Home / Urban / THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan / Bab 29- Heptagon Vs Black Dawn- Part III

Share

Bab 29- Heptagon Vs Black Dawn- Part III

Author: Aljum'ah R
last update Last Updated: 2025-02-16 13:51:20

Pembersihan di Angola

Di pesisir Angola, Ricardo De Costa memimpin operasi untuk merebut pelabuhan yang digunakan Black Dawn sebagai jalur penyelundupan senjata. Pertempuran ini berlangsung di laut dan darat, dengan kapal-kapal Heptagon menyerang armada Black Dawn.

"Hancurkan kapal mereka sebelum mereka melarikan diri!" Ricardo berteriak melalui radio.

Helikopter Heptagon meluncurkan roket ke kapal-kapal musuh, menciptakan ledakan besar yang mengguncang lautan. Pasukan darat menyerbu pelabuhan, menghadapi perlawanan sengit dari tentara bayaran Black Dawn.

Setelah berjam-jam pertempuran, Ricardo akhirnya mengibarkan bendera Heptagon di atas pelabuhan, menandakan kemenangan mereka.

Pembersihan di Chad

Di Chad, Malik Bakri memimpin operasi rahasia untuk melumpuhkan jaringan komunikasi Black Dawn. Markas mereka di sini tersembunyi di bawah tanah, membuatnya sulit ditemukan.

"Gunakan drone untuk mencari pintu masuk mereka," perintah Malik.

Dengan bantuan teknologi canggih, pasukan Heptagon menemukan lokasi pintu masuk tersembunyi dan menyerang dengan cepat. Operasi ini berlangsung tanpa suara, tetapi sangat mematikan.

Dalam waktu singkat, jaringan komunikasi Black Dawn di Chad sepenuhnya dihancurkan.

Puncak Perang

Di hari terakhir operasi, semua The Line melaporkan keberhasilan mereka kepada Mr. Savanna. Black Dawn kehilangan semua markas utama mereka di Afrika, dan pasukan mereka hancur total.

Di markas besar Heptagon di Afrika Selatan, Mr. Savanna berdiri di depan layar besar, mendengarkan laporan dari setiap The Line.

"Kalian semua telah melaksanakan tugas dengan baik," katanya dengan suara tegas. "Dunia sekarang tahu bahwa Heptagon tidak bisa disentuh."

Sebastian melangkah maju. "Apa perintah selanjutnya, Tuan?"

Mr. Savanna tersenyum tipis. "Untuk saat ini, kita akan mundur dan mengamati. Black Dawn sudah diberi pelajaran. Jika mereka mencoba bangkit lagi, kita akan menghancurkan mereka lebih cepat."

Dari Pertempuran ke Peringatan Global

Hari ketujuh dari operasi pembersihan Black Dawn di Afrika menandai akhir dari pertempuran besar. Semua wilayah yang dikuasai oleh Black Dawn kini berada di bawah kendali Heptagon. Markas-markas mereka hancur, jaringan perdagangan mereka terputus, dan tentara bayaran mereka kalah telak.

Di markas besar Heptagon di Afrika Selatan, Sebastian N'Dour berdiri di depan layar besar yang menampilkan laporan dari seluruh wilayah Afrika. Setiap The Line memberikan laporan langsung tentang status operasi mereka, wajah mereka memancarkan kepuasan atas keberhasilan ini.

Sebastian mengambil napas dalam, mengusap peluh dari dahinya sebelum berbicara ke mikrofon. "Operasi selesai. Black Dawn telah dibersihkan dari Afrika."

Di ruangan yang sama, Thomas dan timnya menyaksikan dengan penuh perhatian. Ini adalah pertama kalinya mereka benar-benar memahami skala kekuatan Heptagon.

"Kalian berhasil, Sebastian," suara berat Mr. Savanna terdengar melalui sistem komunikasi. "Sekarang waktunya bagi dunia untuk memahami konsekuensi dari melawan kita."

Pidato Mr. Savanna: Pesan untuk Dunia

Beberapa jam setelah operasi selesai, Mr. Savanna mengadakan konferensi pers global secara rahasia, disiarkan melalui jaringan bawah tanah yang hanya bisa diakses oleh organisasi kriminal dan penguasa bayangan dunia.

