Share

THE PRINCE MAFIA ASSHOLE
THE PRINCE MAFIA ASSHOLE
Author: TantriMariana

0.1 FAILED

Seorang pria dengan berbadan tegap dan berjalan kokoh didalam lorong sebuah apartemen, dia adalah Artha Leonardo De Lavega putra dari Arthur dan Tabitha De Lavega. Sekarang ia menenteng sebuket bunga untuk gadis yang besok akan menjadi istrinya. Ia menenteng buket itu hingga saat ia berdiri dihadapan pintu kamar gadisnya, pendengarnya tak sengaja mendengar suara desahan seseorang. Ia tak bodoh, ia paham betul suara apa yang ia dengar, dan ia yakin pendengarannya masih berfungsi dengan baik.

Leonardo membuka pintu apartemen milik gadisnya yang ternyata sudah dalam keadaan terbuka sedikit, pria itu sedikit mengintip dan ternyata benar di dalam sana sudah ada seorang pria dan wanita yang bergelut dengan kobaran api gairah, Leonardo mengepalkan erat tanganya sampai menunjukkan buku-buku jarinya. Ia mengetatkan rahangnya keras, dan ia akan membalas apa yang sudah dilakukan oleh gadis itu, ralat sudah menjadi wanita sekarang.

Leonardo meraih ponselnya merekam aktifitas panas yang tak disadari ada yang memperhatikannya. Setelah selesai Leonardo segera menjauhkan kakinya keluar dari apartemen wanita sialan itu, Bermain dengan seorang De Lavega? Dia akan menderita! Awas saja kau!, Batin Leonardo seakan sumpah hidup dan matinya untuk wanita sialan itu.

Leonardo segera memutari mobilnya dan melajukan mobil itu kencang membelah jalanan New York. Ia pulang ke mansion dan memasang wajah seakan tak terjadi apapun.

"Artha? Ada apa?" Tanya Mommy-nya lembut.

"Tak apa Mom."                                                    

"Serius?"

"Iya."

"Dimana Alexa?"

"Dia di apartemennya."

"Bukannya kau bilang ingin membawanya ke sini untuk makan malam?"

"Dia sedang sibuk, aku masuk mom."

"Baiklah, istirahat yang cukup. Besok adalah hari istimewahmu."

"Ya tentu, dan kejutan untuk wanita bedebah itu!" balas Leonardo tanpa mengucapkan kalimat akhirnya.

Leonardo menaiki tangga dengan sedikit berlari dan memasuki kamarnya melepas segala kain yang membalut tubuhnya, menyisahkan celana boxer saja. Pria itu mengambil vodka diatas meja didepan TV dan meneguknya tandas.

"Hancur kau Alexa!!"rutuk Leonardo mencengkram botol vodka dan meneguknya lagi.

Di sisi lain, Arthur yang mendengar suara putranya pun menghampiri Tabitha dan menatap wanita itu dengan tatapan pertanyaan.

"Ada apa?"

"Aku tak tau, tapi aku rasa Artha menyembunyikan sesuatu pada kita."

"Biarkan dia menyelesaikan masalahnya."

"Iya."

"Sudahlah, ayo kita tidur. Besok akan jadi hari yang panjang."

"Ya, kau benar."

                                                             ***

Tepat hari ini adalah hari bahagia untuk dua keluarga yang berkumpul di gedung mewah milik keluarga De Lavega. Semuanya tampak bahagia termasuk Arthur dan Tabitha. Saat Leonardo turun dengan setelan jas pernikahan berwarna putih pria itu tampak begitu tampan dan menawan tapi hanya ada satu perbedaan dari Leonardo sebelumnya. Tatapan matanya tampak berbeda, sekarang terlihat tampak sangat menyeramkan, hawa dingin begitu terasa dari pria itu dan Tabitha begitu merasakan perubahan putranya. Ia segera bergegas mendekati Leonardo.

"Ada apa?"

"Tak apa mom."

"Kau berubah."

"Apanya?"

"Kau berubah, tatapanmu berbeda. Katakan padaku apa yang terjadi?"

"Aku bilang aku baik Mom."

"Artha." Tabitha memanggil panggilan masa kecil putranya dengan halus berusaha membongkar dinding yang ada diantara mereka tapi Leonardo tetap diam sebagai jawaban.

"Mom."

"Ya?"

"Aku tak apa sungguh."

Tak lama terdengar riuh dari luar gedung dan sudah dipastikan rombongan mempelai wanita sudah tiba, Leonardo mengeluarkan smirk menyeramkan dari bibirnya dan pria itu pun menolehkan kepalanya menatap Mommy nya lekat.

"Pengantin nya sudah tiba, apa kau tak mau melihat calon menantumu Mom?"

"Sure ayo kita lihat."

