Di tempat yang lain tepatnya di negara Singa putih terlihat seorang pria yang sedang kesal dengan benda pipih di telinganya.
"Kerja kalian bagaimana sih? Aku meminta kalian untuk menjaga nyonya Reyna, kenapa kalian membiarkan dia dipermalukan seperti itu!" bentak pria itu menggeram marah.
Pria itu berdiri seraya mengepalkan tangannya. Jika tidak ingat urusan perusahaan yang harus dia selesaikan, Farel akan segera terbang dan menemui wanita terkasihnya. Kejadian buruk yang menimpa Reyna membuatnya cemas dan panik.
"Maaf Tuan, kami terlambat bertindak Saat nyonya mulai diserang, kami sudah akan mengambil alih namun, tiba-tiba Tuan Aldi datang menyelamatkan nyonya."
"Huh, kalian tidak bisa aku andalkan! Sekali lagi kau membuat kesalahan, aku tidak akan segan membuatmu tidak bisa bekerja lagi."
"Ampun, Tuan. Saya dan teman-teman akan lebih hati-hati lagi menjaga
Ahhhhhh sebelnya lihat mereka yang sama-sama cinta tapi harus berkorban dengan perasaan mereka. Authornya mewek. Kalian gimana? Kuy komen dan bintang 5 nya
Reyna membuka matanya, dia merasakan ada beban yang bersumber di atas perutnya. Penat di tubuhnya dia abaikan saat dia sadar apa yang terjadi padanya semalam. Wanita itu menggeliat kecil lalu mencoba menyingkirkan tangan yang berada di atas perutnya. "Bolehkah aku meminta agar tangan ini tetap diam di sana?" bisik pria di sampingnya. Reyna berbalik menghadap pria yang saat ini menatapnya seraya tersenyum. Rupanya pria itu terbangun karena ulah Reyna yang mencoba menyingkirkan tangan pria itu di atas tubuh nya. "Ah, bahagianya melihat senyuman ini datang kembali. Seandainya saja waktu bisa berhenti sejenak, aku ingin momen ini aku nikmati bersamanya," benak Reyna tanpa mengalihkan tatapannya. Aldi membelai kepala Reyna dengan penuh kasih. Tatapan keduanya seakan menggantikan apa yang mereka rasakan. "Kenapa membawaku ke apartemen mu ini
Reyna perlahan membuka matanya, dia samar-samar melihat bayangan seorang laki-laki yang menatapnya cemas. Laki-laki itu duduk di samping tempat tidurnya seraya menggenggam tangannya. "Aku di mana, Kak?' "Rumah sakit." Reyna teringat sesaat sebelum dia tidak sadarkan diri. "Siapa yang membawaku ke sini?" Farel tidak menjawab dia hanya membelai puncak kepala Reyna dengan mata yang menyimpan setumpuk aksara. "Ika?" tanya Reyna lagi berharap Farel memberi jawaban. Farel mengangguk seraya tersenyum tipis. Reyna ingin beranjak dari tempat tidurnya namun, laki-laki itu menahannya. "Istirahat Reyna, aku tidak ingin kau banyak bergerak dulu." "Aku sakit apa, Kak?" tanya Reyna. Farel tidak langsung menjawab pertanyaan Reyna, dia men
Reyna melepaskan dirinya dari pelukan Aldi. Wajah wanita itu seketika panik dan memerah. "Terima kasih," ucap Reyna sambil mencoba berdiri dengan memegang perutnya. Aldi bergeming, dia memandang perut Reyna yang membesar. Tanpa sadar tangannya menyentuh perut Reyna. "Berapa bulan?" tanya Aldi dengan tatapan menyelidik." "Em, masih sekitar 5 bulanan," jawab Reyna berdusta. Aldi mengangguk seraya tersenyum. Tatapan rindu dari mata laki-laki itu terlihat nyata. "Mas kurusan," tanya Reyna melihat Aldi yang memang terlihat lebih slim." "Iya, beberapa bulan ini aku sangat sibuk, projek yang aku kelola sudah harus selesai akhir tahun ini." Keduanya kembali diam, suasana terlihat kaku, ada banyak kata yang tidak bisa terucap dari keduanya. "Maaf aku ke toilet ya,
