Home / Urban / THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan / Bab 35 - Transformasi Thomas - Part 04

Share

Bab 35 - Transformasi Thomas - Part 04

Author: Aljum'ah R
last update Last Updated: 2025-02-17 22:27:14

Ia menghindari pukulan lurus dengan gerakan slipping, memiringkan kepala hanya beberapa inci dari tinju George.

Hook kanan datang cepat, tetapi Thomas mengangkat sikunya untuk menangkis, merasakan benturan yang nyaris mematahkan tulangnya.

Saat tendangan putar melesat, Thomas melompat mundur, menggunakan momentum George untuk memperhitungkan serangan balasan.

Dan di situlah momen itu datang.

Saat sikutan George mengarah ke lehernya, Thomas menurunkan tubuhnya, merendah, lalu meluncurkan uppercut langsung ke ulu hati George.

DUG!

Untuk pertama kalinya, George terdorong mundur.

Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang ia pelajari dari pertarungan ke-99, ia menyerang balik.

Elbow strike ke rahang.

Tendangan rendah ke lutut.

Sebuah pukulan straight ke arah dada.

Namun, George bukan lawan yang mudah. Saat serangan ketiga hampir mengenai, George tiba-tiba berbalik, menggunakan energi Thomas sendiri untuk menjatuhkannya dengan teknik grappling.

Thomas terhuyung, tetapi kali ini ia tidak terhempas. Dengan refleks cepat, ia membalikkan badan, menangkap lengan George dalam kuncian cepat.

George terkekeh. "Kau akhirnya bisa membaca pergerakanku."

Puncak Pertarungan: Hanya Satu Akan Berdiri

Keduanya mundur beberapa langkah, napas berat memenuhi udara. Kini tidak ada lagi kata-kata, hanya gerakan murni dua prajurit bertarung dalam keheningan.

George menyerang lebih agresif, tetapi Thomas menggunakan teknik yang diajarkan George untuk membalikkan serangan itu ke arahnya.

Kuncian lengannya dilepaskan dengan manuver cepat.

Ia menghindari tendangan dengan pergerakan yang lebih efisien, memanfaatkan bobot tubuhnya dengan lebih baik.

Saat George melancarkan pukulan terakhir, Thomas menunduk, lalu melesat ke depan dengan pukulan straight yang keras.

DUG!!!

Pukulan itu mengenai rusuk george dengan keras. Untuk pertama kalinya dalam 100 pertarungan, George benar-benar terdorong ke belakang.

Keheningan menyelimuti area pertarungan. Thomas tetap berdiri, tubuhnya goyah, tetapi ia tidak jatuh kali ini.

George menyeka darah di sudut bibirnya, lalu tersenyum.

Untuk pertama kalinya dalam 100 pertarungan, George mundur selangkah.

Thomas bisa merasakan denyut jantungnya berdebar kencang. Ini mungkin hanya satu pukulan, tetapi bagi Thomas, ini adalah kemenangan pertama dalam neraka pelatihannya.

George menepuk rusuknya yang terkena pukulan, lalu tertawa kecil. "Tidak buruk. Tapi jangan biarkan kemenangan kecil membuatmu sombong."

Thomas tetap waspada, kuda-kudanya masih kokoh. "Aku belum selesai."

George mengangguk, lalu menurunkan tangannya. "Baiklah. Aku akan mengulang pelajaran yang telah kuberikan padamu selama 100 pertarungan ini. Dengarkan baik-baik."

Jangan buang gerakan. Setiap pukulan, tendangan, dan gerakan harus memiliki tujuan. Jangan menyerang hanya untuk menyerang.

Gunakan kelemahan lawan. Tidak ada tubuh yang sempurna. Setiap orang memiliki titik lemah, bahkan aku.

Jangan hanya bereaksi antisipasi. Jika kau selalu menunggu untuk melihat serangan, maka kau sudah terlambat.

Efisiensi lebih baik dari kekuatan. Satu pukulan yang ditempatkan dengan sempurna lebih mematikan daripada sepuluh pukulan yang lemah.

Hindari, lalu balas. Pertahanan terbaik adalah membuat lawan berpikir mereka memiliki keunggulan, lalu membalikkan keadaan dalam sekejap.

