Kondisi ayah Hera belakangan ini semakin memburuk, dengan sisa tabungannya, Hera membawa ayahnya berobat ke dokter. Dokter di rumah sakit itu berkata jika ada penyempitan pembuluh darah di bagian kepala ayah Hera. Hal itu yang menyebabkan stroke yang berkepanjangan dan dampaknya dapat menimbulkan kelumpuhan saraf yang bisa terjadi seumur hidup. Itu berarti kemungkinan kecil ayah Hera bisa sembuh tetapi hal itu dapat di cegah jika dilakukan operasi pemulihan saraf.
Hera menanyakan kepada dokter berapa kira-kira biaya pengobatan ayahnya. Dokter memberitahukan nominal angka yang sangat banyak mencapai milyaran rupiah. Hera sedikit kaget dengan penjelasan dari dokter. Bersama adik tirinya Ewan, mereka pun membawa pak Tobi pulang ke rumah. Hera berkata kepada adiknya agar merahasiakan biaya operasi yang besar kepada ayah mereka.
Saat pak Tobi sedang di kamar untuk istirahat. Ewan keluar dari kamar dan menghampiri Hera yang sedang mengecek barang pesanan online yang akan mereka kirim. "Kak, Bagaimana jika aku berhenti kuliah saja, aku bisa cari kerja yang full time. Untuk membantu biaya operasi ayah." Hera segera menghentikan kegiatannya dan melirik adiknya Ewan, "kakak nggak setuju idemu itu, kamu fokus kuliah dan bantuin kakak jualan online, itu tugasmu, selebihnya biar kakak yang urus."
Namun Ewan sepertinya tidak setuju dengan pendapat Hera. "Tapi kak, bagaimana dengan biaya pengobatan ayah? fari mana kakak mendapatkan uang sebanyak itu kak?" Hera pun menghela nafasnya dan berkata kepada adiknya jika ia akan memikirkan cara untuk mencari biaya pengobatan ayah mereka.
Hera masih belum memberitahukan kepada Ewan maupun ayahnya jika ia sudah tidak bekerja lagi di Quality TBK. Saat ini, Hera berada di dalam kamarnya, ia sedang membolak-balik dokumen yang berada dalam lemari. Ia berencana untuk menggadaikan sertifikat rumah mereka kepada bank.
Setelah berpamitan dengan Ewan, ia pun bergegas menuju sebuah bank. Sesampai di bank, petugas bank menjelaskan kepadanya, jika sertifikat tanah dan rumah yang akan ia gadaikan hanya berharga lima ratus juta. Seketika Hera mendadak lesu. Karena uang yang dibutuhkan untuk pengobatan ayahnya sangatlah besar, jauh dari nominal yang ditawarkan bank kepadanya.
Tanpa ia duga, sekretaris Wina berada di bank yang sama dengannya. Ia sedikit menguping pembicaraan Hera dan petugas bank tersebut. Setelah urusannya selesai di bank, ia hendak mencari Hera dan menanyakan keadaannya. Namun Wina tidak menemukan keberadaan Hera. Lalu Wina memutuskan untuk kembali ke kantor. Sesampai di kantor, Wina menceritakan kepada pengawal Juyan jika ia melihat Hera di bank dan sepertinya ia kesusahan uang. Juyan segera memberitahukan hal itu kepada King.
King segera memanggil Wina ke ruangannya dan memberitahukan apa yang ia lihat. "Sepertinya nona Hera, kesusahan uang boss, tadi dia sampai menggadaikan sertifikat rumahnya tapi karena bank menawarkan nominal yang rendah, ia pun tidak jadi menggadaikannya. Mungkin saja ia mencari bank lain yang menawarkan pinjaman yang lebih besar," Wina juga memberitahukan nominal pinjaman yang ditawarkan bank kepadanya.
King sejenak berpikir, "sepertinya memang ia kesusahan dengan uang." Ia segera memerintahkan Juyan untuk menaikkan tawaran pembuatan desain kantornya. "Saya sudah lakukan pak boss, namun nona Hera sama sekali tidak membuka emailnya."
"Sialan! Sombong banget wanita itu, butuh uang tapi sok jual mahal," King kembali naik pitam gara-gara Hera.
