Kamar tidur Putera Mahkota Ivan terletak di lantai tiga Menara Timur. Sangat luas dan indah, dan didesain dengan nuansa yang apik, yang menyiratkan sang Pangeran memiliki selera sangat tinggi dalam desain dan artistik. Dalam hati Yu Shi bergumam, Hanya orang seperti Ivan yang mau bersusah payah mendesain kamarnya seartistik ini. Kalau aku, aku tak akan mau capek-capek begini, bagaimanapun aku harus menangani banyak urusan lain yang lebih penting. Yah... tapi setiap orang memang berbeda-beda!
Yu Shi memandang sekelilingnya dengan gelisah. Bagaimanapun, Ivan membuatnya menanti terlalu panjang. Pangeran muda itu berkata ia ingin membersihkan diri supaya terlihat menarik di mata Yu Shi. Yu Shi sendiri tidak peduli seberapa menarik Ivan, yang ia pedulikan adalah menyelesaikan masalah ini secepatnya. Dan itu berarti, menghadapi Ivan secepatnya.
Akhirnya, pintu terbuka. Keluarlah Ivan dari kamar mandi, tubuhnya hanya
Yu Shi menengadah. Tatapannya kembali menerawang. “Kakak Xun, bila kakek adalah aku saat ini, kau rasa, apakah yang akan ia lakukan?” Rong Xun hanya bisa membalasnya dengan tatapan hampa lantaran ia tidak mampu menjawab pertanyaan Yu Shi. Yu Shi sendirilah yang menjawab, “Itu tidak mungkin terjadi... Sebab kakek telah mampu mengantisipasi segala kemungkinan. Lain denganku yang terlalu mudah terpancing emosi ini.” Menyadari keputusasaan tengah melibat sahabatnya, Rong Xun berujar, “Aku yakin, kakekmu tetap akan melakukan hal yang sama denganmu. Karena yang tengah diculik adalah seseorang yang amat disayanginya. Siapapun dia, bila orang yang paling disayanginya direnggut dari sisinya, pasti akan berusaha untuk menyelamatkannya. Itu adalah pemikiran yang wajar dimiliki oleh seluruh manusia, Yu Shi. Pemikiran yang wajib dimiliki seorang pemimpin sejati. Kasih sayang. Dengan kasi
Yu Shi menarik nafas panjang. “Jangan kaukira hanya dirimu yang sengsara dan menderita. Semua orang memiliki kesusahan dan penderitaannya masing-masing. Kau tak tahu, aku dulu dibuang ke Yitmaiszk sebagai budak selama sembilan tahun sebelum akhirnya aku berhasil melarikan diri. Kau tentu tak mengerti bagaimana rasanya menjadi budak, harus bekerja siang dan malam walau tubuhmu sudah kelelahan, dan selalu dihina serta dimaki seakan kau sederajat dengan binatang...” Dan, bagaimana rasanya dihina karena dosa leluhurmu serta darah yang mengalir di dalam tubuhmu... Ivan berbisik lemah, “Aku memang pernah dengar akan kisahmu...” “Tapi aku tak pernah merasa pantas berbahagia di atas penderitaan orang lain, walaupun sekarang aku mempunyai kekuasaan yang cukup untuk membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatku menderita.” Yu Shi menatap Ivan
“Kakak Xun, sebetulnya apa yang telah terjadi? Bisakah kau jelaskan padaku?” Mereka tengah mengendarai kuda yang melangkah dengan tenang. Langit malam maha luas, indah ditaburi bintang-bintang berkilauan. Rong Xun sendiri balas menatap Yu Shi, tersenyum. “Aku lupa memperkenalkan kalian. Ini Puteri Shirma dari Tukhestan.” Yu Shi memberi hormat. “Rupanya Anda seorang Puteri... Tapi, bagaimana mungkin...” Rong Xun tidak suka disela bila keterangannya belum selesai ia kemukakan. Ia berbalik menghadap Shirma. “Dan ini sahabatku, Han Yu Shi. Ia adalah Panglima Utama Negeri Liang.” Yu Shi tersentak kaget. Tidak disangkanya Rong Xun bisa seberani itu, mengungkap blak-blakan identitasnya pada seorang Tukhestan. Tapi Shirma sendiri terlihat tenang-tenang saja. Ia balas menghormat. “Terima kasih atas keb