Di sebuah ruangan gelap, Mr. Savanna berdiri di atas panggung kecil. Wajahnya tampak dingin namun penuh karisma, mengenakan setelan putih khasnya yang menambah aura otoritas. Di belakangnya, bendera Heptagon berkibar dengan simbol segi tujuh dengan mata tunggal ditengahnya.

"Hari ini, saya berbicara kepada semua orang yang berani melawan kita," ia memulai dengan suara tegas. "Selama bertahun-tahun, Heptagon telah membiarkan Black Dawn beroperasi di Afrika. Namun, mereka telah membuat kesalahan fatal dengan mengganggu agenda kami. Dan seperti yang kalian lihat sekarang, itu adalah kesalahan terakhir mereka."

Gambar-gambar dari pertempuran yang baru saja terjadi ditampilkan di layar besar di belakangnya:

Markas Black Dawn di Afrika Selatan yang terbakar habis.

Fasilitas minyak di Libya yang kini dikuasai Heptagon.

Benteng di Ethiopia yang runtuh setelah serangan besar-besaran.

"Ini adalah peringatan," lanjut Mr. Savanna. "Tidak ada yang bisa mengganggu Heptagon tanpa menghadapi balasan yang sepadan. Dunia bawah adalah milik kita, dan siapa pun yang mencoba merebutnya akan dihancurkan, seperti Black Dawn."

Pidato ini memberikan dampak besar di dunia kriminal. Banyak organisasi kecil yang sebelumnya mempertimbangkan untuk melawan Heptagon kini menarik diri, takut menghadapi nasib yang sama seperti Black Dawn.

Sementara pidato ini berlangsung, para The Council di berbagai belahan dunia menyaksikan dengan penuh perhatian.

Mr. Ice - London, Inggris: Duduk di ruangannya yang megah dengan segelas anggur di tangannya. Dia tersenyum tipis dan mengangguk. "Savanna benar-benar tahu cara memberikan peringatan keras. Afrika sekarang menjadi pernyataan kekuatan kita."

Mr. Shogun - Tokyo, Jepang: Duduk di sebuah ruangan gelap dengan jendela menghadap kota yang gemerlap. Matanya tajam, menatap layar dengan penuh pertimbangan. "Pidato yang sempurna. Dia memastikan setiap musuh berpikir dua kali sebelum melawan kita."

Mr. Patriot – New York, AS: Berdiri dengan tangan bersilang, mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Dia mengangguk pelan dengan ekspresi dingin. "Savanna memahami bahwa simbolisme adalah segalanya dalam perang seperti ini. Pesan sudah jelas, dan itu akan bergema jauh."

Mr. Samba - Rio de Janeiro, Brasil: Duduk santai di balkon penthouse-nya, menyaksikan pidato dengan cerutu di tangannya. Dia tertawa kecil dan mengangkat gelasnya. "Luar biasa. savanna menunjukkan siapa yang memegang kendali di dunia ini."

Mr. Outback - Sydney, Australia: Duduk di sebuah bar, dikelilingi oleh anak buahnya yang ikut menyaksikan. Dia tertawa lepas dan meneguk birnya. "Savanna tahu cara membuat musuh gemetar. Black Dawn pasti tak akan bangkit lagi."

Mr. Polar – Antartika : Duduk di depan perapian Bersama 2 orang pelayan seksi, dengan mata tajam yang menatap layar. Dia tersenyum dingin dan berbisik pelan. "Dunia bawah akan terguncang setelah ini."

Para The Council saling bertukar informasi melalui jalur komunikasi rahasia. Mereka semua sepakat bahwa Heptagon baru saja mengukuhkan dominasi globalnya sekali lagi.

Efek Global: Reaksi di The Heptagon Academy

Sementara itu, di The Heptagon Academy (THA), para siswa menonton siaran pidato ini dengan ekspresi campur aduk.

Alex, Flynn, dan Diego yang sedang bersantai di ruang rekreasi, terpaku menatap layar besar yang menampilkan Mr. Savanna.

Alex: Mengusap wajahnya, lalu menoleh ke Flynn dan Diego. "Aku nggak percaya Thomas benar-benar ikut dalam ini. Kita cuma latihan keras di sini, tapi dia? Dia sudah ada di medan perang yang sebenarnya."

