Keesokan harinya, Putri Svetlana datang. He Xian terpana melihatnya. Putri Svetlana merupakan gadis paling menawan dari semua wanita yang pernah dijumpainya. Karena ia bukan hanya cantik, tetapi ada suatu aura misterius yang menggugah perhatian semua orang tertuju padanya. Entah karena disebabkan tatapan bola mata hijau kebiruannya yang memandang tajam, ataukah air mukanya yang nampak tenang berwibawa. Dan gadis ini adalah selir Kaisar Han... Seketika He Xian teringat pada Yan Xu. Walaupun Yan Xu juga cantik jelita, namun kecantikan yang dimilikinya bersifat lugu dan polos, terasa benar aura kekanakan yang dipancarkan gadis itu. Berbeda sekali dengan Putri Svetlana ini. Dan Kaisar Han masih memiliki enam ratus lebih selir cantik dan mempesona seperti ini. Tiba-tiba He Xian merasa sangat kasihan pada Yan Xu. Karena dalam usia begitu muda, sang putri sudah harus terseret dalam persaingan para wanita di istana belakang.
Sasha merangku
Tidak ada seorangpun yang menduga Svetlana tengah berniat menjebloskan mereka ke sarang maut. Mereka tengah sibuk menyusun strategi aksi perlawanan mereka. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka bertiga telah duduk di salah satu ruang rapat, memandangi peta dunia yang baru saja dibentangkan He Xian. Pemuda itu mulai mengemukakan pendapatnya. “Ada tiga belas negara di dunia ini. Han, Ming, Tukhestan, Yeong-Shan, Chang, Wu, Song, Tse-Kuan, Khanate, Sutta, Kishov, Pheu Kam, dan Qi. Kecuali Qi, semua negara ini telah berada dalam kekuasaan Han. Namun karena pemerintahan Kaisar Han yang diktatoris, maka banyak terjadi pemberontakan melawannya. Jadi ideku begini. Pemberontakan-pemberontakan itu semuanya dilakukan sendiri-sendiri dan secara terpisah sehingga Han dapat dengan mudah menumpasnya. Kita akan menghimpun mereka menjadi satu, membentuk kesatuan besar yang kokoh dan dengan demikian akan sulit ditumpas.”  
Yan Xu tergugu, sementara Ming Shi kini melangkah mendekati meja di dekatnya, lalu mengambil kira-kira lima buah buku besar dan tebal bersampul keemasan yang tergeletak di atasnya. Ia menyodorkan buku itu pada Yan Xu. “Ini adalah buku yang membahas keadaan negeri Yeong-Shan secara keseluruhan. Aku ingin kau mempelajarinya secermat mungkin. Lalu kau juga memiliki tugas, mengangkat para pejabat dan anggota dewan Yeong-Shan,” melihat gelaga Yan Xu yang hendak menyela, Ming Shi cepat mengangkat tangannya, “Aku tahu, akan sangat sulit bagimu untuk memilih mereka sementara kau tidak mengerti keadaan Yeong-Shan sama sekali. Itulah mengapa kusuruh kau membaca buku-buku ini. Ingat, kau sekarang adalah pemimpin bangsa Yeong-Shan. Kau yang bertanggung jawab atas kesejahteraan negeri itu. Tentu saja, kau boleh minta pendapatku kapanpun kau mau...” Pemuda itu melengkungkan senyum mengejek, “Tapi kurasa kau tak akan mau, benar kan?” Yan Xu
Tabib Lu sangat kaget mendapati Ming Shi yang biasanya tampak begitu enerjik dan bersemangat kini dengan terburu-buru memasuki balai pengobatan dengan wajahnya sepucat tembok. Ia lekas-lekas berdiri, tergopoh-gopoh menopang sang junjungan. “Yang Mulia! Apa yang terjadi dengan Anda?!?” Terengah-engah Ming Shi menjawab, “Kepalaku rasanya sakit sekali” Sang tabib cepat-cepat memapahnya ke pembaringan yang ada, lalu memeriksa keadaannya. “Seharusnya Anda menyuruh salah seorang kasim memanggil saya mendatangi Anda, dan Anda tidak perlu repot-repot begini astaga!” Dengan cemas pria tua berjenggot itu memandang Ming Shi. “Yang Mulia, bagaimana mungkin Anda dapat menyembunyikan penyakit sekronis ini dan tidak segera memberitahukannya pada saya?” “Ada apa Tabib Lu? Aku tidak apa-apa bukan?” Ming Shi bertanya lirih. “Bagaimana tidak apa-apa? Kekacauan aliran Qi dalam tub
