Share

0.5 FIRST

Author: TantriMariana
last update Last Updated: 2021-08-04 21:19:29

Arthur meninju wajah putranya lalu mencengkram erat kerah kemeja Leonardo sementara Tabitha histeris melihat Arthur yang dengan cepat memukul Leonardo.

"Arthur lepaskan dia!"

"Kau sudah bicara padanya, sekarang biarkan aku bicara dengan dia." Ucap Arthur tak terbantahkan bahkan Tabitha pun mundur dan hanya bisa menangis melihat lebam dan darah segar yang keluar dari sudut bibir putranya.

"Jangan pernah berpikir untuk menggugurkan bayi itu!" Desis Arthur tajam.

"Dad." Leonardo menatap Arthur dengan segan ini adalah pertama kalinya Arthur melayangkan tangannya pada Leonardo.

"Daddy pernah melakukan kesalahan dengan mengeluarkan kalimat itu, dan Daddy menyesalinya sampai sekarang Leo." Ujar Arthur yang langsung membuat Tabitha teringat pertengkarannya dengan Arthur dulu.

"Maksud Daddy?"

"Bayi itu tak salah, yang salah orang tuanya Leo."

"Aku tak mengerti."

"Selama ini Daddy selalu mendukungmu, Daddy selalu membelamu walaupun kau salah. Itu semua Daddy lakukan karena Daddy yakin kau pasti berubah, tapi ternyata tidak!"

"Daddy memukulku barusan."

"Ya, karena kau kelewat batas!"

"Daddy ..." Leonardo melirih kala Arthur mengangkat tubuh Leonardo hingga mengambang diudara.

"Daddy sudah bilang, sekali kau membuat Daddy kecewa! Jangan salahkan Daddy jika sisi gelap Daddy keluar padamu!"

"ARTHUR! LEPASKAN DIA! KAU BISA MEMBUNUHYA!!" Teriak Tabitha histeris saat Arthur semakin kencang mencekik batang leher Leonardo.

"Daddy hanya memintamu menikahi wanita itu! Apa susahnya?!"

"Daddy ..."

"ARTHUR! TURUNKAN DIA!!" Tabitha semakian takut kala melihat wajah Leonardo yang sudah pucat pasih, Tabitha mencoba melepaskan tangan Arthur tapi cekalan suaminya seperti cekalan elang sangat susah dilepaskan.

"Jika kau tak menikahi wanita itu jangan harap kau bisa memimpin Regnarok!" Putus Arthur lalu melepaskan cengkramannya pada leher Leonardo.

Leonardo langsung terjatuh dan ia langsung memegangi lehernya yang memerah karena cekalan Arthur. Tabitha merengkuh Leonardo melihat bekas merah yang ditimbulkan karena Arthur.

"Apa yang kau lakukan?" Lirih Tabitha menangis melihat luka dibatang leher Leonardo.

"Pelajaran!" Desis Arthur tenang.

Tabitha memeluk putranya dan menatap Arthur lekat.

"Tenangkan emosimu Arthur lalu kita akan bicara lagi" Ucap Tabitha dan Arthur menghela napasnya lalu menjalankan kakinya menjauhi Tabitha dan Leonardo.

"Daddy ..." Lirih Leonardo masih tak percaya Daddy-nya sangat keras, wajar selama 24 tahun ia selalu dimanja dan dibela oleh Arthur, namun kali ini Daddy-nya melakukan hal ini padanya.

"Dengar Leo, ini tak seberapa, jika kau tak menuruti kemauan Daddy mu, Mommy tak yakin bisa menyelamatkanmu." Ujar Tabitha dengan membelai surai hitam Leonardo.

"Pikirkan itu." Ujarnya lagi lalu meninggalkan Leonardo dengan ketidak percayaanya.

Tabitha menjalankan kakinya memasuki kamar dimana Arthur tengah menyesap segelas vodka ditangan kanannya.

"Arthur." Panggil Tabitha dengan suara yang sangat lembut.