George kemudian mengangkat tangan kanannya dan meninju udara. "Jika kau ingin menjadi seseorang yang bisa bertahan dalam perang, ingat ini: jangan bertarung lebih lama dari yang diperlukan. Akhiri lawanmu sebelum mereka mendapat kesempatan kedua."

Thomas menyerap semua pelajaran itu dengan napas berat, keringat bercucuran di wajahnya. Ia tahu satu hal: George tidak lagi melihatnya sebagai seorang murid. Ia melihatnya sebagai seseorang yang bisa bertahan hidup.

Uji tanding ke-101 akan segera datang. Tapi kali ini, Thomas tahu ia bukan lagi hanya seorang petarung. Ia adalah seorang pembunuh terlatih.

Satu Tahun Berakhir: Kelahiran Seorang Predator

Langit di atas pulau terpencil itu gelap dan sunyi, hanya suara ombak yang memecah kesunyian di kejauhan. Thomas berdiri di tengah tanah berbatu yang telah menjadi rumahnya selama setahun penuh. Tubuhnya tidak lagi sama seperti saat ia pertama kali menginjakkan kaki di sini. Setiap ototnya kini bagaikan baja, setiap langkahnya sunyi namun membawa ancaman, dan setiap tarikan napasnya penuh dengan perhitungan.

George Simbian berdiri beberapa langkah di depannya, tatapan tajamnya menyapu sosok muridnya yang telah menempuh perjalanan penuh penderitaan. Ia tahu, pria di hadapannya bukan lagi Thomas yang dulu.

"Kau sudah selesai," kata George akhirnya, suaranya tegas, namun ada nada kepuasan di sana.

Thomas tidak menjawab. Tidak ada yang perlu dikatakan. Ia hanya menatap George dengan sorot mata kosong, bukan tanpa emosi, tetapi tanpa keraguan. Setiap kelemahan telah dikikis dari dirinya.

George merogoh sakunya dan mengeluarkan sebilah pisau. Pisau itu tidak besar, tetapi bentuknya tajam, bersih, dan diukir dengan tanda Heptagon.

"Ini bukan sekadar senjata," ujar George, menyerahkan pisau itu ke tangan Thomas. "Ini adalah simbol bahwa kau telah menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang tidak bisa lagi kau lepaskan."

Thomas menerima pisau itu, merasakannya di tangannya. Dulu, ia akan melihat ini sebagai alat untuk bertahan hidup. Sekarang, ia melihatnya sebagai perpanjangan dirinya sendiri. Ia bukan lagi manusia biasa ia adalah senjata hidup.

George menghela napas pelan, lalu menepuk bahu Thomas. "Sekarang, kau siap menghadapi perang yang sesungguhnya."

Thomas mengangguk, tetapi di dalam dirinya, ia tahu bahwa ia tidak hanya siap menghadapi perang ia telah menjadi perang itu sendiri.

Sehari setelahnya, helikopter mendarat di pulau, membawa Thomas kembali menuju dunia yang pernah ia tinggalkan. Saat ia naik ke dalam pesawat, ia tidak menoleh ke belakang. Tidak ada perpisahan. Tidak ada rasa nostalgia. Ia sudah melampaui itu semua.

Saat helikopter lepas landas, George melihatnya dari bawah, senyum tipis tersungging di wajahnya. "Dia siap."

Saat pesawat mendarat di landasan rahasia Akademi, beberapa petinggi sudah menunggunya. Mereka ingin melihat dengan mata kepala sendiri seberapa jauh monster yang telah mereka ciptakan ini berkembang.

Thomas turun dari pesawat dengan langkah yang sunyi dan terkendali. Ia tidak menampakkan ekspresi apa pun. Matanya tajam, seperti mata seekor pemangsa yang menilai sekelilingnya.

Para siswa yang mengenalnya dari setahun lalu hampir tidak bisa percaya.

Wajahnya lebih keras, lebih tegas, seakan tidak ada lagi emosi yang tersisa.

Tubuhnya lebih besar, lebih kuat, tetapi tetap lincah seperti bayangan.