Flynn: Menatap layar dengan ekspresi serius. "Aku tahu dia akan melakukan hal besar, tapi ini lebih gila dari yang aku bayangkan."

Diego: Tertawa kecil, meskipun ada sedikit kegelisahan di wajahnya. "Tebak siapa yang harus traktir kita kalau dia kembali? Thomas jelas sudah naik level sekarang."

Seorang siswa lain berkomentar, "Kukira ini cuma organisasi bawah tanah biasa, tapi ini lebih dari itu. Kita benar-benar sedang dilatih untuk sesuatu yang jauh lebih besar."

Beberapa siswa terkejut, sementara yang lain merasa bersemangat. Akademi Heptagon kini menyadari bahwa mereka bukan hanya bagian dari pelatihan biasa mereka sedang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin perang masa depan.

Setelah semua laporan selesai, Mr. Savanna menatap peta dunia yang terpampang di layar di depannya.

"Ini hanyalah langkah awal," katanya pelan. "Perang ini baru saja dimulai, dan Heptagon akan selalu menjadi yang pertama menyerang."

Di seluruh dunia, para penguasa bayangan dunia bawah mulai menyesuaikan strategi mereka. Sementara itu, Thomas dan timnya menyadari bahwa mereka kini telah menjadi bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar pelatihan di akademi.

---------------->Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 35 - Transformasi Thomas - Part 04

    Ia menghindari pukulan lurus dengan gerakan slipping, memiringkan kepala hanya beberapa inci dari tinju George.Hook kanan datang cepat, tetapi Thomas mengangkat sikunya untuk menangkis, merasakan benturan yang nyaris mematahkan tulangnya.Saat tendangan putar melesat, Thomas melompat mundur, menggunakan momentum George untuk memperhitungkan serangan balasan.Dan di situlah momen itu datang.Saat sikutan George mengarah ke lehernya, Thomas menurunkan tubuhnya, merendah, lalu meluncurkan uppercut langsung ke ulu hati George.DUG!Untuk pertama kalinya, George terdorong mundur.Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang ia pelajari dari pertarungan ke-99, ia menyerang balik.Elbow strike ke rahang.Tendangan rendah ke lutut.Sebuah pukulan straight ke arah dada.Namun, George bukan lawan yang mudah. Saat serangan ketiga hampir mengenai, George tiba-tiba berbalik, menggunakan energi Thomas sendiri untuk menjatuhkannya dengan teknik grappling.Thomas terhuyung, teta

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 34 - Transformasi Thomas - Part 03

    Serigala itu tidak sendiri. Ada lima ekor lain yang mengintainya dari balik pepohonan.Thomas tahu bahwa ia harus bertarung.Ia mengambil tongkat besar yang terbakar di ujungnya dan mengayunkannya ke arah serigala pertama. Hewan itu mundur, tetapi lima lainnya bergerak mendekat. Ia tidak bisa melawan mereka semua.Pilihannya hanya satu "Lariiiii."Dengan cepat, ia berbalik dan berlari melewati hutan, napasnya tersengal. Ia melompati akar pohon, menerobos semak-semak, sementara suara cakar-cakar tajam mendekatinya dari belakang. Ia tidak bisa berhenti.Setelah hampir satu menit penuh berlari, ia melihat celah sempit di antara dua batu besar. Tanpa berpikir panjang, ia meluncur masuk dan menekan tubuhnya ke dalam ruang kecil itu. Serigala-serigala itu berhenti di luar, menggeram marah, tetapi tak bisa menjangkaunya.Ia menunggu, menahan napas, hingga akhirnya suara mereka menghilang.Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia menyadari satu hal: tempat ini tidak akan memberinya belas kasihan. J

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 33 - Transformasi Thomas - Part II