Wanita itu menjalankan kakinya mendekati pria yang berstatus menjadi suaminya, memeluk tubuh pria itu dari samping lalu menangis disana.

"Kenapa dia seperti ini? Kenapa kau menyembunyikan semua ini dariku?" Tanya wanita itu dengan menatap manik biru terang milik Arthur.

"Aku hanya tak ingin membuatmu marah."

"Tapi nyatanya aku pasti marah jika mendengar hal ini."

"Maafkan aku Ta." Arthur meletakkan gelas vodka diatas meja dan beralih menatap Tabitha.

"Pertemukan aku dengan gadis itu."

"Baiklah."

Tabitha mengeratkan pelukanya pada Arthur, air matanya masih megalir. Entahlah ia hanya merasa kecewa dengan tindakan Leonardo.

"Aku gagal."

Tabitha mendongakkan kepalanya saat Arthur berbicara dengan nada pelannya.

"Kau tak gagal Arthur, mungkin ini takdir."

"Dia sampai mengucapkan kata itu Ta. Aku merasa tersindir, ini mungkin balasan karena ucapanku padamu waktu dulu."

"Arthur jangan bicara seperti itu, lupakan saja. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah menikahkan mereka."

"Kau benar." Arthur membalas pelukan Tabitha dan wanita itu pun menenggelamkan wajahnya dibalik tubuh Arthur.

***

Leonardo memukul setir mobilnya beberapa kali, pria itu sudah mengetahui alamat apartemen dari wanita yang mengganggunya dua minggu ini.

"Leo, tenanglah."

"Bagaimana aku bisa tenang! Wanita itu menjadi penyebab Daddy memukulku!"

"Aku tau, tapi jika dipikirkan ini juga salahmu sendiri." Ucap Reoxane yang langsung membuat Leonardo menghentikan mobilnya mendadak.

"Shit! Apa-apaan kau!!" Rutuk Reoxane kencang dengan meletakkan satu tangan di jantungnya.

"Kau berpikir begitu?"

"Ya Tuhan, baiklah maafkan aku. Aku lupa kau paling tidak suka disalahkan. Baiklah, ini salahku karena tak menjaga kalimatku."

"Bagus." Ujar Leonardo tanpa melirik sedikitpun kearah Reoxane yang sudah menyebikkan bibirnya.

"Dasar!"

"Kau mau merutuki ku lagi?" Tanya Leonardo dingin.

"Tidak, sudahlah jalankan lagi mobilnya."

"Kau menyuruhku?"

"Astaga! Aku lebih baik keluar dari sini!" Ucap Reoxane frustasi.

"Kenapa?"

"Kau menyalahkan ku terus!!"

"Jadi?"

"Leo, jalankan mobilnya atau aku akan keluar dari mobil mewah mu ini!" Ancam Reoxane gemas dengan sahabatnya itu.

"Baiklah."

Leonardo akhirnya menjalankan kembali mobilnya kearah apartemen kecil milik Florence.

Setelah sampai di depan sebuah gedung apartemen yang terlihat kumuh dan kecil, Leonardo dan Reoxane pun mennurunkan kakinya dan berdecak pinggang menatap gedung di depannya.

"Kau yakin dia tinggal disini?" Tanya Leonardo memastikan.

"Ya, aku yakin?"

"Tapi tempat ini sangat kumuh."

"Aku tau, tapi ini memang tempatnya Leo."

"Baiklah dengar, kau tinggal disini."

"Apa! Tidak! Aku ingin masuk!"

"Reo, dengarkan aku. Ini masalahku jadi biarkan aku menyelesaikan masalahku sendiri."

"Baiklah."

Leonardo menganggukkan kepalanya, lalu memasang earphone di telinganya.

"Kabari aku jika ada sesuatu."

"Baiklah, dengarkan aku Leo. Dia wanita baik-baik, jadi bicaralah dengan baik pula padanya."

"Ya, semoga."

"Shit!!"

