Tabib Lu sangat kaget mendapati Ming Shi yang biasanya tampak begitu enerjik dan bersemangat kini dengan terburu-buru memasuki balai pengobatan dengan wajahnya sepucat tembok. Ia lekas-lekas berdiri, tergopoh-gopoh menopang sang junjungan. “Yang Mulia! Apa yang terjadi dengan Anda?!?”
Terengah-engah Ming Shi menjawab, “Kepalaku rasanya sakit sekali”
Sang tabib cepat-cepat memapahnya ke pembaringan yang ada, lalu memeriksa keadaannya. “Seharusnya Anda menyuruh salah seorang kasim memanggil saya mendatangi Anda, dan Anda tidak perlu repot-repot begini astaga!” Dengan cemas pria tua berjenggot itu memandang Ming Shi. “Yang Mulia, bagaimana mungkin Anda dapat menyembunyikan penyakit sekronis ini dan tidak segera memberitahukannya pada saya?”
“Ada apa Tabib Lu? Aku tidak apa-apa bukan?” Ming Shi bertanya lirih.
“Bagaimana tidak apa-apa? Kekacauan aliran Qi dalam tub
Suasana sunyi senyap untuk jeda waktu yang cukup lama, hingga suara Seo-Yu memecah keheningan, “Bila kau ingin menebus kesalahanmu, berikanlah kami ganjaran yang lain, tapi jangan menjadikan kami bawahan Kaisar Han. Taruhlah kami bersedia memaafkanmu, tetapi kami tidak memaafkan suamimu itu. Dan akan merupakan sebuah siksaan berat bagi kami jika kami harus berhadapan dengannya dan melaksanakan semua yang ia perintahkan dari waktu ke waktu.” Ryu-Na ikut berbicara. “Benar, Puteri Yan Xu. Jika kau tidak menginginkan nasib kami menjadi sama seperti dirimu, tolong jangan suruh kami bekerja di bawah perintah Kaisar Han!” “Oh, tidak. Kalian tidak perlu lagi berhadapan dengannya, apalagi bekerja di bawah perintahnya. Tidak. Ia telah menyerahkan seluruh kekuasaannya padaku kalau mengenai Yeong-Shan! Dan kini, aku menyerahkannya pada kalian!” Yan Xu lantas menyodorkan pedang kebesarannya itu pada Seo-Yu. Kedua wanita itu
Xi Jing pada dasarnya memang sebuah kota besar, tetapi Xi Jing yang sekarang jauh lebih besar, lebih ramai, dan lebih maju lagi. Pula nampak sangat rapi dan teratur. Boleh dibilang persis sama dengan keadaan An Chang, Ibukota Han. Lebih banyak kereta-kereta besar berlari di sepanjang jalan raya yang telah terpisah aman dari jalur pejalan kaki. Kota itu pula nampak sangat indah dengan tanaman-tanaman cantik menghias di sana-sini. Keadaan Xi Jing seakan menyihir He Xian dengan rasa kagum, sekaligus memancing keingintahuannya. Tiba-tiba seseorang dari keramaian berseru menunjuknya, “Ah... itu...” He Xian menoleh. Serta merta ia langsung mengenali pemanggilnya. Pemuda itu adalah salah seorang teman sekolahnya dulu, Zhu Renguan. He Xian lantas turun dari kuda. Ia baru akan menghampiri Renguan, ketika orang-orang di sekitarnya yang juga telah melihatnya mulai berseru riuh. “Rupanya Tuan Menteri
“Nak! Bagaimana kau bisa seberani itu!? Kau bisa dipenggal!” Tuan Sun menjerit ketakutan. “Ya, saya tahu pastilah Kaisar Han akan memenggal saya hanya karena kejadian sepele itu. Tetapi saya yakin tindakan saya tidak melenceng dari jalan kebenaran. Karenanya, saya pula telah mengambil keputusan. Bersama-sama dengan kolega dari Tukhestan dan Yeong-Shan, kami akan mengadalakan perlawanan terhadapnya!” Kembali keterkejutan melanda Tuan dan Nyonya Sun. “Tidak! He Xian tidak mungkin kau segegabah itu, kan, Nak?!” Ekspresi Nyonya Sun diliputi kengerian amat sangat. “Kau tahu apa konsekuensi yang harus kautanggung dengan keputusanmu ini?!? Kau bisa mencelakakan keluarga kita sampai tujuh turunan, bahkan mungkin orang-orang di sekelilingmu yang sebetulnya tidak bersalah!” Tuan Sun ikut berseru. “Pertimbangkan lagi keputusanmu ini. Jangan sampai kau menyesal di kemudian
He Xian sungguh sangat beruntung. Pasukan Han datang tepat di saat ia telah meninggalkan Ming. Pemuda itu kini tengah melesat menuju Tse-Kuan. Selain karena terletak cukup dekat dengan Ming, negeri itu juga amat menarik minatnya karena pola pikir dan wawasan rakyatnya yang liberal dan terbuka. Bangsa Tse-Kuan terkenal handal dalam perdagangan dan pengaturan perekonomian, sehingga negeri itu menjadi negeri terbesar kedua setelah Han, bahkan sebelum ia ditaklukkan Han. Dan He Xian mendengar Ming Shi mengenakan mereka restriksi perdagangan yang ketat pada mereka, sehingga Tse-Kuan yang perdagangannya bisa maju pesat karena politik ekonomi bebasnya kini merasa “tercekal” dengan kebijakan tersebut, sehingga mereka pula antipati terhadap pemerintahan Han. Karena itulah He Xian yakin Tse-Kuan akan memberikan tanggapan positif bagi propagandanya. Tetapi sepertinya He Xian kembali harus menghadapi ulang kenyataan yang berkebalikan dengan pemikirannya Tse-Kuan