Suasana sunyi senyap untuk jeda waktu yang cukup lama, hingga suara Seo-Yu memecah keheningan, “Bila kau ingin menebus kesalahanmu, berikanlah kami ganjaran yang lain, tapi jangan menjadikan kami bawahan Kaisar Han. Taruhlah kami bersedia memaafkanmu, tetapi kami tidak memaafkan suamimu itu. Dan akan merupakan sebuah siksaan berat bagi kami jika kami harus berhadapan dengannya dan melaksanakan semua yang ia perintahkan dari waktu ke waktu.” Ryu-Na ikut berbicara. “Benar, Puteri Yan Xu. Jika kau tidak menginginkan nasib kami menjadi sama seperti dirimu, tolong jangan suruh kami bekerja di bawah perintah Kaisar Han!” “Oh, tidak. Kalian tidak perlu lagi berhadapan dengannya, apalagi bekerja di bawah perintahnya. Tidak. Ia telah menyerahkan seluruh kekuasaannya padaku kalau mengenai Yeong-Shan! Dan kini, aku menyerahkannya pada kalian!” Yan Xu lantas menyodorkan pedang kebesarannya itu pada Seo-Yu. Kedua wanita itu
Xi Jing pada dasarnya memang sebuah kota besar, tetapi Xi Jing yang sekarang jauh lebih besar, lebih ramai, dan lebih maju lagi. Pula nampak sangat rapi dan teratur. Boleh dibilang persis sama dengan keadaan An Chang, Ibukota Han. Lebih banyak kereta-kereta besar berlari di sepanjang jalan raya yang telah terpisah aman dari jalur pejalan kaki. Kota itu pula nampak sangat indah dengan tanaman-tanaman cantik menghias di sana-sini. Keadaan Xi Jing seakan menyihir He Xian dengan rasa kagum, sekaligus memancing keingintahuannya. Tiba-tiba seseorang dari keramaian berseru menunjuknya, “Ah... itu...” He Xian menoleh. Serta merta ia langsung mengenali pemanggilnya. Pemuda itu adalah salah seorang teman sekolahnya dulu, Zhu Renguan. He Xian lantas turun dari kuda. Ia baru akan menghampiri Renguan, ketika orang-orang di sekitarnya yang juga telah melihatnya mulai berseru riuh. “Rupanya Tuan Menteri
“Nak! Bagaimana kau bisa seberani itu!? Kau bisa dipenggal!” Tuan Sun menjerit ketakutan. “Ya, saya tahu pastilah Kaisar Han akan memenggal saya hanya karena kejadian sepele itu. Tetapi saya yakin tindakan saya tidak melenceng dari jalan kebenaran. Karenanya, saya pula telah mengambil keputusan. Bersama-sama dengan kolega dari Tukhestan dan Yeong-Shan, kami akan mengadalakan perlawanan terhadapnya!” Kembali keterkejutan melanda Tuan dan Nyonya Sun. “Tidak! He Xian tidak mungkin kau segegabah itu, kan, Nak?!” Ekspresi Nyonya Sun diliputi kengerian amat sangat. “Kau tahu apa konsekuensi yang harus kautanggung dengan keputusanmu ini?!? Kau bisa mencelakakan keluarga kita sampai tujuh turunan, bahkan mungkin orang-orang di sekelilingmu yang sebetulnya tidak bersalah!” Tuan Sun ikut berseru. “Pertimbangkan lagi keputusanmu ini. Jangan sampai kau menyesal di kemudian
He Xian sungguh sangat beruntung. Pasukan Han datang tepat di saat ia telah meninggalkan Ming. Pemuda itu kini tengah melesat menuju Tse-Kuan. Selain karena terletak cukup dekat dengan Ming, negeri itu juga amat menarik minatnya karena pola pikir dan wawasan rakyatnya yang liberal dan terbuka. Bangsa Tse-Kuan terkenal handal dalam perdagangan dan pengaturan perekonomian, sehingga negeri itu menjadi negeri terbesar kedua setelah Han, bahkan sebelum ia ditaklukkan Han. Dan He Xian mendengar Ming Shi mengenakan mereka restriksi perdagangan yang ketat pada mereka, sehingga Tse-Kuan yang perdagangannya bisa maju pesat karena politik ekonomi bebasnya kini merasa “tercekal” dengan kebijakan tersebut, sehingga mereka pula antipati terhadap pemerintahan Han. Karena itulah He Xian yakin Tse-Kuan akan memberikan tanggapan positif bagi propagandanya. Tetapi sepertinya He Xian kembali harus menghadapi ulang kenyataan yang berkebalikan dengan pemikirannya Tse-Kuan
Berganti para menteri yang terhuyung lemas. Betapapun, mereka hanya bisa menerima kenyataan dengan pasrah, dan selanjutnya meninggalkan Ming Shi yang kini terduduk lemas di sebuah kursi. Kemarahan membuat tubuh pemuda itu kembali dilanda rasa sakit. Sebetulnya ia ingin sekali pergi beristirahat, tetapi ia tahu ia tidak bisa melakukannya sekarang. Iapun bergegas bangkit, dan memerintah kasim lain memanggil Sekretaris Li. Yang dipanggil datang lima menit kemudian. “Duli Yang Mulia, ada yang bisa saya bantu?” “Run Xiang, tolong kau selesaikan berkas-berkas itu.” Sekretaris Li memandang keheranan tumpukan berkas di atas meja yang kini telah ditata rapi oleh salah seorang hamba itu. “Tapi Yang Mulia, bukankah ini tugas Menteri Koordinasi Negara?” “Justru itu! Bagaimana mungkin persoalan kecil yang padahal bisa dikerjakan anak ingusan, malah tidak bisa me