Leonardo tak menggubris ucapan Reoxane ia melangkah memasuki gedung apartemen dan mencari pintu kamar milik Florence. Setelah menemukannya Leonardo mengetuk pintu tiga kali, tak lama terdengar sahutan dari dalam.

"Ya?" Florence berdiri kaku sesaat setelah membuka pintunya dan mendapati Leonardo disana.

"Hai."

Florence tanpa kata hendak menutup pintu namun tangan Leonardo langsung mendorong pintu itu, sontak saja tubuh Florence sedikit terdorong pula ke dalam.

"Maaf, apa kau terluka?" Tanya Leonardo, tapi di dalam ucapan yang tak ada sama sekali ketulusan.

"Pergi!"

"Aku ingin bicara."

"Aku bilang pergi, atau aku teriak."

"Silahkan." Leonardo tanpa permisi memasuki apartemen milik Florence mengunci pintunya dan dengan tidak sopannya duduk di kursi tua di dalam apartemen Florence.

"Mau apa kau?!" Tanya Florence lantang.

"Aku ingin bicara."

"Aku tak ingin dengar!"

Leonardo berdecak kesal, ia pun dengan cepat menarik lengan Florence sampai wanita itu terhuyung dan berakhir di pangkuan Leonardo.

Napas Florence terhenti kala wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah dingin Leonardo.

"Aku sudah tau mengenai kehamilanmu." Ucap Leonardo datar seraya membelai perlahan pipi kanan Florence.

"Lalu kenapa kau kesini?! Aku tak meminta pertanggung jawabanmu!"

"Ya, aku tau." Leonardo menjeda kalimatnya lalu merapihkan anak rambut Florence sampai wanita itu menutup matanya gugup.

"Tapi karena itu lah Daddy ku mengancamku untuk menikahimu."

"Lalu apa maumu?!" Tanya Florence berusaha melepaskan diri tapi Leonardo semakin erat mencengkram erat pinggul Florence.

"Dengar, pilihanmu hanya dua." Leonardo menatap manik biru milik Florence.

"Gugurkan bayi itu, atau kau mati bersamanya." Ancam Leonardo yang langsung membuat kedua mata Florence membelalak seketika.

"Aku tak akan memilih satu dari pilihan yang kau ajukan itu!" Sentak Florence dan gila setelah indra penciumannya mencium parfum citrus dari tubuh Leonardo ia merasa gejolak diperutnya semakin menjadi-jadi.

Florence tanpa kata menghentakkan tangan Leonardo dan mendorong tubuh besar pria di depanya hingga melepaskan tubuhnya. Setelah terlepas Florence langsung berlari dan memuntahkan isi perutnya di dalam closet di kamar mandi.

Leonardo yang melihat itu hanya mengangkat satu alisnya, ia dengan tenang dan tanpa dosa mendekati Florence yang tengah tersiksa dengan morning sickness nya, pria itu memasukan satu tangannya ke dalam saku celananya dan menatap Florence.

"Lihatlah, bayi itu membuatmu tersiksa kan?" Tanya Leonardo pelan namun berhasil mencubit hati Florence.

"Ku mohon, pergilah jika tujuanmu hanya untuk mengancamku. Apa kau tak melihat aku tersiksa sekarang?" Tanya Florence dengan wajah memelas yang berhasil membuat Leonardo sedikit merasa iba, tolong catat hanya, sedikit!!

"Kau ingin kerumah sakit?"

"Tidak." Balas Florence dengan suara yang melemah.

"Pikirkan tentang pilihan yang ku berikan padamu."

"God! Ku mohon pergilah tolong jangan ganggu aku dengan ancamanmu! Kau tau aku semakin mual mencium aroma tubuhmu!!" Sentak Florence tak tahan dengan ucapan sampah yang keluar dari mulut Leonardo.

"Jaga bicaramu! Aroma tubuhku bahkan berhasil membuat jalang-jalang mendekatiku, bahkan melempar tubuh mereka padaku dengan sukacita."

"Terserah! Pergilah!"

"Tidak!”

