Share

Chapter 1

Author: Amelia Siauw
last update Last Updated: 2021-01-20 11:25:44

     Negara Han boleh berbangga menyatakan bahwa negeri mereka dipenuhi oleh cerdik cendekia yang brilliant. Selain pandai, mereka juga sangat rajin, tekun, pula optimis serta berpikiran maju. Tak heran apabila Negara Han menjadi negara paling maju dan paling makmur di seluruh dunia. Negeri-negeri lain amat salut serta mengagumi Negara Han. Para pimpinan dunia sangat menghormati Kaisar penguasa Negeri Han, Kaisar Jing Xing. Sang Kaisar selain memiliki kearifan tertinggi di seluruh negeri, pula memiliki kebijaksanaan yang sempurna dalam mengatur negerinya dan menjalin hubungan dengaran negeri lain. Dan, yang paling disegani masyarakat dari Kaisar Jing Xing adalah, ia tidak mengambil selir, hanya mengambil satu wanita sebagai istrinya. Permaisuri Mei.

     Dari pernikahannya, Kaisar Jing Xing dikaruniai dua orang putera dan tiga orang puteri. Putera Mahkota Han Hao Shi, Puteri Pertama Han Mei Shi, Puteri Kedua Han Hua Shi, Pangeran Kedua Han Ming Shi, dan Puteri Ketiga Han Bao Shi. 

     Putera Mahkota Han Hao Shi benar-benar seorang pendiam. Ia jarang sekali berinteraksi dengan orang lain, bahkan keluarganya sendiri. Hobinya yang terutama adalah membaca buku dan melantunkan syair. Walaupun terkesima akan kepintaran Hao Shi dalam membuat syair, tetap saja Kaisar Jing Xing prihatin akan putera sulungnya itu. Bagaimanapun, Hao Shi adalah Putera Mahkota, ia harus pandai berinteraksi dengan manusia lain agar mampu menjadi pemimpin yang handal. 

     Berbanding terbalik dengan Putera Mahkota, Pangeran Kedua Han Ming Shi merupakan pemuda yang lugas dan pandai bersosialisasi dengan orang lain. Sejak kecil ia telah memiliki kharisma yang teramat kuat. Ia pula bepengetahuan luas, pandai menyusun taktik dan strategi serta berkompetensi menerapkan sistem pemerintahan yang baik. Semua orang yang mengenalnya segan sekaligus salut padanya, dan berani menyatakan bahwa dialah yang paling pantas untuk menjadi Kaisar selanjutnya. Sang Pangeran sendiripun juga merasa demikian. Ming Shi pula merupakan seorang yang berkemauan keras, ulet, kekuh, serta ambisius. Prinsip utamanya adalah, apa yang ia inginkan, harus berhasil ia capai.

     Termasuk menggantikan posisi ayahnya menjadi Kaisar selanjutnya.

     Ambisi yang satu ini bukan muncul tanpa sebab, melainkan dikarenakan sesuatu hal. Hal yang sangat berhubungan erat dengan masa lalu pemuda itu. Masa lalu itulah yang membuatnya menjadi tegar dan kuat, dan brilliant,  seperti sekarang ini.

     Suatu hari, Kaisar Jing Xing sakit keras. Berbagai obat telah diminumnya, namun beliau tak kunjung sembuh. Sang Raja pun berkesimpulan bahwa malaikat kematian akan menjemputnya sebentar lagi. Dan karena itu, sudah tiba waktunya untuk mewariskan tahtanya.

     Negara Han memiliki suatu kebiasaan yang unik dan berbeda dengan negeri lainnya dalam memilih pewaris tahta. Mereka memilih Kaisar berikutnya melalui jalur kompetisi antara para putera raja, berbeda dengan negeri lainnya di mana pewarisan tahta diberikan pada putera sulung sang pemimpin. 

     Kaisar Jing Xing telah menetapkan kapan dan di mana kompetisi diadakan, namun ia masih kesulitan memilih tema untuk pertandingan tersebut.

     Rupa-rupanya mengetahui kegundahan hati sang Kaisar, Perdana Menteri Kang memberanikan diri bertanya, “Yang Mulia, Anda tengah merisaukan masalah pewarisan tahta?”