Berganti para menteri yang terhuyung lemas. Betapapun, mereka hanya bisa menerima kenyataan dengan pasrah, dan selanjutnya meninggalkan Ming Shi yang kini terduduk lemas di sebuah kursi. Kemarahan membuat tubuh pemuda itu kembali dilanda rasa sakit. Sebetulnya ia ingin sekali pergi beristirahat, tetapi ia tahu ia tidak bisa melakukannya sekarang. Iapun bergegas bangkit, dan memerintah kasim lain memanggil Sekretaris Li. Yang dipanggil datang lima menit kemudian. “Duli Yang Mulia, ada yang bisa saya bantu?” “Run Xiang, tolong kau selesaikan berkas-berkas itu.” Sekretaris Li memandang keheranan tumpukan berkas di atas meja yang kini telah ditata rapi oleh salah seorang hamba itu. “Tapi Yang Mulia, bukankah ini tugas Menteri Koordinasi Negara?” “Justru itu! Bagaimana mungkin persoalan kecil yang padahal bisa dikerjakan anak ingusan, malah tidak bisa me
Kabar itu begitu mengejutkan Sasha. Matanya memandang terbelalak surat yang tergeletak di hadapannya. Yang berbunyi: “Putri Svetlana telah berada dalam genggaman kami. Jika Baginda ingin beliau selamat, datanglah ke Kota Rumair sore hari ini. Tertanda: Pemerintah Pusat.” “Han Ming Shi, kau benar-benar iblis berhati keji! Bahkan kau tega menggunakan selirmu sendiri sebagai umpan!” sembari berseru demikian, Sasha meraih pedang kebesarannya, kemudian lekas menghambur keluar istana. Para pembesar lain sibuk menahannya. “Yang Mulia, mohon tenangkan diri Anda dan pertimbangkan ulang semua ini. Siapa tahu, ini hanya berupa jebakan Han,” salah seorang menteri memberi pendapat. “Tidak bisa! Kalau masalahnya mengenai Svetlana, aku tidak bisa tenang!” Sasha menjerit frustrasi. “Justru itu Baginda, mereka tahu kelemahan Anda,” menteri lainnya menambahkan. “Tentu saja kita harus menyelam
Telah menduga hal seperti ini bakal terjadi, Sasha dan seluruh pengikutnya sontak mengambil senjata masing-masing, siap menyerang. “Aku sarankan Anda menyerah saja, Baginda Sasha. Dengan kekuatan sekecil itu Anda tidak akan sanggup menang melawan kami,” sebuah suara muncul menyela. Sasha lantas mengalihkan pandangan ke arah orang tersebut, dan kontan berseru marah, “Keparat Han Ming Shi! Beraninya kau menganiaya adikku!” Ming Shi tersenyum sinis, “Menganiayanya? Keterlaluan sekali tuduhanmu itu.” Ia menghampiri Svetlana, menariknya berdiri kemudian memeluknya. “Mana mungkin aku sebiadab itu, menganiaya selir kesayanganku sendiri.” “Jangan banyak mulut kau, orang terkutuk!” membabi buta, Sasha mengerahkan senjatanya ke arah Ming Shi, namun dengan mudah kaisar muda itu berhasil menahannya. Bahkan dengan sekali pukul, Ming Shi berhasil memaksa Sasha jatuh terjerembab ke lantai.  
“Ini disebut Pil Pemusnah Energi Pusat, tetapi hasilnya tidak akan diperoleh dalam sekejap. Reaksinya muncul perlahan-lahan, tetapi pasti, dan mematikan. Orang yang mengonsumsinya pada mulanya tidak akan menyadari ada sesuatu terjadi dalam dirinya, sampai suatu hari ketika reaksi pil ini mencapai titik maksimal, orang tersebut akan mengalami gejala-gejala pusing, mual, kehilangan tenaga dan keletihan secara mendadak, yang berlanjut pada kehilangan kesadaran dan akhirnya kematian.” Begitulah yang diterangkan Kasim Huan padanya kemarin siang. “Pil ini merupakan ramuan rahasia tabib kenamaan di Song, Tabib Liu Zhenghua. Karenanya Yang Mulia boleh percaya dengan keampuhan khasiatnya.” Ming Shi mengangguk-anggukan kepalanya, sembari mengamati sekotak pil beracun itu dengan saksama. Racun jenis inilah yang dibutuhkannya untuk menghabisi nyawa Svetlana. Ia tidak ingin Svetlana mati tepat setelah bercinta dengannya dan memancing kecurigaan semua