"Pergi!!" Florence menyentak Leonardo lalu berdiri dengan sedikit terhuyung namun Leonardo dengan cepat menangkap tubuh wanita itu.

"Pelipismu berkeringat." Lirih Leonardo melihat keringat yang keluar dari pelipis Florence.

"Ya, maka dari itu pergilah! Asal kau tau kedatanganmu semakin membuatku tersiksa."

"Oh ya?"

"Ya, dan aku tak ingin terus berada di dekat pria brengsek sepertimu!"

Leonardo tersenyum miring saat mendengar penuturan yang keluar dari bibir Florence, otaknya berpikir keras lalu ia menegakkan tubuh Florence dan menatapnya dari atas sampai bawah.

"Well, kau sudah merusak kehidupanku dengan kedatangmu, jadi ini saatnya aku menyiksamu!"

"Apa maksudmu?!" Tanya Florence.

"Kau bilang kau tak ingin berada disampingku kan? Tapi yang terjadi justru sebaliknya!"

"Bicara dengan jelas!!

"Bersiaplah untuk pernikahan kita." Ucap Leonardo bak petir di siang bolong.

"Tidak!!"

"Jika kau tak mau, aku sendiri yang menyeretmu ke altar pernikahan!"

Leonardo mendekati Florence sampai tubuh wanita itu tersentak kebelakang dan terperangkap di antara dinding dan kedua lengan kokoh Leonardo.

"You'll to be my wife" Bisiknya yang langsung membuat Florence meremang

Leonardo menekan earphonenya dan panggilan dengan Reoxane pun tersambung.

"Ya?"

"Keluar sekarang!"

"Ada apa?"

"Daddy mu sedang dijalan menuju kesini."

"Apa?!" Leonardo langsung memundurkan tubuhnya dan meletakkan satu tangannya di pinggang.

"Dan sialnya Daddy mu membawa aunty Tabitha juga."

"Double shit!!" Leonardo langsung memijit pelipisnya.

"Cepat keluar!"

"Baiklah."

Leonardo memutus sambungan teleponnya dan menatap Florence dari atas sampai bawah.

"Dengar, jangan katakan pada orang tuaku aku kemari, jika itu terjadi bersiaplah untuk menerima hukumanmu Florence." Bisik Leonardo yang langsung membuat Florence menelan salivanya kasar.

Leonardo langsung keluar dari apartemen Florence dengan langkah lebar dan mendekati mobil mewahnya. Leonardo memasuki mobilnya dan segera menjalankan mobil itu menjauhi apartemen Florence.

"Dari mana kau tau Daddy akan kemari?" Tanya Leonardo penasaran.

"Kau lupa aku memasang GPS pada setiap mobil milik Uncle Arthur atas perintah Daddy ku. Dan aku iseng melihatnya dan ternyata benar Uncle Arthur yang mengendarai mobil itu."

"Jadi?"

"Aku memastikan dengan menelpon bodyguard di mansion, dan mereka bilang Uncle dan Aunty pergi dengan mobil itu."

"Kau cerdas."

"Well, aku tau."

"Terserah!”

"Leo, apa kau benar-benar akan menikahi gadis itu?"

"Ya, tapi itu untuk menyiksanya."

"Shit! Leo kau gila?!"

"Tidak, ini hanya sebagai pelajaran saja."

"Leo yang kau lakukan adalah kesalahan!"

"Ya, aku tau dari awal aku sudah salah. Jadi aku lanjutkan saja."

"Seharusnya kau memperbaikinya bukan malah menambah kesalahanmu!"

"Sepertinya dia cukup polos."

"Kau keterlaluan Leo."

"Aku lebih dari keterlaluan Reo, i'm asshole."

"Leo, kau gila."

Leonardo tersenyum tipis ia pun memutar haluan dan tak menjalankan mobilnya menuju kantor melainkan club milik Maxime.

"Mau kemana kita?" Tanya Reoxane.

"Club."

"Apa?!"

"Kenapa?"

"Leo kita harus kekantor."

"Sudahlah Reo, kita perlu pengalihan setelah masalah ini."