Leonardo dan Tabitha berjalan mendekati Arthur yang berdiri diujung altar pernikahan. Tabitha dan Arthur kembali ke tempat duduknya sedangkan Leonardo masih berdiri di ujung altar pernikahan menunggu Alexa yang berjalan kearahnya dengan merangkul daddy nya. Leonardo masih memberikan tatapan penuh cinta saat menatap Alexa tapi satu hal yang harus diketahui dari tatapan itu, semuanya adalah fake! Dia hanya membohongi semua orang disana termasuk kedua orang tuanya.

Saat Alexa dengan anggun berjalan mendekati Leonardo, tiga langkah saja hingga akhirnya mereka bersama namun suara Leonardo mengintruksi.

"Stop!"

Semua orang sontak melihat keasal suara, semuanya menatap penuh pertanyaan pada Leonardo. Beberapa dari mereka berbisik untuk mengetahui apa yang terjadi, Namun Leonardo hanya diam dan berjalan dengan perlahan mendekati Alexa.

"Kau masih tak punya malu dengan datang kesini, dan hendak menikahiku?"

"Leo! Apa maksudmu!" Desis Alexa tertahan karena seluruh tamu undangan melihat kearah mereka.

"Alexa Carrington? Kau masih melakukan sandiwaramu sekarang?"

"Leo!! Apa maksudmu! Diamlah dan lanjutkan saja acaranya jangan bertindak bodoh!"

"Kau yang bertindak bodoh jalang!" Sentak Leonardo sontak membuat seluruh tamu undangan semakin berbisik.

Tabitha yang paham keadaan langsung mendekati Leonardo dan mencengkram erat kerah putranya.

"Apa yang kau katakan!"

"Biarkan aku mempresentasikan sebuah cerita Mom".

"Apa maksudmu!"

"Lebih baik Mom diam."

"Leo!" Tabitha meninggikan suaranya karena putranya dengan terang-terangan memerintahnya.

Arthur langsung mendekati Tabitha dan menggenggam erat tangan istrinya.

"Apa yang kau lakukan son?"

"Ku mohon Dad, beri aku waktu."

"Jika kau membuatku kecewa kau akan ku hukum."

"Kau bisa lakukan apapun jika aku salah Dad."

Arthur menganggukan kepalanya dan sedikit menarik tubuh Tabitha, mereka kembali duduk walaupun Tabitha belum bisa tenang atas apa yang dilakukan putranya.

"Mommy." Panggil seorang gadis langsung memeluk Tabitha.

"Tak apa, kau pergilah dulu ambilkan aku minuman." Ucap Tabitha mengelus sayang puncak kepala putrinya, Fiorella.

"Tapi Mom_"

"Fio, tak terjadi apapun"

"Baiklah." Fiorella dengan cepat memutar haluan berjalan kearah pantry meninggalkan keributan yang bahkan ia tak tau apa penyebabnya.

"Kau! Wanita macam apa yang sebelum menikah bermalam dulu dengan pacar gelapnya?" Sindir Leonardo pedas.

"Leo!"

"Kau pikir aku tak tau hubunganmu dengan Mr. William?"

"Leo! Jaga ucapanmu!"

"Apa? Ucapan yang mana yang perlu aku jaga?"

"Kau!"

Alexa tak tahan dengan penghinaan yang dilontarkan oleh calon suaminya, ia segera menyibakkan kain yang menutupi wajahnya lalu melepas tangan kedua orang tuanya dan langsung memberi tamparan kuat di pipi Leonardo, tapi pria itu seakan tak perduli ia hanya tersenyum seraya membelai pipi yang tadi memerah karena ditampar oleh Alexa.

"Sialan kau Leo!"

"Apa perlu bukti?"

"Aku tak melakukan apapun dengan Erick!"

"Serius Alexa?"

"Ya!"

"Baiklah mari kita dengarkan dulu rekaman suara ini."

Leonardo segera meraih sebuah remote yang menghubungkan dengan sound system, ia menekan tombol play pada ponselnya dan terdengar lah suara Alexa dan Erick.

"Kau yakin tak mencintai Leonardo?"

"Sure, hanya kau yang aku cintai Erick."

"Lalu kenapa kau mau menikahinya besok?"

"Aku hanya perlu hartanya, lalu setelah itu aku akan mendepaknya keluar dari hidupku. Dan kita bisa bersama berdua." Suara Alexa menggelegar dengan tawa yang mengisi keheningan gedung.

"Kau memang gadis pintar."

"You fault, now im not girl because i lose my virginty for you. Because you are my love."

"Yeah, i know."

Rekaman suara itu mati, dan terdengar suara bisikan dari para tamu yang memandang hina pada Alexa.

