แชร์

Chapter 2

ผู้เขียน: Amelia Siauw
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-01-20 12:02:49

     Keesokan harinya, seluruh pembesar istana duduk menanti dengan tegang. Mereka menatap bergairah kedua pangeran di pusat ruangan yang kini tengah duduk anggun sembari menanti waktu pertandingan dimulai. 

     Setelah segalanya siap, Kaisar Jing Xing berdiri, serta-merta berseru. “Pertandingan kita mulai.”

     Hao Shi dan Ming Shi segera mengangkat pena masing-masing dan menuliskan kata demi kata di helaian kertas yang telah tersaji di depan mereka. Dengan sepenuh hati mereka menulis, berusaha mengeluarkan segenap kemampuan yang mereka miliki. Kaisar Jing Xing mengamati kedua puteranya yang begitu tekun melaksanakan amanatnya, hatinya tersenyum penuh kepuasan, sekaligus kegundahan.

     Waktu berlalu seakan sekejap, dan tibalah waktunya mengumpulkan. Kedua pangeran meletakkan pena masing-masing dengan tenang seraya menyerahkan kertas jawaban esai kepada seorang kasim, yang meletakkannya di atas baki khusus berbentuk persegi empat. 

     Tiba-tiba si kasim tersandung, lantas terjatuh. Baki yang ia pegang ikut jatuh pula dan isinya terserak keluar. Dengan panik, ia lekas-lekas mengangkat kertas-kertas yang berceceran itu sambil terus memohon maaf, “Maafkan hamba Yang Mulia maafkan hamba”

     Kaisar mengibaskan tangannya, “Meminta maaf tidak akan mengembalikan keadaan seutuh semula.”

     Si kasim tersenyum rikuh. “Terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia.” Lekas ia menyerahkan baki tersebut kepada sang Kaisar yang mengambilnya dengan gerakan anggun. Kaisar tersenyum lebar melihat hasil karya Ming Shi, yang ditulis dengan huruf ukiran indah nan elok dipandang mata, pula mengguratkan kata-kata penuh ide yang amat menggugah. Segera ia membalik kertas selanjutnya, bagaimanapun ia amat penasaran dengan tulisan karya Hao Shi.

     Begitu ia melihat tulisan Hao Shi, matanya terbelalak lebar seakan nyaris copot. 

     Bukan disebabkan karena rasa kagum dan salut, namun oleh karena kemarahan. Semakin ia baca baris demi baris, kemarahannya pula semakin menjadi-jadi. Mukanya menjadi merah padam, ia siap meledak saat itu juga.

     “Hao Shi” Kaisar berkeriut murka. “Bagaimana mungkin aku bisa mempunyai anak durhaka sepertimu. Sungguh sial...”

     Hao Shi segera menyadari ada yang tidak beres, “Ayahanda, maksud Ayahanda, esai yang Ananda tulis kurang berkenan di hati Ayahanda?...”

     Dengan penuh amarah Kaisar melempar kertas esai tersebut, hingga menampar tepat ke wajah Hao Shi. Seluruh aula langsung gaduh.

     “Lancang benar kau masih bisa bertanya kalem begitu, anak durhaka! Oh benar-benar keterlaluan padahal dalam pertandingan paling penting seperti ini tapi kau!”

     Hao Shi benar-benar kebingungan. Dipandanginya kertas esai karangannya seteliti mungkin. Tapi sebetulnya, tidak sampai butuh satu detik untuk membuatnya terbelalak penuh kengerian.  Kerongkongannya tiba-tiba serasa tercekat. Butuh waktu lama sampai ia menemukan suaranya kembali, tapi rasa-rasanya itu juga masih tidak kedengaran mirip suaranya, “Ayahanda... Ini Ini fitnah!”

     “Fitnah?!? Kau yang memfitnah!!! Kaupikir aku tak tahu tulisanmu, hah?! Kau pikir, aku ini buta huruf?! Bodoh?! Dungu?! Sampai tak bisa membedakan tulisan anak sendiri?!?”

      Hao Shi menundukkan kepalanya, memandang kertas esai tersebut dengan lebih cermat. Memang benar itu tulisannya. Itu adalah esai yang ia karang saat tengah mabuk berat. Kala itu, ia teramat benci pada ayahnya. Ayahnya banyak menerapkan peraturan licik, bahkan sadis dan tidak berperikemanusiaan hanya untuk mencapai ambisinya. Ia tidak suka melihat ayahnya memakai topeng malaikat suci di luaran padahal sebenarnya merupakan setan jahat. Dan dalam keadaan larut sepenuhnya dalam pengaruh alkohol, ia menulis esai itu. Ia sendiri tidak sadar tanggal berapa ataupun tahun kapan ia menulisnya. Yang jelas, semestinya takkan ada seorangpun yang bisa menemukan esai tersebut karena ia telah membuangnya sejauh mungkin.