"Masalah ini belum selesai."

"Ya, aku tau."

"Lalu kenapa kau mau ke club?"

"Hanya bermain sebentar."

"Dasar Mr. Frozen!!"

***

Arthur mengapit lengan Tabitha yang masih sibuk menatap gedung apartemen kumuh di hadapanya.

"Kau yakin ini tempat tinggal wanita itu?" Tanya Tabitha yang langsung dibalas anggukan dari Arthur.

"Kita masuk?" Arthur menatap lekat Tabitha yang menganggukkan kepalanya.

Mereke berjalan beriringan memasuki gedung apartemen dan mencari apartemen milik Florence.

"Ini apartemennya." Tunjuk Arthur yang langsung membuat Tabitha mendongakkan kepalanya.

"Aku sungguh merasa kasihan padanya."

"Aku juga."

Tabitha mengetuk pintu tiga kali dan tak lama pintu terbuka menampilkan Florence yang masih terlihat merasa tertekan karena ulah Leonardo.

"Boleh kami masuk?" Pinta Tabitha dengan nada lembutnya.

"Tentu." Florence mempersilahkan Tabitha dan Arthur di kursi tuanya.

"Maaf tempatku seperti ini."

"Ya, tak apa. Bagaimana kabarmu nak?" Tanya Arthur dengan menatap Florence dari atas sampai bawah.

"Aku baik."

Tabitha berdiri dan merapatkan tubuhnya disamping Florence.

"Kau tersiksa dengan morning sickness mu?"

"Sedikit."

"Maaf, ini semua salah putraku."

"Tak apa, sungguh."

Tabitha dengan perlahan mendudukkan tubuhnya disamping tubuh Florence.

"Jadi siapa namamu?" Tanya Tabitha dengan mengelap keringat di dahi Florence.

"Aku Florencia."

"Aku Tabitha kau pasti sudah menebak siapa aku bukan?" Tanya Tabitha dengan menggenggam tangan Florence.

"Ya, aku tau."

"Sekali lagi aku mohon maaf atas kesalahan putraku."

"Aku baik nyonya, sungguh aku tak apa."

"Kau sangat kuat, bahkan kau sempat menolak suamiku karena kau mengira suamiku akan memintamu untuk menggugurkan bayi itu."

"Ya itu hanya spontanitas." Ucap Florence tertunduk.

"Kau menyayanginya?" Tanya Tabitha menatap lekat pada Florence.

"Ya, entahlah tapi aku sudah mencintainya walaupun keberadaanya tak disengaja bahkan cenderung kedalam kesalahan."

"Kami sangat menyesal dengan perbuatan bodoh Leonardo."

"Tak apa."

Arthur hanya menghela nafasnya dan mendengarkan obrolan antara istrinya dan Florence.

"Jadi Florence, kedatangan kami kesini untuk memberitahu tentang pernikahanmu." Ucap Arthur yang langsung membuat Florence mendonggakkan kepalanya.

"Maksud tuan?"

"Kau dan putraku akan menikah besok." Timpal Tabitha yang sukses membuat kedua mata Florence membola.

Hell! Sebenarnya kenapa dengan hari ini, setelah putra mereka yang membuat keributan tadi sekarang orang tuanya yang tiba-tiba datang dan memberitahu tentang pernikahan yang yang akan diadakan besok.

"Tapi_"

"Tolong jangan menolak."

"Tapi nyonya, ini_"

"Aku mohon, bagaimana pun bayi itu adalah cucuku, jadi biarkan aku mengetahui kondisinya. Dengan kau menjadi istri Leo aku bisa dengan leluasa merawatmu dan bayimu."

"Kau sangat baik, tapi ini tak perlu kalian lakukan."

"Apa perlu aku bersujud di kakimu agar kau mau menikahi putraku?" Tanya Tabitha dengan matanya yang sudah memerah menahan tangis.

"Nyonya ku mohon jangan berkata seperti itu, aku hanya gadis miskin aku tak pantas menikahi putramu. Jadi biarkan aku merawat bayi ini sendiri."