Tabitha melepas pelukannya dari Arthur dengan tegas dan berjalan dengan mengepalkan kedua tangannya hingga memunculkan buku jarinya yang memutih. Begitupun Arthur, pria itu sudah mengetatkan rahangnya emosi, namun ia sadar ia tak bisa mengeluarkan pistolnya jika ada Fiorella disini. Ia tak mau putrinya berpikir macam-macam.

Dan benar saja Fiorella berjalan dan menubrukan tubuhnya pada Arthur erat.

"Daddy apa yang terjadi?" Tanya Fiorella pelan karena ia memang baru saja bergabung memasuki gedung hingga ia tak mengetahui keributan yang terjadi akibat dari kakaknya sendiri.

"Tak terjadi apapun."

"Tapi kenapa kak Leo terlihat sangat marah?"

"Tak apa."

Arthur sangat menyayangi putrinya, walaupun putrinya berumur 19 tahun tapi terkadang ia masih bersikap manja jika sudah bersama Daddy nya. Dan Arthur tak akan merusak itu semua. Tabitha berjalan mendekati Alexa dan.

Plak!

Satu tamparan yang cukup kuat dilayangkan Tabitha pada pipi kanan Alexa, wanita itu memegang pipinya yang panas akibat tamparan dari Tabitha.

"Sialan kau! Berani sekali kau menipu putraku!"

"Mom, biarkan aku yang menyelesaikannya."

"Ini artinya kemarin malam kau mengacuhkanku?"

"Mom."

"Mr dan Mrs. Carrington maafkan aku tapi aku menolak pernikahan ini!" Putus Tabitha tajam.

"Mrs. De Lavega ku mohon."

"Putrimu sudah membohongi putraku!"

"Kami menyesal karena kebodohan putri kami."

"Enyah dari sini!"

"Tapi_"

"Pergilah sebelum vidio mu dengan Erick aku pertontonkan disini." Ujar Leonardo dingin pada Alexa yang terlihat sudah meneteskan air matanya.

"Leo ku mohon maafkan aku."

"Pergi dari hadapanku jalang!"

Leonardo memutar haluan dan berjalan menjauhi kerumunan itu meninggalkan orang tuanya dan tamu undangan. Persetan dengan tamu-tamu itu ia tak perduli. Yang ia pedulikan sekarang adalah rasa sakit hatinya yang sudah berkembang menjadi dendam.

Leo memasuki mobilnya menyalakan mesin mobil Lamborghini hitam pekat miliknya lalu melaju menuju mansion. Terlihat dari kaca spion dua mobil bodyguard milik Daddy nya yang membuntuti mobil Leonardo. Pria itu menancap gas lebih kencang meninggalkan dua mobil budyguard Daddy nya. Tak lama ponselnya berdering Leonardo meraih ponselnya dan melihat si penelpon, Reoxane.

"Ya?"

"Hentikan mobilmu Leo!"

"Tidak!"

"Shit! Gila kau mengendarai mobilmu sekencang itu!"

"Aku tak perduli." Balas Leo dingin.

"Mari kita bicara, hentikan mobilmu."

"Aku tak butuh!"

"Leo!"

"Katakan pada Daddy aku tak apa, hentikan mobil bodyguard Daddy sekarang."

"Maafkan aku Leo tapi ini perintah langsung dari uncle Arthur. Aku tak bisa melawannya."

"Begitu?"

"Maaf."

"Baiklah terserah."

Leonardo mematikan sambungan teleponnya, pria itu segera menginjak pedal gasnya lebih kencang. Mobil Leonardo membelah jalanan padat New York dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia tak perduli pria itu memutar arah menjauhi mansion miliknya ia hanya ingin menenangkan dulu pikirannya.

Leonardo mengambil earphone miliknya lalu menelpon Maxime temannya.

"Leo?"

"Dimana kau?" Tanya pria itu dingin.

"Aku di club."

"Aku akan kesana."

"Tunggu, bukannya kau akan menikah hari ini?"

"Damn! Pernikahanku batal!"

"What!"

"Tunggu aku."

"Baiklah."

Leonardo mematikan sambungan teleponnya, ia segera melaju menuju club milik temannya itu.

Setelah selesai, pria itu mematikan mesin mobilnya. Ia segera menurunkan kakinya turun dari mobil mewahnya. Ia menjalankan kakinya dengan tegap, pria itu masih mengenggam erat tangannya.

Leonardo memasuki club itu lalu mendudukan tubuhnya disalah satu private room yang didalamnya sudah tersedia berbagai alkohol dan tentunya ada saja jalang yang ikut menggoda pria berahang tegas itu.

Leonardo menolak sentuhan wanita yang melarikan jari-jarinya di dada bidang Leonardo. Pria itu menghentikan tangan wanita itu, menatap matanya lekat namun tatapan itu mengandung aura kebencian yang mendalam.

"Listen to me!"