     Karena isinya memang terlalu berbahaya. Dengan terang-terangan dan kata-kata yang amat membakar emosi, Hao Shi mengutuk segala kebijakan ayahnya. Ia bahkan menyebut ayahanya tidak pantas menjadi rakyat paling jelata sekalipun, hanya pantas menjadi garong sadis bertopeng malaikat. Disebutkannya pula kebiasaan ayahnya yang suka bermain cinta di luaran, sengaja mengumumkan ibundanya sebagai satu-satunya isteri resmi hanya untuk mendapat pujian salut dari seluruh penjuru, padahal wanita simpanannya jauh lebih banyak dibandingkan Kaisar yang memiliki selir paling banyak sekalipun. Dan masih banyak kejelekan-kejelekan lainnya, yang membuat wajah sang Kaisar merona merah karena marah bercampur malu.

     “Aku… tidak sudi melihatmu lagi! Pengawal seret dia keluar lemparkan dia ke Istana Dong Tang!” 

     Pejabat istana kontan terbeliak. Istana Dong Tang terletak di Chong Zhou, kota luar perbatasan antara Han dan Khanate, negeri musuh utama negeri Han yang terkenal barbar dan ganas. Mereka sering menyerang dan membunuhi penduduk Chong Zhou. Istana itu sendiri keadaannya amat jauh dari kata nyaman; ia merupakan puing-puing reruntuhan yang sudah sangat melapuk, kotor, berdebu, dan kini menjadi sarang binatang. Pada musim panas, terik matahari merasuki jendela-jendela dan membuat para penghuninya bisa merasakan suasana neraka tanpa perlu mati terlebih dahulu. Pada musim dingin, angin es dan salju datang menyiksa, tajam serta membekukan. Mereka semua tahu, Istana Dong Tang khusus diperuntukkan untuk mengurung para bangsawan yang telah dibuang dari istana. Dan kondisinya selalu para bangsawan yang malang itu tidak dapat hidup bertahan lebih dari satu bulan, kalau bukan mati karena keadaan cuaca yang mengenaskan atau kelaparan, pasti karena tewas dibunuh penjahat Khanate.

     Tiba-tiba Hao Shi merasakan pandangannya kosong. Saat para pengawal istana menariknya keluar, ia berjalan bagaikan boneka yang telah kehilangan rohnya. Para pejabat istana menggeleng-geleng pertanda kasihan.

     “Dengan ini aku putuskan, Pangeran Kedua Han Ming Shi mewarisi tahta Negeri Han, menjadi Kaisar penerus yang sah!” Kaisar mengumumkan. 

    “Tapi Ayahanda... Bagaimana dengan kakak?” Ming Shi terbata.

     “Tidak perlu kau urusi anak durhaka itu! Cukup warisi takhta dan jadilah pemimpin yang baik sekarang!”

     “Baik, Ayahanda...” Ming Shi kelihatan sangat tidak enak hati, namun sebaliknya hatinya tertawa riang. Karena ia bukan hanya berhasil mewarisi tahta Kekaisaran Han, tapi juga menyingkirkan kakaknya - saingan utamanya - sampai ke titik di mana kakaknya itu tidak akan bisa melawannya bagaimanapun ia berusaha. 

     Keesokan harinya, Han Ming Shi melalui upacara penobatan Kaisar yang mewah dan spektakuler, resmi dinobatkan sebagai Kaisar Han ke-25 dengan gelar Wen Xing. Ia menjadi Kaisar pada usia 23 tahun.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 96

    “Run... Xiang...” Ming Shi bergumam lemah. “Juga... Yan Xu... kurasa aku tak akan bisa bertahan di dunia ini lebih lama...” “Kakanda! Jangan berkata seperti itu! Tabib akan dapat menyembuhkan luka Anda!...” Yan Xu menjerit histeris, sementara He Xian dan Sekretaris Li memandang Ming Shi dengan lesu. Luka di tubuhnya sudah terlalu parah untuk dapat disembuhkan. Nyawanya tak mungkin diselamatkan. “Percuma saja Yan Xu...”M ing Shi menatap Yan Xu lekat-lekat. “Aku hanya menyesalkan satu hal, mengapa aku tidak diperbolehkan berada di dunia ini lebih lama. Aku masih belum sempat membahagiakan permaisuri yang aku cintai...” Yan Xu tergugu. Selama ini tidak pernah ia mendengar Ming Shi mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Jangankan itu, pria itu bahkan tidak pernah memujinya cantik seperti yang lumrah dilakukan seorang pria terhadap kekasihnya. Mendadak, ia merasa limbung luar bi