     Kaisar menghela nafas. “Aku masih belum mampu memutuskan tema terbaik dalam turnamen kali ini.”

     “Duli Yang Mulia, bagaimana kalau temanya mengenai ketatanegaraan. Siapa yang menulis paling baik, dia tentunya memiliki pengetahuan terbaik yang sepantasnya dimiliki para penguasa yang arif bijaksana.”

     Kaisar Jing Xing mengangguk-angguk tanda setuju.

***

     Dengan cepat, hal tersebut sampai ke telinga Ming Shi. Pemuda itu merutuk .

     “Si tua bangka Kang itu memang sengaja menjatuhkan aku. Dikiranya aku tidak tahu kalau dia itu pengikut setia kakakku. Dia sengaja mengusulkan tema mengarang esai itu, karena mengarang esai adalah keahlian kakakku!”

     Ming Shi berjalan mondar-mandir, gelisah tak keruan. Ia sendiri memang handal mengarang esai, tapi ia juga sadar, kemampuan sasteranya mau ia latih puluhan tahun pun tidak akan bisa menyambangi kakaknya. Tapi ia tidak ingin menyerah begitu saja. Menjadi Kaisar adalah impiannya sejak lama, bagaimanapun juga ia harus meraih cita-cita tersebut.

     “Ya,” gumammnya, giginya mengatup penuh tekad. “Bagaimanapun juga aku harus berhasil menjadi kaisar. Karena akulah yang paling pantas untuk menduduki jabatan itu. Kakakku boleh lebih ahli dalam bidang kepenulisan, karenanya aku akan melalui cara lain untuk mengunggulinya. Dan caraku ini, pasti berhasil.”

     Senyum merekah menghiasi wajahnya, membuat wajahnya yang memang sudah tampan menjadi semakin menawan. 

     “Sayang, kau nampak sangat senang hari ini…”

     Ming Shi menoleh ke belakangnya, mendapati seorang wanita cantik tengah balas menatapnya dengan mata berbinar. Senyumnya merekah semakin besar. 

     Bidak catur kemenanganku telah datang. Kini saatnya kugerakkan dia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 96

    “Run... Xiang...” Ming Shi bergumam lemah. “Juga... Yan Xu... kurasa aku tak akan bisa bertahan di dunia ini lebih lama...” “Kakanda! Jangan berkata seperti itu! Tabib akan dapat menyembuhkan luka Anda!...” Yan Xu menjerit histeris, sementara He Xian dan Sekretaris Li memandang Ming Shi dengan lesu. Luka di tubuhnya sudah terlalu parah untuk dapat disembuhkan. Nyawanya tak mungkin diselamatkan. “Percuma saja Yan Xu...”M ing Shi menatap Yan Xu lekat-lekat. “Aku hanya menyesalkan satu hal, mengapa aku tidak diperbolehkan berada di dunia ini lebih lama. Aku masih belum sempat membahagiakan permaisuri yang aku cintai...” Yan Xu tergugu. Selama ini tidak pernah ia mendengar Ming Shi mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Jangankan itu, pria itu bahkan tidak pernah memujinya cantik seperti yang lumrah dilakukan seorang pria terhadap kekasihnya. Mendadak, ia merasa limbung luar bi

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 95

    Putri Chang menyentak sinar setar, begitu keras dan mengejutkan hingga membangkitkan suatu sengatan yang secepat kilat menstimulasi otak He Xian. Senyum sang putri mengembang. Ia telah berhasil memengaruhi He Xian sepenuhnya, dan pemuda itu akan mengangkat pedangnya untuk selanjutnya menyerang Ming Shi. “Kalian salah. Hatiku tidak lagi menyimpan kebencian dan dendam terhadap Kaisar Han. Dan itu jauh lebih baik. Dendam bagaikan kumpulan api yang panas membakar, belum tentu kalian berhasil meluapkannya, namun kobaran api tersebut sudah pasti melukai diri kalian sendiri. Dengan membuang kobaran api tersebut, aku menghentikan melukai diriku sendiri.” He Xian berkata bijaksana. “Aku tahu Tuhan menciptakan aku ke dunia ini bukan untuk mewujudkan misi negatif. Melainkan untuk mewujudkan sebuah misi positif dengan mengalahkan rintangan berupa hasrat negatif. Begitu juga dengan kalian. Singkirkanlah semua kebencian kalian, dan

