Home / Urban / THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan / Bab 28- Heptagon Vs Black Dawn- Part II

Share

Bab 28- Heptagon Vs Black Dawn- Part II

Author: Aljum'ah R
last update Huling Na-update: 2025-02-16 13:51:04

Serangan Dimulai

Tepat pukul 23.07, serangan dimulai.

Helikopter Heptagon menembakkan roket ke arah pintu gerbang markas Black Dawn, menciptakan ledakan besar yang mengguncang tanah. Pasukan Heptagon langsung bergerak, masuk melalui celah yang ditinggalkan oleh ledakan.

Thomas dan timnya mengikuti Sebastian di garis depan. Mereka bergerak dengan cepat, menembak musuh yang mencoba melawan.

"Hati-hati! Mereka punya penembak jitu di menara itu!" Eleanor berteriak sambil menunjuk ke sebuah menara pengawas.

Thomas berlutut di balik dinding, mengambil senapan sniper dari punggungnya. Dengan napas teratur, ia menembak penembak jitu di menara itu, menjatuhkannya dengan satu tembakan.

"Bagus," kata Sebastian. "Sekarang maju! Kita harus mencapai pusat komando sebelum mereka sempat memanggil bala bantuan."

Mereka terus maju, melewati barikade dan gedung-gedung yang terbakar. Suara tembakan dan ledakan memenuhi udara, menciptakan kekacauan yang luar biasa.

Setelah 30 menit pertempuran sengit, Thomas dan timnya berhasil mencapai pusat komando Black Dawn. Gedung itu dijaga ketat oleh pasukan elit musuh, tetapi Heptagon tidak menunjukkan belas kasihan.

Sebastian memberi isyarat kepada Thomas dan Dante untuk memimpin tim kecil ke dalam gedung, sementara dia dan Eleanor menjaga pintu masuk.

Di dalam, pertempuran berubah menjadi pertempuran jarak dekat. Thomas menggunakan senjata api dan pisau untuk melumpuhkan musuh yang menyerang dari berbagai arah.

"Jangan biarkan mereka menghancurkan komputer itu!" teriak Dante sambil menunjuk ke arah server utama.

Thomas segera bergerak, melindungi komputer tersebut sambil menembak musuh yang mendekat. Setelah memastikan area aman, Thomas menghubungi Aiden dipusat komando operasi di afrika selatan, "siap untuk masuk, retas sistem komputer Black Dawn sekarang".

"Aku butuh waktu lima menit!" teriak Aiden melalui alat komunikasinya mengetik cepat di keyboard.

"Kita tidak punya lima menit!" jawab Thomas sambil menembak musuh lain yang mencoba masuk ke ruangan.

Kejutan dari Black Dawn

Saat mereka hampir menyelesaikan misi, suara gemuruh besar terdengar dari luar. Thomas melihat melalui jendela dan menyadari bahwa Black Dawn telah membawa kendaraan lapis baja dan pasukan tambahan.

"Mereka membawa bala bantuan!" teriak Eleanor melalui radio. "Sebastian, kita butuh dukungan udara sekarang!"

Sebastian mengangguk dan segera memberikan perintah melalui radio. "Helikopter, fokuskan serangan kalian ke kendaraan lapis baja mereka. Jangan biarkan mereka mendekat ke gedung ini."

Ledakan besar terdengar ketika roket dari helikopter menghantam kendaraan musuh. Namun, jumlah musuh terlalu banyak, dan tekanan di lapangan semakin meningkat.

Thomas tahu bahwa mereka harus menyelesaikan misi ini secepat mungkin. "Aiden, bagaimana keadaannya?"

Aiden mengetik dengan panik. "Hampir selesai! Aku sudah menyalin semua data mereka. Beri aku satu menit lagi!"

Saat Aiden akhirnya selesai, mereka segera bersiap untuk mundur. Namun, musuh telah mengepung gedung tersebut.

"Kita dikepung!" teriak Jamal.

Sebastian memberikan perintah cepat. "Kita akan keluar melalui jalur belakang. Eleanor, berikan penutup dari atas."

Mereka bergerak dengan cepat, melawan musuh yang mencoba menghentikan mereka. Thomas memimpin timnya melalui lorong sempit, memastikan tidak ada yang tertinggal.