“Ayo, kita pergi sekarang,” kata Yu Shi, sembari tersenyum ceria. Rong Xun tak dapat menahan rasa penasarannya. “Apa sebetulnya yang tengah kaurencanakan?” “Mencegah Raja Yerzhan bertindak lebih jauh dari yang seharusnya dia lakukan.” “Tuan Panglima, kau tenanglah. Ayahku tidak mungkin mencari masalah dengan kalian. Toh kalian telah menyelamatkanku!” kata Shirma. Yu Shi memandang Shirma. Inilah alasannya mengapa ia tidak bisa menyebutkan apa yang persisnya ia lakukan. Ia kembali tersenyum. “Ya, saya juga sangat mengharapkan demikian.” “Aku akan memastikannya! Karena kalian adalah penyelamat jiwaku!” Shirma memandang Rong Xun, dan Rong Xun ikut menukas, “Yu Shi, tenanglah. Putri Shirma sudah menjamin kita. Raja Yerzhan pasti akan menjamu kita dengan baik.” “Tentu saja.” Yu Shi tersenyum. Ia memang tenang, tapi bukan
“Kan sudah kubilang, Raja Yerzhan tidak akan peduli soal budi baik. Karena kakek telah memanfaatkan Putri Tukhestan untuk memadamkan pemberontakan Tukhestan. Jadi ia menganggap aku berbuat sama seperti kakekku, mencoba memikat putrinya untuk mendapat takhta.” Yu Shi menatap Rong Xun lekat-lekat. Rong Xun sendiri tidak mampu membalas, ia hanya bergumam pendek. “Untung kau meminta bantuan Guru Li...” Tuan Li ikut berujar. “Begitu kudengar kalian berniat menuju Tukhestan, aku tentu langsung pergi ke sana. Tukhestan jauh lebih berbahaya daripada Khanate ataupun Kishov karena mereka adalah suku bangsa yang paling membenci Han. Apalagi kudengar kalian langsung masuk ke Istana Khestagon.” Ia geleng-geleng kepala. Karena saat itu mereka ada di kamar yang sepi, Yu Shi berani bertanya blak-blakan. “Guru, sudahlah! Cepat beritahu kami di mana Puteri Feng Lan
Menyelundup keluar dari Istana tidaklah sulit, karena memang Raja Yerzhan telah sengaja mempermudah jalan keluar mereka. Namun Yu Shi dan Rong Xun sama sekali tidak mengira akan hal itu, mereka pikir Putri Shirma-lah yang telah berjasa dalam mencarikan jalan keluar. Begitu pula dengan perjalanan menuju Rumair. Bahkan telah tersedia dua ekor kuda bagi mereka. Mereka pun dapat tiba lebih cepat di Rumair. Kuda berhenti berderap. Yu Shi memandangi suasana di sekelilingnya. Ia refleks menggigit bibir. “Inikah Rumair...” Yang terhampar di hadapannya adalah pemandangan sebuah kota hantu. Ditambah dengan suasana kelam malam membuat kengerian semakin menjadi-jadi. Kabut tipis samar-samar membaurkan puing-puing yang berdiri di hadapan mereka. Genggaman tangan Yu Shi bergetar. Sementara Shirma refleks menggenggam tangan Rong Xun yang kontan terperangah
Raja Yerzhan terbahak keras. “Hahaha! Roda karma telah berputar! Dosa yang telah diperbuat leluhurmu sekarang telah kembali kepadamu! Han Yu Shi, rasakan kau sekarang!” Kalimat terakhir sang Raja sekonyong-konyong menyentak Shirma. Ia berpaling, menatap nanar ayahnya. “Ayah... Maksud Ayah siapa sebetulnya yang Ayah benci?...” “Tentu saja keparat Han Yu Shi!” “Jadi, yang ayah ingin jebak sebenarnya adalah dia?...” Shirma terpana, kekagetan luar biasa terpancar dari bola matanya. Seketika Yu Shi merasakan keanehan dari mimik gadis itu, dan seketika juga ia mengerti alasannya. Seluruh kronologis ceritanya, juga mengapa Raja Yerzhan bisa berada di sini. “Raja Yerzhan, rupanya kau menipu Putri Shirma dengan mengatakan bahwa aku berusaha memikat putrimu untuk merebut takhta Tukhestan, membujuknya dengan memberit
Suara itu begitu mengejutkan. Semua orang menolehkan kepala untuk melihat. Dan mereka melihat pemandangan lain. Beberapa prajurit kini berjatuhan dengan panah menancap di bagian tubuh mereka. Prajurit yang tersisa segera mencabut pedang masing-masing, melawan musuh yang baru muncul. Raja Yerzhan berteriak murka. “Pasukan Liang!” Ia menyembur, matanya terbelalak memandangi Tuan Li yang tengah berdiri di hadapannya dan balas menatapnya tajam. Dan hanya itulah yang bisa dikatakannya, karena pasukan yang ia siapkan masih kalah jumlah dari pasukan Tuan Li. “Sudah kuduga inilah yang akan terjadi,” Tuan Li berkata perlahan. Dengan cepat ditariknya Yu Shi dan Rong Xun ke arahnya. Lalu, mengacungkan jarinya menunjuk Raja Yerzhan, ia berseru, “Tangkap tua bangka itu! Jangan biarkan ia lolos!” Kini berganti Raja Yerzhan yang sibuk melarikan diri.