Sudah setahun berlalu, Aldi masih belum berhasil menemukan keberadaan Reyna. Wanita itu bak ditelan bumi, hingga Aldi merasa frustasi untuk menemukan mantan istrinya itu. "Bagaimana usahamu, Andre? Kenapa belum ada tanda-tanda kau menemukan Reyna. "Suaminya punya kekuasaan untuk memblok kita mengakses keberadaan mereka, Tuan. Aldi mengusap wajahnya kasar. Dia frustasi karena sampai sejauh ini pun dia masih tidak berhasil menemukan Reyna. "Sabar Tuan, aku akan berusaha terus mencari tahu keberadaan mereka dari perusahaan-perusahaan milik Tuan Farel di sini." Aldi berdecak kesal, dia tetap tidak yakin dengan keberhasilan Andre. "Kau sudah melakukannya berulang-ulang," ucap Aldi pesimis. Pria itu kembali sibuk dengan pekerjaannya. Dia akan selalu menyibukkan dirinya dengan semua pekerjaaan dan projek-projek yang seharusny
Aldi menghempaskan dirinya di tempat tidur. Malam ini dia pulang ke rumahnya. Aldi ingin lihat apakah Nadia berani kembali ke rumah ini atau tidak. Aldi mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Andre aku ingin kau membuat pengaduan ke kepolisian tentang tindakan penipuan dan perbuatan tidak menyenangkan." "Di tujukan untuk siapa, Tuan?" "Nadia dan David." Andre bungkam sesaat. Dia seperti memikirkan sesuatu. "Maksud Tuan, Nadia istri Tuan Aldi?" Aldi mengepalkan tangannya saat mendengar kenyataan yang di ucapkan Andre. "Dia bukan istriku, dia penipu!" ucap Aldi tegas. "Ba-baik, Tuan. Aku akan mengurus secepatnya." Melihat kemarahan tuannya, Andre segera pamit untuk menyelesaikan tugasnya. Dia hafal sekali sifat atasannya itu.
Sosok laki-laki tampan sedang menautkan jemarinya diatas perut. Pandangannya kosong ke depan. Ingatannya beberapa tahun silam tentang seorang wanita yang dia cintai membuatnya menahan sesak. Tidak terasa sudah tiga tahun lebih dia harus menahan rasa rindu pada seorang wanita yang telah menjadi milik laki-laki lain. "Apakah kau bahagia, Reyna? Bagaimana dengan anakku?" gumam Aldi frustasi. Tok ... Tok ... Tok "Masuk!" "Tuan, lusa Tuan harus menghadiri grand opening Resort yang ada di Bali," ucap Andre mengingatkan. Aldi merapikan berkas yang masih menumpuk di atas mejanya. "Aku ingat, kau siapkan saja semua kebutuhan saat di sana dan jangan lupa semua mitra harus kau undang." "Siap, Tuan. Shinta sudah mengatur semuanya. Dia penanggung jawab acara sekaligus
"Apa kabar, Nyonya?" ucap Andre menghampiri Reyna saat wanita itu sedang mengambil dessert. Reyna berbalik dan menoleh ke arah Andre yang menghampirinya. "Hai, Andre. Aku baik-baik saja. Bagaiamana dengan kalian?" Andre mengambil dessert yang tersedia di meja perjamuan lalu kembali mendekati Reyna. "Em, kami baik-baik saja, Nyonya. Tapi sudah banyak sekali perubahan yang terjadi di perusahaan maupun di kehidupan pribadi Tuan Aldi." Reyna terdiam, sesaat dia melirik ke depan dimana dia melihat Aldi yang sedang berbincang dengan Shinta. Keduanya terlihat akrab, Reyna kembali menatap Andre. "Kenapa Nadia tidak ikut? Bukan kah dia sekertaris Aldi?" Andre akan menjawab ketika Nindia datang. "Bu, ada telpon dari Bik Susi. Katanya Evan tidak mau makan, dia ingin makan nasi goreng buatan ayahnya."
Reyna tidak bisa memejamkan matanya, Dia masih cemas dengan kehadiran Aldi yang sangat akrab bersama Evan. Reyna mengambil benda pipih dan menghubungi seseorang dengan panggilan video. "Sayang, aku baru saja mau menghubungi mu," Reyna tersenyum menatap Farel yang juga tersenyum menampakkan lesung pipi nya. Ditatap nya laki-laki itu dengan perasaan membuncah, rasanya ingin sekali bermanja dan membenamkan diri nya di pelukan Farel. "Merindukan ku?" Reyna tidak menjawab, raut wajahnya terlihat gundah walau senyum masih menghias bibir nya. Hingga beberapa saat mereka saling mengunci tatapan dan akhirnya Reyna membuka suara. "Sangat." Farel tersenyum manis dengan tatapan memuja. Wajah istrinya yang terlihat sendu membuatnya seolah ingin terbang dan berada di samping Reyna saat ini.