"Justru kau adalah wanita hebat, kau sangat berbeda sekali dengan wanita-wanita yang Leo kenalkan padaku. Kau tangguh dan kuat pendirian."

"Nyonya kau berlebihan."

"Apa yang dikatakan istriku benar, sebaiknya kau menerima tawaran kami." Kali ini Arthur menatap lekat pada Florence.

Florence berpikir keras ia memikirkan masa depan bayinya, ia harus bisa membahagiakan bayi itu semampunya dan mungkin ini memang jalan yang Tuhan rencanakan untuknya

"Baiklah, aku bersedia."

Tabitha langsung memeluk Florence sedangkan Arthur menampilkan senyum tipisnya.

"Aku akan menjemputmu besok."

"Baiklah." Florence membalas senyum manis Tabitha, Tabitha pun kembali memeluk Florence.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   PROLOG THE PRINCIPESSA MAFIA

    ItaliaSeorang gadis duduk dibangku sekolahnya yang nyaman, sesekali ia menjawab soal yang bukan untuk anak yang seumur dirinya.Ya, gadis berumur 7 tahun itu duduk dengan mengerjakan soal untuk Senior High School. Tiba-tiba ditengah kegiatannya, kertas yang ia gunakan diseret paksa hingga robek.Awalnya anak itu diam dan tetap menatap ke bawah bangkunya, ia sama sekali tak berniat menatap si pelaku."Sombong sekali! Aku sudah meminta tolong namun kau menolakku! Kau justru menyibukkan dirimu dengan mengerjakan soal-soal sialan in?!" Ucap anak lelaki dengan merobek kertas anak gadis itu."JAWAB AKU?!""Sepertinya ia tuli." Ucap salah satu teman anak lelaki itu.Tiba-tiba anak lelaki yang bertubuh tinggi itu mencengkram dagu si anak perempuan hingga wajah cantiknya terlihat.Manik birunya terlihat sangat tenang walaupun sedang diperlakukan seperti sampah, tak ada kemarahan di dalam dirinya."Ja

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   EXTRA PART II

    Semua mafioso yang berada di landasan saling melirik kekanan dan kiri, mereka masih belum mengerti akan ucapan Leonardo. "Apa yang kalian dengar benar, aku memutuskan untuk memberhentikan Regnarok hingga waktu yang belum bisa aku tentukan. Terimakasih atas segala bentuk dukungan dan jiwa raga kalian untuk Regnarok, apa yang telah kalian lakukan akan sangat berjasa bagi Regnarok. Sekarang aku meminta maaf apabila saat aku menjadi ketua kalian aku sering membuat kalian marah atau sejenisnya tapi percayalah aku bersyukur menjadi bagian dari kalian." "Jadi sekali lagi aku tekankan, Regnarok memang dibubarkan namun Regnarok masih tetap berada di hati kita. Regnarok memang sudah tak lagi menguasai benua Eropa ataupun Amerika namun Regnarok menguasai jiwa kita. Kita akan terus bersama disetiap langkah kita akan menjadi keluarga. Mintalah bantuan padaku atau pada anggota yang lainnya, kami siap membantu. Dengan Regnarok kita bertemu maka saat ini kita disatukan menjadi sauda

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   EXTRA PART I

    Leonardo menatap Florence dengan tatapan penuh cinta seperti biasa, walaupun kejadian itu sudah satu minggu terjadi namun luka ditubuh Leonardo sembuh total seakan ia tak pernah terluka.Pria itu menarik pinggang Florence dan menghadiahi kecupan singkat di pipi wanita itu."Leo." Florence memanyunkan bibirnya seraya menepuk pelan lengan besar suaminya."Aku bahagia akhirnya bisa bersama denganmu.""Ya, begitupun aku.""Sekarang aku percaya, kita tak akan berpisah. Yah, aku yakin semua akan ada balasannya dan sekarang aku mendapatkanmu setelah semuanya.""Kau tau, saat melihat mu penuh luka saat itu, aku ikut sesak Leo. Rasanya ku ingin berbagi rasa sakit itu denganmu.""Jangan, jangan ikut merasakan apa yang aku rasakan saat itu. Aku tak ingin kau tersakiti." Ucap Leonardo dengan menatap manik biru Florence."DADDY!!!"Florence tertawa mendengar teriakan putri kecilnya Alaizya, sedangkan Leonardo menghembuskan napasnya k