Di luar, mereka bertemu dengan pasukan Heptagon lainnya yang datang untuk memberikan dukungan. Baku tembak terus terjadi hingga fajar mulai menyingsing.

Akhirnya, setelah perjuangan panjang, mereka berhasil mundur ke zona aman.

Markas Black Dawn di Republik Demokratik Kongo berhasil dihancurkan. Pasukan mereka tercerai-berai, dan gudang senjata utama mereka meledak dalam api besar.

Sebastian berdiri di atas bukit, melihat kehancuran di bawahnya. "Ini baru permulaan," katanya dengan suara pelan. "Black Dawn akan merasakan apa artinya melawan Heptagon."

Thomas berdiri di sampingnya, tubuhnya lelah tetapi matanya tetap tajam. Ia tahu bahwa perang ini masih jauh dari selesai, tetapi malam ini, mereka telah memenangkan satu pertempuran besar.

Pembersihan di Afrika Selatan

Sebastian N'Dour berdiri di sebuah bukit kecil, memandang ke arah markas Black Dawn di pinggiran Johannesburg. Titik operasi Black Dawn ini dikenal sebagai pusat kendali mereka di Afrika Selatan.

"Pasukan, siapkan diri. Kita hanya punya satu kesempatan untuk menghancurkan mereka dalam satu serangan," katanya melalui radio. Suaranya tegas, membuat setiap anggota pasukan Heptagon di sekitarnya fokus.

Sebastian mengangkat tangannya, memberi isyarat. Roket pertama meluncur dari helikopter di udara, menghancurkan dinding depan markas Black Dawn.

"Maju!" Sebastian berteriak, memimpin pasukan langsung ke medan pertempuran. Dengan senjata otomatis di tangan, ia menjadi salah satu dari sedikit pemimpin yang selalu bertarung di garis depan.

Pertempuran berlangsung sengit selama berjam-jam. Black Dawn mencoba melawan dengan pasukan bayaran mereka, tetapi koordinasi dan persenjataan Heptagon jauh lebih unggul.

Menjelang malam, markas itu hancur total. Sebastian berjalan melalui reruntuhan, memastikan tidak ada sisa perlawanan.

"Satu sudah selesai," katanya pelan, lalu mengirim laporan ke Mr. Savanna.

Pembersihan di Libya

Di Libya, Hassan Ghaddafi memimpin serangan ke fasilitas minyak yang dikuasai Black Dawn. Fasilitas ini menjadi salah satu sumber pendapatan utama Black Dawn di Afrika Utara.

"Mereka tidak akan menyerahkan ini dengan mudah," Hassan berkata kepada pasukannya. "Bersiaplah untuk perlawanan besar."

Pasukan Heptagon melancarkan serangan di tengah malam, menggunakan keheningan malam untuk keuntungan mereka. Mereka menyelinap melalui gurun, mendekati fasilitas tanpa terdeteksi.

Namun, Black Dawn sudah mempersiapkan jebakan. Saat pasukan Hassan mendekat, bom-bom tersembunyi meledak, melukai beberapa anggota Heptagon.

"Tetap maju!" Hassan berteriak. "Jangan biarkan mereka menang!"

Pertempuran berlangsung hingga pagi hari. Dengan taktik cerdik, Hassan berhasil memimpin pasukannya untuk merebut fasilitas tersebut. Ia berdiri di atas menara pengawas, menyaksikan matahari terbit di atas padang pasir yang kini dikuasai Heptagon.

Pembersihan di Nigeria

Di Lagos, Victor Oladipo menghadapi tantangan yang berbeda. Markas Black Dawn di sini tersembunyi di tengah kawasan pemukiman padat, membuat serangan langsung hampir mustahil tanpa menyebabkan kerusakan besar.

"Kita harus melumpuhkan mereka tanpa menghancurkan kota ini," kata Victor kepada pasukannya. "Gunakan penyamaran dan infiltrasi untuk mendekati target."

Tim kecil Heptagon menyusup ke dalam markas, berpura-pura sebagai pedagang senjata. Mereka berhasil masuk ke dalam tanpa dicurigai, tetapi pertempuran pecah ketika mereka mencoba mengambil alih markas dari dalam.