Setiap gerakannya sehalus mesin yang telah diprogram untuk efisiensi maksimal.

Dari kejauhan, Alex, Diego, dan Flynn mengawasinya dengan berbagai emosi bercampur dalam dada mereka. Saudara mereka kini telah kembali, tetapi tidak dalam bentuk yang mereka harapkan.

Diego menelan ludah. "Dia... berbeda."

Flynn hanya bisa mengangguk pelan. "Bukan berbeda... lebih dari itu. Dia bukan lagi Thomas yang dulu."

Alex, yang selalu memahami Thomas lebih baik dari siapa pun, mengepalkan tangannya. Ia tahu ini akan terjadi. Tapi ia tidak siap untuk menghadapinya.

Thomas berhenti di depan para petinggi Akademi Heptagon. Salah satu dari mereka, seorang pria tua dengan rambut perak dan mata penuh perhitungan, berbicara pertama kali. "Apa yang kau pelajari selama satu tahun ini?"

Thomas menatap lurus ke matanya dan hanya menjawab satu kalimat.

"AKU TELAH MATI DAN DILAHIRKAN KEMBALI."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 35 - Transformasi Thomas - Part 04

    Ia menghindari pukulan lurus dengan gerakan slipping, memiringkan kepala hanya beberapa inci dari tinju George.Hook kanan datang cepat, tetapi Thomas mengangkat sikunya untuk menangkis, merasakan benturan yang nyaris mematahkan tulangnya.Saat tendangan putar melesat, Thomas melompat mundur, menggunakan momentum George untuk memperhitungkan serangan balasan.Dan di situlah momen itu datang.Saat sikutan George mengarah ke lehernya, Thomas menurunkan tubuhnya, merendah, lalu meluncurkan uppercut langsung ke ulu hati George.DUG!Untuk pertama kalinya, George terdorong mundur.Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang ia pelajari dari pertarungan ke-99, ia menyerang balik.Elbow strike ke rahang.Tendangan rendah ke lutut.Sebuah pukulan straight ke arah dada.Namun, George bukan lawan yang mudah. Saat serangan ketiga hampir mengenai, George tiba-tiba berbalik, menggunakan energi Thomas sendiri untuk menjatuhkannya dengan teknik grappling.Thomas terhuyung, teta

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 34 - Transformasi Thomas - Part 03

    Serigala itu tidak sendiri. Ada lima ekor lain yang mengintainya dari balik pepohonan.Thomas tahu bahwa ia harus bertarung.Ia mengambil tongkat besar yang terbakar di ujungnya dan mengayunkannya ke arah serigala pertama. Hewan itu mundur, tetapi lima lainnya bergerak mendekat. Ia tidak bisa melawan mereka semua.Pilihannya hanya satu "Lariiiii."Dengan cepat, ia berbalik dan berlari melewati hutan, napasnya tersengal. Ia melompati akar pohon, menerobos semak-semak, sementara suara cakar-cakar tajam mendekatinya dari belakang. Ia tidak bisa berhenti.Setelah hampir satu menit penuh berlari, ia melihat celah sempit di antara dua batu besar. Tanpa berpikir panjang, ia meluncur masuk dan menekan tubuhnya ke dalam ruang kecil itu. Serigala-serigala itu berhenti di luar, menggeram marah, tetapi tak bisa menjangkaunya.Ia menunggu, menahan napas, hingga akhirnya suara mereka menghilang.Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia menyadari satu hal: tempat ini tidak akan memberinya belas kasihan. J

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 33 - Transformasi Thomas - Part II

    Ia menggoreskan bilahnya ke telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke dalam gelas kosong di tengah mereka.Tanpa ragu, Flynn mengambil pisau itu dan mengikuti, menyayat telapak tangannya sendiri sebelum meneteskan darahnya ke dalam gelas. "Setiap misi, setiap pertempuran, setiap kejatuhan… kita tetap satu."Alex, dengan tatapan penuh tekad, mengulangi ritual yang sama. "Kita tidak akan pernah berdiri sendirian. Kita adalah satu jiwa dalam empat tubuh."Akhirnya, Thomas mengambil pisau itu, merasakan dinginnya baja di kulitnya sebelum menyayat telapak tangannya sendiri. Darahnya bercampur dengan darah saudara-saudaranya, mengukuhkan sumpah yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.Ia mengambil gelas itu, memutarnya pelan sebelum meneguknya. Darah hangat mengalir di tenggorokannya, bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi sebagai bukti tak terbantahkan bahwa mereka telah memilih jalan yang sama. Tanpa ragu, gelas itu berpindah ke Alex, lalu ke Diego, dan terakhir ke Flynn. Mereka me

