Share

Chapter 10

     Yan Cheng dan He Xian datang tepat pada waktunya.

     “Apa yang kaulakukan, orang gila keparat?! Lepaskan adikku, atau kubunuh kau!” Yan Cheng berteriak marah.

     Perdana Menteri Kang tampak beringas, “Hah! Kaukira siapa kau berani memerintahku! Kau hanyalah kaisar yang telah kehilangan kekuasaan! Kalian orang-orang Ming hanyalah para pecundang yang sudah kalah, yang hidup matinya tergantung dari belas kasihanku, dan karenanya harus tunduk padaku!”

      “Perdana Menteri Kang, hentikan! Atau aku akan melaporkan pada Baginda!” He Xian ikut berseru.

      “Hah, silakan saja! Aku tak takut! Kaisarpun tidak berani seenaknya terhadapku!”

      “Betulkah demikian, Kang Qin Song?”

      Suara itu membuat jantung Perdana Menteri Kang berdegup kencang. Ia mengangkat kepalanya, dan tampaklah Ming Shi berdiri tepat di hadapannya.

      Ming Shi menudingkan jari telunjuknya.

      “Perdana Menteri Kang, kau telah dengan semena-mena melecehkan kehormatan seorang putri kerajaan! Dosamu yang berat ini hanya pantas diganjar dengan hukuman mati!”

      Perdana Menteri Kang pucat luar biasa. Ia menundukkan kepalanya, lalu dengan frustrasi ia mengepalkan tangannya, memukul tanah sekuat tenaga.

      “Anak durhaka!!! Aku takkan pernah mengampunimu walau di akhirat sekalipun!”

     Ming Shi tidak mengacuhkannya. Ia membalikkan tubuh, berjalan dalam diam. Di belakangnya, Yan Xu memandangnya dengan mata berbinar, tampak terpesona.

***

     “Kaisar Han itu keren sekali! Aku benar-benar memujanya!” 

     Yan Cheng menatap adik perempuannya, “Kau sudah mengatakannya ada kira-kira sepuluh kali, Yan Xu.”

     “Oh ya?...” Yan Xu menunduk, malu. Tetapi sebentar kemudian ia kembali menengadahkan wajahnya, dan ia  dapat melihat ekspresi kakaknya nampak tidak senang. “Maafkan aku aku lupa dengan kenyataan bahwa ia telah menghancurkan negeri kita...” 

     “Kaisar Han Ming Shi itu mungkin dia memang benar-benar hebat dalam politik dan pemerintahan tetapi untuk bisa berbuat baik terhadap wanita, aku meragukannya. Entah mengapa aku punya perasaan seperti itu,” Yan Cheng menatap adiknya lekat-lekat. “Aku tahu ialah yang telah menyelamatkanmu, tapi tolong dengar saranku. Jangan terlalu memujanya, apalagi mendekatinya.”

     “Kak, mungkin kau bisa berpikiran seperti itu karena dia telah menaklukkan negeri kita...” Yan Xu berkata sungguh-sungguh. “Kakak tenang saja. Aku tidak jatuh cinta padanya kok. Dan kalaupun aku benar-benar jatuh cinta padanya, aku akan berusaha untuk menghilangkan perasaan itu.”

     Namun jauh di lubuk hati, gadis itu meragukan apakah ia benar dapat berhasil menepati janjinya itu. Sudah seminggu berlalu sejak kejadian itu, dan Yan Xu tidak pernah berhasil meredam perasaan kagumnya itu. Malah ia merasakan perasaan tersebut semakin lama malah semakin menjadi-jadi. Karena sudah tidak tahan lagi, ia pun mulai menyuarakannya keluar ke kakaknya, orang yang paling dekat dengannya.

     Yan Cheng sangat menyayangi adiknya. Tentu saja ia senang bilamana adiknya bisa cepat mendapat jodoh, apalagi menikah. Namun ia sungguh tidak mengharapkan adiknya menyukai orang semacam Ming Shi. Walaupun Ming Shi adalah tipe pria paling sempurna bila dilihat dalam penampilan fisik, tetap saja penampilan luar bukanlah patokan yang benar untuk memilah baik tidaknya seseorang. Masalahnya, Yan Cheng sangsi apakah adiknya yang masih kecil dan lugu ini dapat mengerti akan kenyataan tersebut.

***

     Tugas pertama He Xian adalah memadamkan pemberontakan yang terjadi di negara bagian Chang.

     Tepat setelah Han berhasil menaklukkan Ming, Chang di bawah salah satu mantan gubernur negeri tersebut mengadakan pemberontakan, begitu besar hingga membuat pasukan pemerintah vassal kewalahan dan terpaksa meminta bantuan pada pemerintah pusat. Ming Shi yang menganggap hal ini kebetulan yang sangat baik untuk menguji kemampuan menteri barunya, dengan segera mengutusnya maju.

     He Xian, di lain pihak, merasa waswas. Selama ini ia bisa berbuat seenaknya karena ia merasa aman. Tapi ia tahu kondisi sekarang sangatlah jauh berbeda. Apalagi bekerja di bawah perintah pemimpin seperti Ming Shi, ia harus semakin berhati-hati dalam bertindak. Cepat-cepat ia menenangkan dirinya sendiri, Aku melakukan ini untuk mendedikasikan diriku pada orang banyak, sehingga tidak perlu mempedulikan yang lainnya. Termasuk Kaisar Han.

     Ia berangkat dengan membawa 5.000 pasukan. Ayah ibunya, Yan Cheng disertai Yan Xu bahkan Ming Shi sendiri turut mengantarnya.

     “Nak, hati-hatilah. Jaga kesehatanmu selalu. Kami akan mendoakanmu agar kau baik-baik saja, dan berhasil menunaikan tugasmu dengan baik.” Ayahnya berkata. Sang ibu menggenggam tangannya erat-erat.

     “Kak He Xian, kami doakan kakak semoga berhasil,” ujar Yan Cheng yang kemudian memberi kerlingan tanda ke arah Yan Xu gilirannya untuk berbicara sudah tiba. Betapa terkejutnya ketika ia menyadari sorot mata adiknya yang tidak terfokus, seakan tengah melamun. Pemuda itu kontan berseru, “Yan Xu!!!”

     “Tuan Sun, perlihatkanlah kemampuanmu dan tunjukkan pada mereka adalah suatu kesalahan besar mereka mencoba melawanku,” Ming Shi menjabat tangannya. “Aku menunggu kabar baikmu.”

     Menanggapi mereka semua, He Xian mengangguk, “Terima kasih. Aku akan baik-baik saja, dan akan kembali ke sini dengan membawa kemenangan.”

     He Xian memacu kuda perangnya, dan ketika si kuda melangkah, seluruh bala tentaranya turut bergerak mengikutinya. Ia menegakkan kepalanya, menatap lurus cakrawala lembayung senja yang membentang di hadapannya. Ia mencengkeram tali kekang si kuda erat-erat, siap untuk maju menunaikan tugas.

     Perjalanan ke Chang dimulai pada sore hari karena jarak tempuh mereka cukup jauh. Mereka baru bisa sampai ke Chang pada pagi hari keesokan harinya. Melewatkan malam, mereka menggelar tenda di sebuah hutan teduh dalam daerah perbatasan antara Chang dan Han.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status