    Ia menggoreskan bilahnya ke telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke dalam gelas kosong di tengah mereka.Tanpa ragu, Flynn mengambil pisau itu dan mengikuti, menyayat telapak tangannya sendiri sebelum meneteskan darahnya ke dalam gelas. "Setiap misi, setiap pertempuran, setiap kejatuhan… kita tetap satu."Alex, dengan tatapan penuh tekad, mengulangi ritual yang sama. "Kita tidak akan pernah berdiri sendirian. Kita adalah satu jiwa dalam empat tubuh."Akhirnya, Thomas mengambil pisau itu, merasakan dinginnya baja di kulitnya sebelum menyayat telapak tangannya sendiri. Darahnya bercampur dengan darah saudara-saudaranya, mengukuhkan sumpah yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.Ia mengambil gelas itu, memutarnya pelan sebelum meneguknya. Darah hangat mengalir di tenggorokannya, bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi sebagai bukti tak terbantahkan bahwa mereka telah memilih jalan yang sama. Tanpa ragu, gelas itu berpindah ke Alex, lalu ke Diego, dan terakhir ke Flynn. Mereka me

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 32- Transformasi Thomas - Part I

    Setelah berminggu-minggu menjalani latihan intensif di akademi, Thomas mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia menjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih waspada. Namun, dalam setiap latihan, ia juga mulai menyadari batasannya. Meskipun telah melalui berbagai skenario pertempuran, Thomas tahu bahwa ia masih jauh dari kata siap untuk menghadapi ancaman Black Dawn yang sesungguhnya.Sebuah komunikasi rahasia terjadi di salah satu markas Heptagon. Mr. Ice, salah satu The Council, telah berbicara dengan George Simbian secara langsung."Anak itu punya potensi," kata Mr. Ice dengan suara dingin khasnya. "Tapi dia belum siap. Jika dia ingin bertahan dalam perang berikutnya, dia harus menjadi lebih dari sekadar prajurit biasa."George menyilangkan tangan. "Kau ingin aku melatihnya secara khusus?""Ya. Tapi aku tidak ingin kau menawarkan diri. Jika Thomas benar-benar siap, dia akan datang kepadamu sendiri."George mengangguk paham. "Baik. Jika dia cukup cerdas untuk menyadari kelemahannya,

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 31 - Bayangan dan Ancaman- Part II

    Thomas tersenyum, tetapi ia tahu ada kebenaran dalam ucapan mereka. Ia memang berubah. Setelah melihat kematian, menyaksikan bagaimana Heptagon mengendalikan dunia kriminal, dan mengalami langsung pertarungan brutal, ia tidak bisa kembali menjadi siswa biasa yang hanya menjalani pelatihan tanpa memahami konsekuensinya.Keesokan harinya, Thomas kembali ke rutinitas akademi tetapi dengan nuansa yang berbeda. Di lapangan latihan, setiap tatapan yang diarahkan padanya terasa berat. Sebagian besar siswa lain melihatnya dengan rasa hormat, beberapa dengan iri, dan yang lain dengan waspada.Tidak seperti biasanya, Saat sesi Latihan kali ini, George Simbian adalah instruktur hari itu menggantikan Antonov, dan dia telah menanti terlebih dahulu dilapangan. "Hayooo….berkumpul lebih cepat, PARA BAJINGAN, kalian fikir kita sedang-piknik". Mendengar teriakan George. para siswa panik, berlari dan segera cepat membentuk barisan. Diego mendengar suara yang tidak asing baginya, spontan menepuk jidatn

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 30 - Bayangan dan Ancaman- Part I

    Langit malam di Afrika Selatan terbentang luas, bertabur bintang yang bersinar di atas kota Johannesburg. Thomas berdiri di balkon kamar hotelnya, menghirup udara malam yang segar, tetapi pikirannya jauh dari ketenangan yang ditawarkan kota ini. Sudah dua minggu sejak operasi besar-besaran Heptagon menghancurkan Black Dawn di Afrika, tetapi jauh di dalam dirinya, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir. Perang yang sebenarnya baru saja dimulai.Di belakangnya, suara langkah kaki mendekat. Thomas menoleh dan melihat Sebastian N'Dour berdiri dengan tangannya disilangkan di dada, ekspresi wajahnya tetap setenang biasanya."Kau seharusnya menikmati malam terakhir di Afrika sebelum kembali ke akademi," ujar Sebastian.Thomas mengangguk pelan. "Sulit untuk merasa lega ketika kita tahu bahwa ini belum selesai."Sebastian tersenyum tipis dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya sebuah pisau berbilah hitam dengan ukiran tribal khas Afrika. Ia menyerahkannya kepada Thomas."Ini sebagai kenang-kenan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status