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 32- Transformasi Thomas - Part I

    Setelah berminggu-minggu menjalani latihan intensif di akademi, Thomas mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia menjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih waspada. Namun, dalam setiap latihan, ia juga mulai menyadari batasannya. Meskipun telah melalui berbagai skenario pertempuran, Thomas tahu bahwa ia masih jauh dari kata siap untuk menghadapi ancaman Black Dawn yang sesungguhnya.Sebuah komunikasi rahasia terjadi di salah satu markas Heptagon. Mr. Ice, salah satu The Council, telah berbicara dengan George Simbian secara langsung."Anak itu punya potensi," kata Mr. Ice dengan suara dingin khasnya. "Tapi dia belum siap. Jika dia ingin bertahan dalam perang berikutnya, dia harus menjadi lebih dari sekadar prajurit biasa."George menyilangkan tangan. "Kau ingin aku melatihnya secara khusus?""Ya. Tapi aku tidak ingin kau menawarkan diri. Jika Thomas benar-benar siap, dia akan datang kepadamu sendiri."George mengangguk paham. "Baik. Jika dia cukup cerdas untuk menyadari kelemahannya,

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 31 - Bayangan dan Ancaman- Part II

    Thomas tersenyum, tetapi ia tahu ada kebenaran dalam ucapan mereka. Ia memang berubah. Setelah melihat kematian, menyaksikan bagaimana Heptagon mengendalikan dunia kriminal, dan mengalami langsung pertarungan brutal, ia tidak bisa kembali menjadi siswa biasa yang hanya menjalani pelatihan tanpa memahami konsekuensinya.Keesokan harinya, Thomas kembali ke rutinitas akademi tetapi dengan nuansa yang berbeda. Di lapangan latihan, setiap tatapan yang diarahkan padanya terasa berat. Sebagian besar siswa lain melihatnya dengan rasa hormat, beberapa dengan iri, dan yang lain dengan waspada.Tidak seperti biasanya, Saat sesi Latihan kali ini, George Simbian adalah instruktur hari itu menggantikan Antonov, dan dia telah menanti terlebih dahulu dilapangan. "Hayooo….berkumpul lebih cepat, PARA BAJINGAN, kalian fikir kita sedang-piknik". Mendengar teriakan George. para siswa panik, berlari dan segera cepat membentuk barisan. Diego mendengar suara yang tidak asing baginya, spontan menepuk jidatn

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 30 - Bayangan dan Ancaman- Part I

    Langit malam di Afrika Selatan terbentang luas, bertabur bintang yang bersinar di atas kota Johannesburg. Thomas berdiri di balkon kamar hotelnya, menghirup udara malam yang segar, tetapi pikirannya jauh dari ketenangan yang ditawarkan kota ini. Sudah dua minggu sejak operasi besar-besaran Heptagon menghancurkan Black Dawn di Afrika, tetapi jauh di dalam dirinya, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir. Perang yang sebenarnya baru saja dimulai.Di belakangnya, suara langkah kaki mendekat. Thomas menoleh dan melihat Sebastian N'Dour berdiri dengan tangannya disilangkan di dada, ekspresi wajahnya tetap setenang biasanya."Kau seharusnya menikmati malam terakhir di Afrika sebelum kembali ke akademi," ujar Sebastian.Thomas mengangguk pelan. "Sulit untuk merasa lega ketika kita tahu bahwa ini belum selesai."Sebastian tersenyum tipis dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya sebuah pisau berbilah hitam dengan ukiran tribal khas Afrika. Ia menyerahkannya kepada Thomas."Ini sebagai kenang-kenan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status