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 95

    Putri Chang menyentak sinar setar, begitu keras dan mengejutkan hingga membangkitkan suatu sengatan yang secepat kilat menstimulasi otak He Xian. Senyum sang putri mengembang. Ia telah berhasil memengaruhi He Xian sepenuhnya, dan pemuda itu akan mengangkat pedangnya untuk selanjutnya menyerang Ming Shi. “Kalian salah. Hatiku tidak lagi menyimpan kebencian dan dendam terhadap Kaisar Han. Dan itu jauh lebih baik. Dendam bagaikan kumpulan api yang panas membakar, belum tentu kalian berhasil meluapkannya, namun kobaran api tersebut sudah pasti melukai diri kalian sendiri. Dengan membuang kobaran api tersebut, aku menghentikan melukai diriku sendiri.” He Xian berkata bijaksana. “Aku tahu Tuhan menciptakan aku ke dunia ini bukan untuk mewujudkan misi negatif. Melainkan untuk mewujudkan sebuah misi positif dengan mengalahkan rintangan berupa hasrat negatif. Begitu juga dengan kalian. Singkirkanlah semua kebencian kalian, dan

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 94

    Mangkuk tersebut kini berada dekat sekali dengan tangan Ming Shi. Si wanita menyentak halus, dan Ming Shi mulai mengangkat mangkuk itu, siap meminumnya. TSRATTT! Lontaran panah secepat kilat menjatuhkan mangkuk beracun tersebut. Si wanita berbalik, siap membuat perhitungan pada orang yang berani mengacaukan pekerjaannya yang nyaris rampung itu. “Siapa kau?!” Ia berseru marah. Di saat bersamaan Ming Shi juga tersadar sepenuhnya dari hipnotis si wanita. “Sun He Xian dan Run Xiang?!” serunya. “Juga... Yan Xu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!” He Xian dan Sekretaris Li menghaturkan hormat, “Berkat Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia, beliaulah yang mendapatkan firasat Anda tengah mengalami bahaya. Dan syukurlah, rupanya kami datang tepat pada waktunya. Anda nyaris saja membunuh diri Anda sendiri!” &

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 93

    Mereka telah merencanakan akan mengadakan di bawah pohon willow raksasa ini. Dua orang telah berdiri di sana, menunggu dengan tak sabar orang ketiga yang tak kunjung datang. “Mengapa ia lama sekali datang?” si wanita berseru tak sabar. “Apa dia lupa kalau hari ini kita akan mengadakan pertemuan di sini?” Si pria menenangkan. “Tidak mungkin, Putri. Dia pastilah sedang sibuk, bagaimanapun dia adalah kepala kasim di istana ini.” “Huh, dia baru seorang kasim, sedangkan kau Menantu Raja!” “Aku bukanlah Menantu Raja dengan gelar resmi, Putri... Pernikahan kita hanya beratapkan sinar rembulan di dalam hutan...” “Bagaimanapun juga kau menikah denganku yang merupakan seorang putri!” ujar si wanita berapi-api. “Kau tidak seharusnya merendahkan diri seperti itu, ap

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 92

    Mulanya Yan Xu bingung melihat jumlah pengawal Istana Barat bertambah dua kali lipat, pula mendapati He Xian dan San Jin kini ganti mengiringinya ke mana-mana. Ming Shi sendiri pun selalu datang menemaninya tepat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya di istana. “Apa kalian mau mengatakan si pembunuh kini ganti mengincarku?” tanyanya pada He Xian, yang menjawab, “Kami tidak tahu, Yang Mulia. Tetapi para selir telah mendapatkan pengawalan yang aman, sementara Anda tidak sama sekali, padahal Anda adalah permaisuri.” Yan Xu melengos. “Aku tidak apa-apa, kalian sama sekali tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa kau tak tahu Tuan Sun, aku kan pernah membunuh Khan Khanate! Jadi si pelaku tentunya bukan tandinganku!” Ia berseloroh. “Ohya, tentu saja kau tak tahu. Kau kan tengah menuju negeri Qi saat itu.” Walaupun Yan Xu mencoba bergu

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 91

    Secara tak terduga Min-Hwa melintas di hadapan mereka. He Xian terpana. Min-Hwa kini nampak sangat feminim dan gemulai, dan jauh lebih cantik, dengan sorot matanya yang sendu dan sayu. Gadis itu sendiri juga melihat He Xian. Mulutnya pun membuka, “He Xian!...” Min-Hwa tak sempat melanjutkan kata-katanya; Ming Shi telah menotok jalur energi pada gadis itu. Ia segera terkulai lemas sementara pria itu segera merengkuhnya, sangat mesra. “Kaulihat, Sun He Xian. Aku sangat mencintai selirku, termasuk dia yang dulu pernah melawanku,” Ia berujar, jari-jari tangannya kini sibuk membelai-belai wajah Min-Hwa. “Bukankah dia merupakan rekan sejawatmu yang terbaik? Dia selalu membantumu dan menyertaimu, benar kan? Sekarang, ia bersedia menyerahkan dirinya menjadi milikku. Tidakkah kau membencinya? Tidakkah kau membenciku, yang telah merenggut orang yang kausayangi darimu?” Ming Shi menata

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status