ini barulah Feng Lan tersentak sadar. “Apa katamu?!...” “Yang Mulia lebih baik Anda mengikuti hamba sekarang juga!” A Huan membalikkan tubuhnya. Feng Lan mengikutinya, berjalan dengan tergesa-gesa. Ketika ia tiba di ruangan peristirahatan ayahnya, seluruh pembesar Chang bahkan termasuk Ka
Raja Ular Emas menyeringai lebar. Ia membungkuk memberi hormat, “Saya sudah menduga Anda akan melakukan hal ini” Ia ganti memandang Lin Shi dan Madame Zhao. “Dan saya juga sudah menduga bahwa Anda bertiga telah saling mengenal, sejak Putera Mahkota dimasukkan ke Ruangan Kong Leng oleh Anda” Matanya berkilat tajam. Alis Lin Shi terangkat naik. “Bukan aku yang mengurungnya. Itu Kaisar Chang! Dan apa maumu sekarang?! Kuperingatkan kau, jangan coba-coba mencari urusan denganku bila tak mau mengalami nasib yang sama dengan tuanmu!” “Ohya Saya tentu tak berani mencari urusan dengan Anda, Han furen Sang Kesayangan Kaisar Tapi bila Anda ingin melanggar peraturan istana dengan menyelundupkan putri Liang keluar, saya tentu tak bisa membiarkannya!” Raja Ular Emas mengambil segenggam anak panah, menarik semuanya serta membidik tepat ke arah mereka. Di lain pihak Lin Shi menyenandungkan sebuah
Si nyonya melirik cemas ke arah si prajurit. “Sepertinya mereka orang Liang...” Si prajurit tidak langsung ingin membantu gerombolan tersebut dikarenakan ia tidak suka melihat sikap mereka yang angkuh dan memerintah seenaknya. Sementara itu, Feng Lan mengamati salah seorang di antara mereka. Detik berikutnya, ia berseru, “Panglima Liu!” Orang yang dipanggil menolehkan wajahnya melihat Feng Lan, dan selanjutnya segera berlutut memberi hormat. “Rupanya Yang Mulia Putri juga berada di sini! Syukurlah, senang rasanya melihat Anda berdua dalam keadaan sehat walafiat!” “Panglima Liu, mengapa Anda bisa berada di sini?” Feng Lan bertanya penasaran. “Anda sendiri, Putri? Saya kira Anda tengah disandera oleh Chang” “Ceritanya panjang, Panglima Liu. Bagaimana bila kita mengambil tempat yang nyaman baru berbincang-bincang?” Feng Lan ganti bicara pada pengawal Li
Tuan Li menarik nafas panjang sebelum menjawab. “Kau masih ingat apa yang dulu pernah kuceritakan padamu? Tentang betapa beraninya ia melontarkan makian pedas pada kakekmu? Nah, sebagai kaisar yang berharga diri tinggi, kakekmu tentunya tidak bisa mengampuni perbuatannya. Ia lantas menjatuhkan hukuman atas kelancangan Sui Feng itu.” “Jadi, tangan kanannya itu terputus?” Yu Shi mencoba menebak pemikiran kakeknya dalam menjatuhkan hukuman. “Tepatnya, buku jarinya hancur berantakan.” Tuan Li mengamati Yu Shi yang mengernyit pertanda muak. “Masih mending kakekmu tidak memenggalnya. Aku nyaris khawatir ia akan menghukum mati Sui Feng.” “Tapi, setahu saya Tuan Chen sangat gemar menulis. Dengan kakek menghancurkan jari tangannya, ia tak bisa menulis lagi. Hukuman itu sama kejam dengan mencabut nyawanya!...” “Oh ya... betul juga pemikiranmu. Pantas saja ia ingin menghancurkan kedu