Lui langsung mencari sang mommy. "Selamat sore jagoan Opa?" sapa tuan Roland kepada cucunya. "Oma, Mommy kemana,kok nggak kelihatan?" ia bukannya membalas sapaan kakeknya. Ia malah menanyakan keberadaan sang mommy. Jadinya tuan Luther menjadi terbengong-bengong dengan sikap cucunya itu. Sifat Lui bertolak belakang dengan sifat kakaknya Kiran yang menyapa kedua kakek dan neneknya dengan semangat. "Welcome home.., Oma, Opa," ucap Kiran lalu memeluk keduanya. "Lui.., kamu nggak kangen sama Oma?" Nyonya Yesi pura-pura sedih. Ia sangat tau kelemahan cucunya. "Tentu saja, Lui kangen Oma," ujarnya lalu memeluk omanya dengan erat. Namun ia tidak mau memeluk opanya. "Opa jangan sedih ya, sini main sama aku saja," Kiran mengetahui raut kesedihan di&n
Empattahun kemudian,"Kiran.., anak Daddy, Where are youbaby..," ucap King yang mulai mencari keberadaan anak sulungnya itu di setiap ruangan dalam rumahnya, karena tadi ia sengaja mampir ke sekolah anaknya untuk menjemputnya, namun gurunya mengatakan jika si anak sudah dijemput duluan oleh seseorang.Jelas saja ia sangat kuatir karena Bu Gurunya kurang kenal dengan orang itu, ia hanya berkata jika ia adalah sopir keluarga Elwood.Ditambah lagi, istrinya Hera sedang ngambek dengannya sudah dua hari ini. Semua gara-gara putranya yang lahir setelah dua tahun Kiran hadir dalam kehidupan mereka.Lui Putra Elwood, demikian nama putra mereka. Walaupun Luimasih berumur 2 tahun namun tingkahnya seperti anak yang berumur lima tahun, ia sering kali menjalihi King.Satu persatu King menyebut nama-nama orang yang ada di rumahnya. Namun tidak ad
"Sayang.., pelan aduh..," King merasa sangat kesakitan karena untuk kesekiankalimya Hera menancapkan kuku-kukunya dilengan King.Saat ini Hera sedang berjuang di ruang persalinan untuk melahirkan bayi pertama mereka.King yang sok jago,melarang mami Yesi dan mama Lisma untuk menemaninya masuk ke ruang bersalin. Alhasil ia yang menjadi bulan-bulanan istrinya yang sedang berjuang melahirkan bayi mereka.Hera terlihat menahan rasa sakit yang teramat sangat, namun bibirnya sama sekali tak mengeluh, hanya sorot matanya yang mengeluarkan banyak air mata, mengisyaratkan rasa sakit yang mendalam."Sayang.., semangat baby, kamu pasti bisa!" King mencoba menyemangati Hera, ia juga menyeka keringat yangsudah bercampur air mata di wajah istrinya."Bu Hera, sekali lagi kita coba, kepala si kecil sudah mulai nongol nih, tarik napas dalam-dalam, l
Beberapa bulan kemudian,"Sayang.., i'm home baby.., where are you?" ucap King setengah berteriak mencari keberadaan istrinya di dalam kamar."Aku disini mas," jawab Hera yang baru saja selesai mandi."Kamu baru selesai mandi sayang? ayo buruan, aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar King lagi."Lho mas, bukannya pagi ini kamu akan menghadiri meeting penting?" seru Hera bingung. Soalnya mami Yesi mengatakan jika suaminya sangat sibuk hari ini jadi, ibu mertuanya yang akanmenggantikan King untuk mengantarkannya ke rumah sakit."Sayang.., yang terpenting bagiku saat ini hanya kamu dan bayi kita, yang lain mah.., lewat! lagian kamu nggak usah kuatir ada dua tim kuat yang ikut mendukung suksesnya perusahaan kita," jelas King kepada istrinya."Maksud mas, tim kuat yang bagaimana sih?"
Pagi hari pukul enam, Hera terbangun dan merasakan badannya terasa capek. Ia melihat sekelilingnya, "aku ada dimana?" gumamnya dalam hati.Ia lalu mengitari pandangannya di dalam ruangan itu. Akhirnya ia tau jika ia sedang berada di dalam rumah sakit.Tangannya juga telah di infus, ia lalu mengingat bayi di dalam kandungannya."Bayiku.., apakah kamu baik-baik saja nak?" Hera mulai terisak, dan menangis tersedu-sedu. Tuan Roland danNyonya Yesi yang sedang menjaga Hera seketika terbagun dari sofa yang mereka tiduri."Pi.., Hera sudah sadar! segera hubungi dokter!" pinta nyonya Yesi kepada suaminya.Sementara ia sendiri menghampiri ranjang tempat Hera terbaring."Ra.., kamu sudah bangun?" sapa nyonya Yesi lembut."Mi.., bayiku mi.., bayiku bagaimana mi?" isaknya lagi."Kamu tenang ya Ra, cucu mami
Juyan yang baru saja mendapat laporan dari Jonas, jika Hera saat ini di rawat di sebuahrumah sakit, segera membawa King menuju rumah sakit dimana Hera sedang dirawat.Sepanjang perjalanan King mencoba terus mengumpulkan kesadarannya. Ternyata pengaruh wine yang ia minumtadi mulai bereaksi.Sesampai di rumah sakit, ia langsung menerobos masuk ke dalam ruangan unit gawat darurat, ia tidak peduli lagi jika beberapa perawat menghalangi jalannya.Ia melihat istrinya yang terbaring tidak sadarkan diri, dengan wajah pucat dan infus yang terpasang di tangannya.Ia lalu menggenggam tangan istrinya sambil menangisia berkata, "Ra.., kamu kenapa sayang? maafkan aku, bangun baby.., maafkan aku..," lirihnya."Dokter bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya kepada dokter yang bertugas di UGD saat itu."Kondisi pasien saat ini