"Ya Mr. De Lavega?" Ucap Wanita itu dengan nada yang sangat menjijikan untuk didengar.

"Jaga tanganmu dan jauhkan tubuhmu dari tubuhku Jalang!"

"Kenapa? Apa kau sakit hati dengan batalnya pernikahanmu?"

"Bagaimana kau tau?"

Wanita itu terkekeh dan memainkan kancing kemeja milik Leonardo.

"Seluruh orang di New York tau sekarang Leo, kau dan Alexa batal menikah dan jujur aku senang mendengarnya." Ungkap wanita itu menarikan jarinya dirahang tegas milik Leonardo.

"Pergi atau peluruku akan menembus tepat diotakmu!" Ancam Leonardo dengan mengeluarkan pistol Deagle miliknya.

"Baiklah, tapi mungkin ini adalah karma untukmu. Kau selalu bermain jalang dan mungkin ini adalah balasan Tuhan atas semua perbuatan iblismu!"

Leonardo mencengkram erat rahang wanita itu dengan satu tangan kekarnya. Ia berdecih lalu menghentakkan wajah wanita itu sampai terlempar menghadap kanan.

"Aku sama sekali tak perduli kau bicara apa! Pergi sekarang juga!" Leonardo mengacungkan pistol miliknya dikepala wanita itu tapi wanita itu hanya tersenyum hangat.

"Wow, Leo tenanglah." Maxime datang menurunkan pistol Leonardo lalu memberi kode agar wanita yang duduk dipangkuan Leonardo segera pergi.

"Aku akan dengan senang hati jika menemanimu malam ini Mr. De Lavega."

"PERGI KAU!!" Sentak Maxime tak tahan.

Wanita itu pergi dari tatapan mematikan milik Leonardo. Maxime duduk disamping Leonardo menepuk pundak temannya pelan.

"Apa yang terjadi Leo?"

"Wanita itu menghianatiku."

"Maksudmu?"

"Dia bercinta dengan orang lain sebelum menikah denganku." Leonardo menyesap vodka dengan kadar alkohol yang lumayan tinggi 60% langsung dari botolnya.

"Kau mengenal pria nya?"

"Tidak hanya sekedar kenal nama."

"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Aku akan hancurkan mereka." Leonardo menggenggam erat botol vodka ditangan kanannya menyalurkan rasa sakit hatinya.

"Sudahlah Leo, mereka hanya semut kecil untukmu."

"Aku mencintainya tulus dan dia membalasku seperti ini!" Sentak Leonardo kembali meminum vodka nya.

"Aku tau, sudahlah jangan pikirkan."

"Maksudmu!"

"Maaf jangan marah."

"Wanita itu harus hancur ditanganku."

"Terserah, sekarang kau ingin kebawah?"

"Untuk apa?

"Tentu saja menikmati dentuman musik malam ini Leo."

"Aku tak berselera."

"Ayo lah, ada seseorang yang ingin aku tunjukkan."

"Siapa?"

"Ayo saja."

Leonardo berdiri dari duduknya namun ia merasa sedikit pening. Mungkin ia mulai mabuk sekarang.

"Leo, are you okey?"

"Ya aku baik."

"Oke, ayo kita pergi." Maxime berjalan mendahului Leonardo. Mereka berjalan kelantai bawah untuk meliukkan tubuh mereka.

Leonardo melepas segala sesak yang menghimpit dadanya. Ia sesekali merutuki Alexa dengan tingkah bodohnya yang menghianati pria seperti dirinya, Leonardo bahkan membiarkan wanita-wanita jalang meliukkan jari-jari mereka ditubuh tegapnya.

"Leo!" Maxime menarik tubuh Leonardo saat melihat gerak-gerik temannya yang sudah tak terkendali.

"Kau harus pulang."

"Aku tak mau!" Tolak Leonardo dengan berdiri sempoyongan.

"Gila! Hanya karena vodka kau mabuk, payah sekali!"

"Diam kau Max!" Desis Leonardo tajam.

"Baiklah ayo kuantar pulang."

"Hem."

Maxime membawa tubuh Leonardo kedalam mobilnya mengarahkan tubuh Leonardo untuk duduk disamping kemudi. Maxime memutari mobil itu dan mulai menyalakan mobilnya. Ia segera menjalankan mobilnya.

"Jangan bawa aku ke mansion." Lirih Leonardo pelan.

"Kenapa?"

"Ada orang tuaku, dan Fio."

"Kau takut mereka tau?"

"Tidak, aku hanya tak ingin adikku mengetahui sifat iblisku sekarang."

"Baiklah, sekarang kemana?"

"Antarkan aku ke hotel."

"Tapi_"

"Turuti saja."

Maxime menganggukan kepalanya tanda mengerti ia pun menjalankan mobilnya menuju hotel bintang lima.

TO BE CONTINUED ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status