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 94

    Mangkuk tersebut kini berada dekat sekali dengan tangan Ming Shi. Si wanita menyentak halus, dan Ming Shi mulai mengangkat mangkuk itu, siap meminumnya. TSRATTT! Lontaran panah secepat kilat menjatuhkan mangkuk beracun tersebut. Si wanita berbalik, siap membuat perhitungan pada orang yang berani mengacaukan pekerjaannya yang nyaris rampung itu. “Siapa kau?!” Ia berseru marah. Di saat bersamaan Ming Shi juga tersadar sepenuhnya dari hipnotis si wanita. “Sun He Xian dan Run Xiang?!” serunya. “Juga... Yan Xu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!” He Xian dan Sekretaris Li menghaturkan hormat, “Berkat Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia, beliaulah yang mendapatkan firasat Anda tengah mengalami bahaya. Dan syukurlah, rupanya kami datang tepat pada waktunya. Anda nyaris saja membunuh diri Anda sendiri!” &

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 93

    Mereka telah merencanakan akan mengadakan di bawah pohon willow raksasa ini. Dua orang telah berdiri di sana, menunggu dengan tak sabar orang ketiga yang tak kunjung datang. “Mengapa ia lama sekali datang?” si wanita berseru tak sabar. “Apa dia lupa kalau hari ini kita akan mengadakan pertemuan di sini?” Si pria menenangkan. “Tidak mungkin, Putri. Dia pastilah sedang sibuk, bagaimanapun dia adalah kepala kasim di istana ini.” “Huh, dia baru seorang kasim, sedangkan kau Menantu Raja!” “Aku bukanlah Menantu Raja dengan gelar resmi, Putri... Pernikahan kita hanya beratapkan sinar rembulan di dalam hutan...” “Bagaimanapun juga kau menikah denganku yang merupakan seorang putri!” ujar si wanita berapi-api. “Kau tidak seharusnya merendahkan diri seperti itu, ap

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 92

    Mulanya Yan Xu bingung melihat jumlah pengawal Istana Barat bertambah dua kali lipat, pula mendapati He Xian dan San Jin kini ganti mengiringinya ke mana-mana. Ming Shi sendiri pun selalu datang menemaninya tepat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya di istana. “Apa kalian mau mengatakan si pembunuh kini ganti mengincarku?” tanyanya pada He Xian, yang menjawab, “Kami tidak tahu, Yang Mulia. Tetapi para selir telah mendapatkan pengawalan yang aman, sementara Anda tidak sama sekali, padahal Anda adalah permaisuri.” Yan Xu melengos. “Aku tidak apa-apa, kalian sama sekali tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa kau tak tahu Tuan Sun, aku kan pernah membunuh Khan Khanate! Jadi si pelaku tentunya bukan tandinganku!” Ia berseloroh. “Ohya, tentu saja kau tak tahu. Kau kan tengah menuju negeri Qi saat itu.” Walaupun Yan Xu mencoba bergu

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 91

    Secara tak terduga Min-Hwa melintas di hadapan mereka. He Xian terpana. Min-Hwa kini nampak sangat feminim dan gemulai, dan jauh lebih cantik, dengan sorot matanya yang sendu dan sayu. Gadis itu sendiri juga melihat He Xian. Mulutnya pun membuka, “He Xian!...” Min-Hwa tak sempat melanjutkan kata-katanya; Ming Shi telah menotok jalur energi pada gadis itu. Ia segera terkulai lemas sementara pria itu segera merengkuhnya, sangat mesra. “Kaulihat, Sun He Xian. Aku sangat mencintai selirku, termasuk dia yang dulu pernah melawanku,” Ia berujar, jari-jari tangannya kini sibuk membelai-belai wajah Min-Hwa. “Bukankah dia merupakan rekan sejawatmu yang terbaik? Dia selalu membantumu dan menyertaimu, benar kan? Sekarang, ia bersedia menyerahkan dirinya menjadi milikku. Tidakkah kau membencinya? Tidakkah kau membenciku, yang telah merenggut orang yang kausayangi darimu?” Ming Shi menata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status