"Bersihkan semua ruangan!" perintah Victor melalui radio. "Pastikan tidak ada yang lolos!"

Pertempuran jarak dekat berlangsung sengit. Namun, pada akhirnya, tim Heptagon berhasil merebut markas tersebut tanpa merusak lingkungan sekitar.

Pembersihan di Ethiopia

Di Ethiopia, Solomon Abebe memimpin serangan ke sebuah benteng di pegunungan yang dijadikan markas utama Black Dawn di wilayah itu. Benteng itu sulit diakses, membuat serangan langsung menjadi tantangan besar.

"Kita akan menggunakan jalur rahasia yang ditemukan oleh tim intelijen kita," kata Solomon kepada pasukannya. "Ini akan sulit, tetapi kita tidak punya pilihan lain."

Tim kecil Solomon mendaki gunung dalam kegelapan malam, membawa perlengkapan berat di punggung mereka. Saat mereka mendekati benteng, mereka disambut dengan tembakan berat dari musuh.

"Tahan posisi!" teriak Solomon. "Gunakan granat untuk melumpuhkan mereka!"

Dengan perjuangan keras, mereka akhirnya berhasil menembus pertahanan musuh dan merebut benteng tersebut. Solomon berdiri di atas benteng, memandang ke lembah di bawahnya.

"Ethiopia kini bebas dari Black Dawn," katanya pelan.

------------------->Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 36 - Tim Kematian - Part 01

    Langit mulai berubah menjadi warna jingga saat senja menjelang. Angin dingin berembus melewati lapangan akademi, membawa keheningan yang terasa semakin berat. Di tengah area terbuka itu, Thomas berdiri berhadapan dengan Alex, Diego, dan Flynn tiga sosok yang dulu ia kenal sebagai teman seperjuangan, tetapi kini telah menjadi sesuatu yang lebih. Thomas tidak segera berbicara. Matanya menyapu wajah mereka satu per satu, mencoba menemukan jejak masa lalu di balik perubahan besar yang kini terpampang di hadapannya. Namun, yang ia lihat adalah sesuatu yang lebih kuat, lebih tajam mereka bukan lagi hanya sekadar rekan, mereka adalah saudara dalam peperangan. Alexlah yang pertama melangkah maju, dengan ekspresi percaya diri yang tetap sama seperti dahulu. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam caranya menatap Thomas. Bukan hanya rasa hormat, tetapi juga kebanggaan. "Jadi, kau akhirnya kembali." Suara Alex terdengar mantap, tanpa keraguan sedikit pun. Thomas mengangguk pelan. "Aku tidak pe

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 35 - Transformasi Thomas - Part 04

    Ia menghindari pukulan lurus dengan gerakan slipping, memiringkan kepala hanya beberapa inci dari tinju George.Hook kanan datang cepat, tetapi Thomas mengangkat sikunya untuk menangkis, merasakan benturan yang nyaris mematahkan tulangnya.Saat tendangan putar melesat, Thomas melompat mundur, menggunakan momentum George untuk memperhitungkan serangan balasan.Dan di situlah momen itu datang.Saat sikutan George mengarah ke lehernya, Thomas menurunkan tubuhnya, merendah, lalu meluncurkan uppercut langsung ke ulu hati George.DUG!Untuk pertama kalinya, George terdorong mundur.Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang ia pelajari dari pertarungan ke-99, ia menyerang balik.Elbow strike ke rahang.Tendangan rendah ke lutut.Sebuah pukulan straight ke arah dada.Namun, George bukan lawan yang mudah. Saat serangan ketiga hampir mengenai, George tiba-tiba berbalik, menggunakan energi Thomas sendiri untuk menjatuhkannya dengan teknik grappling.Thomas terhuyung, teta

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 34 - Transformasi Thomas - Part 03