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   6.4 END GAME

    Leonardo terus melawan, menendang, memukul bahkan memelintir leher lawannya tanpa ampun. Pria itu layaknya dewa perang, malam ini. Tanpa menggunakan senjata api ia maju melawan 16 musuhnya saat ini. Tangannya mengayun penuh keganasan dengan samurai yang ia genggam. Bahkan saat ini jas hitam dan kaos putih polos yang tengah ia kenakan sudah terkotori dengan darah musuhnya.Pria itu bergerak, ia menusukkan samurainya tepat di jantung lawan, sisanya ia menyerang menggunakan feelingnya. Pria itu menebas kepala lawannya berkali-kali hingga kepala-kepala itu seakan tak ada harganya sama sekali.Setelah selesai dengan keenam belas musuhnya, Leonardo terus berjalan hingga dekat di depan pintu masuk yang menjulang tinggi mansion Jacob.Langkah kakinya terhenti kala dihadapkan dengan 48 orang berpakaian serba hitam. Leonardo berdecak keras, pria itu menghela napasnya dan mengambil ancang-ancang.Ia berlari, menerkam musuhnya dengan kejam. Menebas kepala, dan anggot

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   6.3 THE TRULY WAR

    Leonardo mengedarkan pandangannya ke penjuru mansion, terasa sepi. Pria itu menuruni tangga dan memanggil Karin tak sabaran."Ya Tuan?" Tanya Karin dengan menundukkan kepalanya."Florence?""Beliau belum terlihat sejak pulang, Tuan." Balas Karin sopan."Baiklah." Leonardo mengangguk dan mempersilahkan Karin pergi.Pria bermanik biru itu mendudukkan tubuhnya tepat di sofa besar di ruang keluarga. Ia memijit pelipisnya yang menegang, rasanya semua masalah ini terlalu rumit. Ia tak bisa menerimanya begitu saja. Ditengah pikirannya yang berkecamuk, terdengar derap langkah kaki yang begitu ia kenali.Leonardo menolehkan kepalanya ke belakang, tepatnya di undakan tangga. Pria itu lantas memberikan senyum palsunya guna menyambut putri kecilnya yang terlihat seperti baru bangun.Alaizya berjalan dengan memeluk boneka hitam miliknya. Entahlah gadis itu seakan tertarik pada warna hitam

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   6.2 ABDUCTION

    "... Maaf tapi aku memilih putriku." Ucap Florence dengan menundukkan kepalanya."Florence, kita bisa membawa putrimu dengan kita. Kita bisa membawanya pulang.""Bukan itu masalahnya. Jika kau tak bisa pulang tanpa ku, maka aku juga tak bisa pergi tanpa putriku.""Lalu?"Florence melirikkan matanya menatap Leonardo yang tengah menundukkan kepalanya."Aku tau, meskipun kau adalah Daddy ku yang sesungguhnya. Namun asal kau tau, selama aku hidup sosok seorang ayah tak pernah ada di dalam hidupku. Namun setelah aku menikah, sosok itu aku dapatkan dari Daddy Arthur. Ia lah sosok ayah pertama yang ada di dalam hidupku. Lalu tiba-tiba kau hadir tanpa ada pertanda, mengaku sebagai Daddy ku kemudian memaksaku berpisah dengan suamiku. Walaupun aku tau, aku kecewa terhadapnya, namun diantara kami kini hadir seorang nyawa, putriku tak akan hidup dengan satu orang tuanya. Kami akan terus bersama dalam membesarkan putri kami, tak akan aku biarkan nasibku dialami

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status