    Serigala itu tidak sendiri. Ada lima ekor lain yang mengintainya dari balik pepohonan.Thomas tahu bahwa ia harus bertarung.Ia mengambil tongkat besar yang terbakar di ujungnya dan mengayunkannya ke arah serigala pertama. Hewan itu mundur, tetapi lima lainnya bergerak mendekat. Ia tidak bisa melawan mereka semua.Pilihannya hanya satu "Lariiiii."Dengan cepat, ia berbalik dan berlari melewati hutan, napasnya tersengal. Ia melompati akar pohon, menerobos semak-semak, sementara suara cakar-cakar tajam mendekatinya dari belakang. Ia tidak bisa berhenti.Setelah hampir satu menit penuh berlari, ia melihat celah sempit di antara dua batu besar. Tanpa berpikir panjang, ia meluncur masuk dan menekan tubuhnya ke dalam ruang kecil itu. Serigala-serigala itu berhenti di luar, menggeram marah, tetapi tak bisa menjangkaunya.Ia menunggu, menahan napas, hingga akhirnya suara mereka menghilang.Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia menyadari satu hal: tempat ini tidak akan memberinya belas kasihan. J

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 33 - Transformasi Thomas - Part II

    Ia menggoreskan bilahnya ke telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke dalam gelas kosong di tengah mereka.Tanpa ragu, Flynn mengambil pisau itu dan mengikuti, menyayat telapak tangannya sendiri sebelum meneteskan darahnya ke dalam gelas. "Setiap misi, setiap pertempuran, setiap kejatuhan… kita tetap satu."Alex, dengan tatapan penuh tekad, mengulangi ritual yang sama. "Kita tidak akan pernah berdiri sendirian. Kita adalah satu jiwa dalam empat tubuh."Akhirnya, Thomas mengambil pisau itu, merasakan dinginnya baja di kulitnya sebelum menyayat telapak tangannya sendiri. Darahnya bercampur dengan darah saudara-saudaranya, mengukuhkan sumpah yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.Ia mengambil gelas itu, memutarnya pelan sebelum meneguknya. Darah hangat mengalir di tenggorokannya, bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi sebagai bukti tak terbantahkan bahwa mereka telah memilih jalan yang sama. Tanpa ragu, gelas itu berpindah ke Alex, lalu ke Diego, dan terakhir ke Flynn. Mereka me

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 32- Transformasi Thomas - Part I

    Setelah berminggu-minggu menjalani latihan intensif di akademi, Thomas mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia menjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih waspada. Namun, dalam setiap latihan, ia juga mulai menyadari batasannya. Meskipun telah melalui berbagai skenario pertempuran, Thomas tahu bahwa ia masih jauh dari kata siap untuk menghadapi ancaman Black Dawn yang sesungguhnya.Sebuah komunikasi rahasia terjadi di salah satu markas Heptagon. Mr. Ice, salah satu The Council, telah berbicara dengan George Simbian secara langsung."Anak itu punya potensi," kata Mr. Ice dengan suara dingin khasnya. "Tapi dia belum siap. Jika dia ingin bertahan dalam perang berikutnya, dia harus menjadi lebih dari sekadar prajurit biasa."George menyilangkan tangan. "Kau ingin aku melatihnya secara khusus?""Ya. Tapi aku tidak ingin kau menawarkan diri. Jika Thomas benar-benar siap, dia akan datang kepadamu sendiri."George mengangguk paham. "Baik. Jika dia cukup cerdas untuk menyadari kelemahannya,

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 31 - Bayangan dan Ancaman- Part II

    Thomas tersenyum, tetapi ia tahu ada kebenaran dalam ucapan mereka. Ia memang berubah. Setelah melihat kematian, menyaksikan bagaimana Heptagon mengendalikan dunia kriminal, dan mengalami langsung pertarungan brutal, ia tidak bisa kembali menjadi siswa biasa yang hanya menjalani pelatihan tanpa memahami konsekuensinya.Keesokan harinya, Thomas kembali ke rutinitas akademi tetapi dengan nuansa yang berbeda. Di lapangan latihan, setiap tatapan yang diarahkan padanya terasa berat. Sebagian besar siswa lain melihatnya dengan rasa hormat, beberapa dengan iri, dan yang lain dengan waspada.Tidak seperti biasanya, Saat sesi Latihan kali ini, George Simbian adalah instruktur hari itu menggantikan Antonov, dan dia telah menanti terlebih dahulu dilapangan. "Hayooo….berkumpul lebih cepat, PARA BAJINGAN, kalian fikir kita sedang-piknik". Mendengar teriakan George. para siswa panik, berlari dan segera cepat membentuk barisan. Diego mendengar suara yang tidak asing baginya, spontan menepuk jidatn

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status